Setelah kejadian beberapa menit yang lalu. Sera kembali menelusuri lorong istana kekaisaran. Dinding-dinding marmer yang tinggi memantulkan cahaya keemasan dari lampu-lampu gantung yang menghiasi langit-langit lorong.
Udara yang terasa sejuk dan menenangkan seperti ini. Mengingatkan Sera dengan aroma yang menguar dari tubuh Lucian beberapa saat yang lalu. Aroma yang berasal kayu-kayuan yang diperkaya dengan aksen dry dan smokey yang sangat kuat itu sungguh memabukkan bagi siapapun yang mencium aromanya.
"Ah, sial. Kenapa aku mengingatnya." Keluh Sera.
Sera melangkahkan kakinya menuju sebuah taman tak jauh dari aula pesta. Dalam ketenangan tersebut ia terus mengalihkan pikirannya dari kejadian beberapa menit yang lalu dengan Lucian.
Umpatan demi umpatan keluar dari bibirnya tanpa henti, menciptakan riak-riak suara yang terdengar di antara dinding-dinding istana. Namun, meskipun ia terus mengumpat dan mengutuk pria itu tanpa henti. Sera tak bisa menghindari kenyataan jika pesona pria itu hampir membuatnya goyah.
"Jangan sampai kau jatuh cinta lagi padanya."
Sera kemudian menjatuhkan dirinya pada sebuah bangku yang tersedia di taman tersebut. Menghela nafasnya dengan begitu Panjang. Memejamkan mata mencoba untuk mengenyahkan pikiran tersebut.
Di kehidupan sebelumnya dan di kehidupan saat ini, menurutnya pesona pria itu masih sama. Wajahnya tetap mempesona. Bahkan lebih mempesona di kehidupan sekarang. Sera menggigit bibirnya, berusaha mengalihkan pikiran dari pemikiran tersebut. Tetapi, pesona tersebut membentang di hadapannya seperti bayangan selalu menghantui.
Sera menghela nafasnya panjang. Punggungnya lelah merapat pada bangku taman yang menghiasi sudut kecil tersebut. Pandangannya terarah pada langit malam yang membentang luas. Bersemayam dengan kerlip bintang-bintang yang memancarkan keanggunan mereka di keheningan malam.
Tak lama kemudian, Sera memejamkan mata. Menyelam dalam kedamaian yang taman itu tawarkan. Suara angin yang sejuk dan lembut mengusap pipinya, seolah menyuruhnya untuk mengendalikan emosinya. Ketika matanya terpejam, ia membiarkan dirinya terlelap dalam ketenangan ini.
Sayangnya, di tengah ketenangan yang merayap di hati Sera, terdengar suara yang memecah keheningan malam itu. Hentakan-hentakan yang diciptakan oleh benda tajam yang kasar bersentuhan dengan permukaan lantai marmer taman.
Sialan, baru saja ia merasa tenang. Kini suara itu membuyarkan ketenangan yang baru saja ia nikmati. Dalam keadaan mata masih terpejam, Sera bisa mendengar suara itu semakin lama semakin mendekat ke arahnya. Tapi ia lebih memilih tak melakukan apapun saat suara itu semakin dekat ke arahnya.
Ia ingin tahu siapa itu dan apa yang ingin dilakukannya. Sera sedikit membuka mata. Matanya menangkap seorang wanita dengan rambut berwarna kecoklatan yang berdiri di hadapannya. Seketika Sera memandangnya dengan tatapan yang datar kehadiran wanita yang tak ia kenal.
Tapi ada yang menarik perhatiannya yaitu ekspresi wajah yang ditampilkan oleh wanita itu. Bibir yang tertutup rapat, alis yang sedikit diangkat, dan mata yang menatap tajam. Ia bisa menembak jika wanita itu sedang kesal tapi di lain sisi wanita itu seperti sedang menahannya.
Apa aku membuat kesalahan padanya. Batinnya bergumam.
"Sebaiknya anda harus berhati-hati dalam bertingkah, Lady."
Sera mengerutkan keningnya, saat ia mengenali suara wanita itu. Sekejap, ingatannya membawa dia kembali ke beberapa jam yang lalu ketika ia secara tidak sengaja mendengar percakapan antara Lucian dan seseorang. Suara yang ia dengar saat itu terdengar serupa dengan suara wanita yang kini berdiri di hadapannya.
Tapi jika diingat kembali ia sempat melihat sebuah siluet yang berdiri di hadapan Lucian ketika itu—siluet yang seolah-olah milik seorang wanita. Seketika Sera melirik ke samping siluet wanita itu. Ah, jadi wanita ini yang tengah berbicara dengan Lucian saat itu. Sera kembali mengalihkan pandangannya pada wanita itu.
"Saya tak mengerti maksud anda. Lalu," Ucap Sera dengan tenang. Sera menatapnya dari atas sampai bawah. Kemudian beralih ke wajah wanita tersebut. Seketika ia teringat dengan wanita yang tadi menatapnya sinis pesta.
"Anda siapa?" Sambungnya.
"Saya Aeliana Eluned Ashen. Putri tunggal Duke Eluned."
Sera mengerutkan keningnya. Eluned, sepertinya ia pernah mendengar nama keluarga itu. Namun, tak lama Sera baru ingat jika Eluned merupakan kerabat jauh keluarga Duke Hector dari keluarga permasuri. Sera tanpa sadar memutar malas kedua bola matanya.
"Saya melihat anda dengan yang mulia putra mahkota tadi." Sera mengerjapkan matanya. Jadi wanita ini melihatnya.
"Bukankah anda datang dengan pasangan anda. Jika pasangan anda mengetahui anda berduaan dengan pria lain. Bukankah itu akan menyakiti hatinya." Sambungnya dengan matanya yang melirik sinis padanya
Sera tahu itu, namun ia lebih memilih diam. Ia pun mengerutkan keningnya. "Apa pasangan yang anda maksud itu ayah saya?"
Eluned membelakkan matanya terkejut. "A-ayah?"
"Ya, Jika yang anda maksud pasangan yang datang bersama saya itu adalah ayah saya. Saya adalah putri sulungnya. Ini pertama kalinya saya muncul di pergaulan kelas atas. Jadi, saya datang dengan ayah dan adik saya."
Sera bisa menangkap ekspresi terkejut dari wanita itu. Ia menatap wanita itu dengan datar. Sepertinya ia mengerti maksud ucapan wanita di depannya ini. Ia mendengus kesal.
"Sepertinya tersebar sebuah gosip di pesta ini." Eluned menatap Sera dengan bola mata yang melebar.
Sera seketika bangkit dari duduknya berjalan mendekati Eluned. Sedikit memajukan wajahnya ke samping wajah wanita itu. "Lady Eluned, saya mengerti maksud anda apa. Tapi sebaiknya anda lebih berhati-hati jika ingin membuat sebuah gosip. Bukankah anda tahu apa yang akan terjadi, jika gosip itu sampai di telinga ayah saya." Bisiknya.
Sera kemudian menjauhkan tubuhnya. Menatap tajam wanita di depannya yang terlihat terpaku. "Jika anda berpikir, saya akan menjadi saingan anda dalam merebut hati, yang mulia. Anda salah. Saya tak tertarik dengannya. Saya juga tak berniat untuk dekat dengannya. Anda tak perlu secemas itu."
"Seperti penjelasan ini cukup untuk masalah kesalahpahaman ini. Kalau begitu, saya pamit terlebih dahulu. Senang bertemu denganmu, Lady." Sambungnya.
Sera pun berjalan meninggalkan kawasan tersebut. Namun, saat Sera berjalan melewati wanita itu. Sekilas ia meliriknya dari ujung mata. Sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Kawasan tersebut.
Sial, rencana untuk beristirahat dengan tenang pun sulit sekali. Haruskan kita meminta kepada sang ayah untuk kembali ke masions mereka saja. Rasanya ia sudah tak memiliki suasana hati yang bagus lagi untuk berpesta.
Selepas kepergian Sera, Putri Eluned menggeram marah dengan kedua tangannya yang terkepal kuat. "Awas kau, jalang."
*****
Setelah gemerlap pesta berakhir. Keluarga Ravenscroft memutuskan untuk tidak langsung kembali ke Imperium Marinos. Seperti yang di beritahu sang ayah saat perjalanan saat mereka kembali ke ibukota untuk menghadiri undangan pesta kekaisaran. Mereka berencana untuk menetap selama beberapa hari di ibukota.
Sera menghela nafasnya lelah. Merapikan buku-buku yang berserakan di atas meja. Kalau tak salah, sebentar lagi kekaisaran akan menyelenggarakan acara kompetisi berburu yang dijadwalkan secara rutin setiap enam bulan sekali. Itu berarti dimana dalam acara tersebut seluruh keluarga bangsawan dari penjuru benua ini akan berkumpul dalam satu acara.
Selain sebagai tradisi kekaisaran. Kompetisi ini juga menjadi ajang untuk menunjukkan kemampuan dan keberanian para anggota keluarga bangsawan dalam seni berburu. Suatu keahlian yang dianggap sangat mulia di dalam kebudayaan kekaisaran.
Sera tersenyum kecut saat mengingat di kehidupan sebelumnya, pada acara kompetisi berburu itu ia mengacaukan reputasi dirinya dan keluarganya. Sera memejamkan mata sembari memijit keningnya.
Sialnya, ia sangat ingat bagaimana dirinya mengacau saat itu.
Sera mendesah frustasi. Membenturkan keningnya pada meja di depannya. "Hah, menyebalkan."
*****
Namratsr | Na