๐™๐ˆ๐๐๐ˆ๐€

By 12kentang

2.5M 293K 125K

ZINNIA : CINTA TANPA KOMA Novelnya masih bisa dipesan๐Ÿ“Œ โ‰ชโ€ขโ—ฆ โˆ โ—ฆโ€ขโ‰ซ Fyi: alurnya masih berantakan, yang rapi ve... More

00 || PROLOG
01 || Kita Imam, bukan makmum!
02 || Status
03 || Kembali Sadar
04 || Acara Dadakan
05 || Bertemu Kembali
06 || Niat Zayden
07 || Menyelinap
08 || Bertemu Sepihak
09 || Harapan Yang Kandas
10 || Demi istri
11 || Pemilik Cincin
12 || Ternyata dia
13 || Niat 2 Bunga
14 || Akhirnya bertemu
15 || Canggung
16 || Alegori Mawar Hitam
17 || Not a Dream, but This is Reality
18 || Perjanjian Konyol
19 || Kesepakatan
20 || Seminggu
21 || Kepikiran
22 || Kali Kedua untuk pertama
23 || Perlahan Membaik
24 || Kyai Fathar
25 || Gagal paham
26 || Perihal Minuman
27 || Nyaman?
28 || Kaum Hawa
29 || Boyongan
30 || Pasar
31 || Tamu
32 || Kajian Singkat
33 || Tentang Karya
34 || Password
35 || Jujur 1/4
36 || Boleh Makan?
37 || Official
38 || Zona
39 || Dua Kakak
40 || Zaya?
41 || Makam di Sore itu
42 || Ajakan Zayden
43 || Jaga anak orang
44 || Double Date
45 || Pondasi
46 || Zafian
๐ŸŒปCOLLAB: WHAT IF-
47 || Bersama Zona
49 || Sudah Terjadi
50 || Al-Baqarah 156
51 || Tenggelam Menggenggam Rasa
52 || Kabur atau Hadapi
53 || Permintaan Zaina
54 || Cicak
55 || Pemintaan Maaf
56 || Jump to conclusion
57 || Zecia
58๐ŸƒCEK OMBAK!
58 || Jawaban Zecia
59 || Bedug Atau Hadroh?
โœงโ—VOTE COVER ZINNIA!
60 || Hanya Firasat?
PRE ORDER
61 || Cemburu Lagi
62 || Menyusul
63 || Selesai
Epilog

48 || Panik

21.2K 2.3K 1.1K
By 12kentang


I'm back wkkkk
assalamualaikum semua, semoga kalian sedang baik-baik saja dan masih menunggu cerita ini

.
.
.

"Jangan nangis!" seru Gus Arfa dari dalam mobil. Laki-laki itu terkekeh meledek Zayden yang akan ditinggal Zaina untuk beberapa jam saja. Namun, wajahnya menunjukkan seperti orang yang akan ditinggal selama bertahun-tahun.

Zayden yang sedang menggendong kucing hanya melirik sekilas ke arah kakak iparnya.

"Bentar aja, Kak. Jaga baik-baik anak kita, ya." Zaina yang berdiri di hadapan Zayden pun tersenyum lebar. Sedangkan Zayden hanya membalas dengan senyum seperlunya.

Hal itu membuat Zaina ragu untuk pergi. Wanita itu kemudian berjalan menghampiri kakaknya.

"Hei, saliman dulu sama suami!" seru Zayden.

Zaina mengabaikan seruan itu.

"Abang! Zaina nggak jadi pergi, ya," adu Zaina pada Gus Arfa.

Gus Arfa bingung sampai menimbulkan garis kerutan di keningnya.

"Kenapa nggak jadi? Udah rapi gini, terus tinggal berangkat aja," ujar Abangnya Zaina itu.

"Ada apa, Ay? Kamu baik-baik aja, kan?" Zayden ikut bertanya, laki-laki 25 tahun itu sudah berdiri di samping Zaina. Khawatir Zaina sedang sakit.

"Aku baik-baik aja, tapi kamu, Kak. Mana mungkin aku pergi sedangkan suami aku kayak nggak ridho gitu istrinya pergi," jelas Zaina.

"Astaghfirullah kalian ini.... Zayden, kamu ikut aja, deh, ke pesantren. Takut rindu atau gimana, sih?" tanya Gus Arfa.

"Bukan nggak ngizinin, tapi ...." Zayden menjeda ucapannya, kemudian menarik Zaina agar mereka sedikit menjauh dari Gus Arfa.

"Aku izinin kamu pulang ke pesantren. Yang jadi permasalahannya itu adalah, kamu nitip anak berupa kucing, Ay. Ya Allah, ayolah sayang, ini kucing." bisik Zayden gemes.

"Masalahnya di mana, Suamikuuuu?" balas Zaina ikut berbisik.

"Masalahnya aku pengen yang dijaga itu anak kita asli bukan kucing, Istrikuuuuu," balas Zayden.

Zaina seketika salah tingkah. "Sabar, atuh, Kakak. Butuh proses juga, nggak mungkin juga anaknya bisa langsung jadi sekarang," ucap Zaina dengan logat Sunda yang kurang cocok dengan lidah Jawa-nya.

Zayden terkekeh. "Ya sudah, kamu berangkat, gih, kasian itu kang jomblo lama nunggu," final Zayden sembari menunjuk Gus Arfa.

"Baiklah, aku berangkat. Baik-baik di rumah sama Zona," pesan Zaina seraya mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Zayden pun menyambut tangan lembut itu dengan senang hati.

Setelah Zaina mengecup punggung tangan Zayden, tapi laki-laki itu tidak mau melepaskan tangan Zaina.

"Kak--"

Cup

Belum usai kalimat protesan Zaina, Zayden lebih dulu sedikit menarik pinggang istrinya hingga ia dengan leluasa mencium kening Zaina selama 7 detik.

"Astaghfirullah, ya, Allah," ucap Gus Arfa mengalihkan pandangannya.

"Kalian berdosa karena sudah melakukan hal itu di depan saya," lanjutnya berkomentar.

"Dosa dari mana, Mas Gus? Ini, kan, istri saya, jadi nggak dosa dong, malah berpahala," balas Zayden.

"Pamer kemesraan di depan orang itu tidak baik," ujar Gus Arfa.

"Tidak baik dari mana, Mas Gus?" tanya Zayden menahan tawa.

"Kalian sama saja memamerkan--"

"Bilang aja iri," potong Zayden.

"Dibilangin malah ngeyel, saya mengatakan ini supaya kalian tidak mengulanginya lagi, apalagi di depan--"

"Di depan Gus Farras Arfathan Aqmar Ghazalah," potong Zayden maupun Zaina secara bersamaan.

***

Setelah perginya Zaina, Zayden mulai merasa bosan. Ia tidak tau harus berbuat apa.

"Apa ini yang dia rasain setiap harinya?" monolog Zayden. Laki-laki itu kemudian duduk di pinggir kolam ikan yang terdapat di belakang rumahnya.

"Pasti membosankan," lanjutnya. Zayden memberi ikan-ikan mas itu makan pagi. Di dekat kakinya ada Zona yang terus mengedusalkan kepalanya dengan lucu.

Zayden suka ikan dan Zaina suka kucing.

Perasaan bersalah timbul di hati Zayden. Akhir-akhir ini ia sudah sangat mengabaikan Zaina karena pekerjaan. Padahal hal itu tidak ada hubungannya dengan jarak yang ia berikan. Bahkan ia masih bisa memberi perhatian kecil walau sekedar menanyakan kegiatan apa yang Zaina lakukan di hari itu, tapi Zayden mengabaikan hal kecil tersebut.

"Maaf, Ay. Setelah ini aku berusaha untuk nggak mengabaikan kamu lagi, sesibuk apapun aku, kamu prioritas ketiga aku ...."

"Setelah aku sebagai hamba dan seorang anak ... aku adalah seorang suami."

Tak terasa Zayden sudah duduk di pinggir kolam ikan itu hampir satu jam. Ia kemudian bangkit dan masuk ke dalam rumah.

Rumah berlantai dua dan cukup besar itu terasa sangat sunyi. Hanya ada suara Zona yang mengeong.

"Zona anak ayah bunda!" panggil Zayden. Laki-laki itu kemudian terkekeh.

Kucing gemuk berwarna putih itu Zayden gendong, kemudian ia letakkan di atas lemari pendek di dekat dinding.

Tangan kekarnya menangkup wajah kucing menggemaskan itu.

"Zona, kamu mau disayang sama ayah, kan? Jadi, kamu dilarang terus-terusan untuk caper ke bunda kamu, okey?"

"Kamu bakal saya sayangi asalkan kamu nggak ambil perhatian istri saya!" peringat Zayden semakin ngegas nada bicaranya.

Mana perginya Zayden yang pinter?

Kenapa sekarang malah berbicara dengan kucing yang tidak bisa ngomong dan tidak mengerti omongannya.

"Saya mau mandi dulu, kamu jangan ke mana-mana atau saya akan dimarahin nanti."

"Hm, nggak masalah kalo dimarahin, bakal bahaya kalo istri saya malah nangis nanti," imbuh Zayden.

Saat Zayden melepaskan tangannya dari wajah Zona dan hendak pergi, kuku tajam Zona tiba-tiba menyerang pipinya dengan cukup kuat.

"Aishh.... Nakal!" Zayden meringis dan mengusap pipinya.

Barusan kucing Zona sangat bersemangat mencakar pipinya. Di pipi bersih Zayden sekarang terdapat bekas cakaran kucing yang cukup panjang dan memerah.

"Astaghfirullah sabar," gumam Zayden. Ia menarik napas panjang, lalu ia hembus dengan kasar. Jangan sampai ia mencekik kucing yang sekarang menatapnya dengan mata sayu itu. Jika Elvano yang berada di posisinya sekarang, sudah dipastikan kucing itu sudah innalilahi.

"Pergi kamu sebelum saya makan!" usir Zayden.

Kucing putih itu seperti mengerti apa perintah Zayden. Segera ia pergi dengan berlari menjauh dari Zayden.

Zayden terus beristighfar sambil mengusap pipinya yang mulai terasa perih.

"Dendam atau gimana dia?"  gerutu Zayden.

***

Zaina melihat barang yang ditenteng di tangannya. Bibirnya terus mengukir senyum sampai ia masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum...."

"Kak Zayden, aku pulang!" seru Zaina.

Wanita itu langsung pergi ke dapur.

"Kak Zayden! Aku bawa mie ayam, loh," panggil Zaina lagi. Ia langsung menyiapkan makanan yang ia beli, tidak sabar untuk makan bersama sang suami.

"Ke mana dia? Nggak mungkin tidur pas udah mau dzuhur gini," monolog Zaina.

Tak lama kemudian barulah terdengar derap langkah kaki Zayden yang menuruni tangga.

Zaina semakin tersenyum sumringah melihat suaminya itu. Zayden terlihat berkali-kali lipat lebih tampan dari biasanya. Sudah beberapa hari ini Zaina tidak menikmati ketampanan laki-laki yang mengenakan kaos polos hitam dipadukan dengan celana santai tersebut.

Terlihat berbeda dari Zayden yang terbiasa menggunakan jas formal ketika bekerja.

"Kak Zayden tampan. Zona baik-baik aja, kan, Kak?" tanya Zaina langsung saat Zayden belum sampai ke dekatnya.

"Tanyain aja itu hewan, suaminya nggak ditanyain baik-baik apa nggak," cibir Zayden.

Kening Zaina berkerut saat menyajikan mie ayam yang ia beli.

"Kak Zayden baik-baik aja, kan?" tanya Zaina.

"Enggak," jawab Zayden dengan cepat.

"Coba liat ini ...." Zayden menunjuk-nunjuk pipinya ketika sudah berada di samping Zaina.

Wanita itu beralih untuk menghadap ke arah Zayden, matanya meneliti pipi Zayden.

"Ulah kucing kesayangan kamu," beber Zayden terdengar kesal.

"Ya Allah, Kak, ini sakit?" Tangan Zaina terangkat untuk mengusap luka cakar di pipi Zayden.

"Perih," jawab Zayden. Tangannya naik dan melingkar di pinggang Zaina.

Zayden mode manja again.

"Kok bisa dicakar? Emangnya kamu apain Zona, Kak?" tanya Zaina. masih mengusap dengan lembut pipi Zayden.

"Nggak di apa-apain kok," alibi Zayden.

"Enggak mungkin ada asap kalo nggak ada api, nggak mungkin Zona cakar kalo nggak kamu apa-apain," tuntut Zaina.

"Kok malah belain si Zona?"

Zayden menegakkan tubuhnya. Hal itu membuat Zaina lebih mendongak melihat wajahnya.

"Bukan belaian Zona, aku cuma tanya kamu apain Zona kok bisa dia nyakar kamu, Kak? Soalnya berminggu-minggu dia tinggal sama kita, tapi dia nggak pernah nyakar aku," jawab Zaina.

"Cuma aku ancam, Ay. Lagian dia kucing nggak bakal ngerti juga apa yang aku omongin," bela Zayden.

"Astaghfirullah, kamu ngancam apa?" Zaina meringis mendengar jawaban Zayden.

"Ngancem supaya dia nggak sering caper sama kamu," jawab Zayden melengos.

Zaina maju selangkah, kemudian memeluk pinggang suaminya. Wajahnya bersandar di dada Zayden yang selalu berhasil membuatnya nyaman.

"Jangan cemburu sama kucing. Nggak wajar tau," bisik Zaina.

"Bukan cemburu, cuma kesel," bela Zayden.

***

Besok sorenya tepatnya di kediaman Elvano dan Alara. Terjadi perdebatan kecil antar ibu dan anak.

"Kia sama Tana aja, ya?" bujuk Alara. Ia berharap putrinya itu mau tinggal bersama dengan Zaina.

"Iya, Kia mau sama Tana," jawab anak kecil itu. Alara tersenyum, lalu mencium pipi cubi Kia.

Sedari tadi ia membujuk Kia untuk tinggal bersama Neneknya, tapi anak itu tidak mau. Setelah ditawari untuk bersama dengan Zaina, barulah Kia mau.

Sore ini Elvano dan Alara berencana menitipkan Kia ke Zaina, karena mereka ingin berziarah ke makam ayahnya Alara.

Mereka tidak bisa membawa putrinya itu karena kesehatan Kia akhir-akhir ini menurun.

Setelah selesai bersiap-siap, Elvano dan Alara pergi ke rumah seberang, tepatnya rumah Zayden dan Zaina.

"Abang ikut?" tanya Kia pada Zafian.

"Heeum," jawab kembarannya tersebut.

"Bunda, Kia mau ikut juga," pinta gadis kecil itu sambil mendongak melihat ibu yang sedang memapahnya.

"Besok aja, ya, hari ini cuacanya panas, nanti Kia sakit lagi. Jadi, sore ini Kia sama Tana dulu, ya," jawab Alara dengan lembut dan berharap putri kecilnya itu mengerti.

"Um, baiklah," pasrah Kia.

Setelah berada di depan rumah Zayden dan Zaina, Elvano langsung mengetuk pintu. Tak berselang lama, rumah itu terbuka menampilkan Zaina yang sumringah melihat kedatangan tamunya.

"Waalaikumsalam. Aaaa ada si kembar!" seru Zaina dengan bahagia.

Alara terkekeh melihat Zaina. "Na, aku sama Kak Elvano mau ke makam Abu, boleh titip Kia?"

Zaina langsung mengangguk antusias. "Boleh banget malah, Kak. Dari tadi aku mainnya cuma sama Zona," jawab perempuan itu.

"Alhamdulillah, kalo gitu kami titip Kia, ya, Na. Nggak lama kok," ujar Alara.

Zaina mengangguk antusias. Kia pun segera menghampiri Zaina.

"Sekalang Ayah ama Bunda boleh pelgi!" usir Kia.

"Jangan nakal sama Tante Zainab, ya," pesan Elvano.

Kia menggeleng. "Bukan Tante Jainab, tapi Tana," protesnya.

Zaina dan Alara terkekeh.

"Ya udah, Na, kami pamit dulu. Assalamualaikum," pamit Alara mewakili suaminya juga.

"Waalaikumsalam," jawab Zaina dan Kia.

Setelah Elvano, Alara dan Zafian pergi, Zaina segera mengajak Kia masuk ke dalam rumah.

"Om Deden mana?" tanya Kia sambil celingak-celinguk mencari Om-nya.

"Om kamu lagi kerja, Sayang," jawab Zaina tersenyum.

"Kelja? Hm, Ayah kenapa ndak kelja, katanya ayah kelja buat Kia bial bisa makan," celoteh anak perempuan itu.

Baru saja Zaina ingin menjawab, tapi Kia melanjutkan kalimatnya, "Om Deden kelja untuk siapa, Tana? Kata bunda olang kelja itu untuk anaknya, nah anak Om Deden siapa?"

Zaina bingung harus menjawab apa. Ia hanya tersenyum masam.

"Om Deden belum punya anak, Kia sayang, Om Deden baru punya Tana, jadi Om Deden kerjanya untuk Tana," jawab Zaina berharap Kia tidak menanyakan hal itu lagi.

"Um, baiklah. Tana ayo main kejalan! Kia kangen main kejalan!" seru Kia.

"Ke jalan? Ngapain main ke jalan, Nak?" panik Zaina saat Kia lari dari dekatnya.

"Bukan ke jalan, Tana, tapi kejalan! Main kejal-kejalan!"

"Astaghfirullah, kejar-kejaran?" Zaina menepuk keningnya sendiri karena gagal paham.

"Iyaaaa! Ayo kejal Kiaaa!"

Zaina pun dengan senang hati mengejar bocah lucu itu. Sungguh, Zaina senang melihat kegirangan Kia. Anak itu seperti pertama kali bermain kejar-kejaran. Tawanya tidak pernah lepas dari bibir mungilnya.

Namun, senyum yang Zaina tunjukkan saat mengejar Kia berganti dengan raut panik.

"KIAA!!"

"KIA! NAK!"

Zaina menghampiri Kia yang tiba-tiba terbaring di lantai.

Zaina menjadi panik tak karuan.

"Sayang, Kia bangun, Nak. Ada apa sama kamu?" Zaina menggendong Kia dan membawanya ke sofa.

Tangan Zaina jadi gemetar. Ia bingung harus apa.

"K-kak Zayden." Perempuan itu langsung mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Zayden. Hanya Zayden yang ada di pikirannya.

"Assalamualaikum--"

"Kak Z-zayden, Kak... ini Kia ... Kia kenapa, Kak? Kia--"

"Kia? Kia sama kamu? Kenapa ada apa?" potong Zayden dengan suara juga panik.

"A-aku juga nggak tau, tadi kita main kejar-kejaran, terus tiba-tiba K-kia pingsan--"

Tuut

Zayden langsing memutuskan sambungan secara sepihak.

....to be continue....

Kia kenapa gaess??

mau lanjut kapan nih?

besok? gas aja aku mah, asal target tembus 🤣

ini aja dari 6 November terakhir update, sekarang udah 18 nov🤣

1k vote dan 1,5k komen

AYOLAH JANGAN SIDERS! ITU 4Rb ORANG TANGANNYA KE MANA? MASA YANG NGEVOTE NGGAK NYAMPE 900👀

kalo tembusnya bulan depan ya udah updatenya bulan depan 😇

makanya jangan siders.

follow akun ig aku: wp.12kentang

ZINNIA bakal terbit di penerbit Skuad, follow penerbitnya biar ga kaget kako Zinnia tiba-tiba Terbit_-

ada yang mau join gc ZINNIA? DM aku ig @teratai.zinnia

sampai jumpa, see u🖤

spam next 

Spam huruf m sebanyak 1k

spam lanjut

spam abjad a-z sebanyakkk mungkin

spam ZAZA


Continue Reading

You'll Also Like

4.7K 305 9
SEBELUM BACA, FOLLOW DULU YUK !!! . . . "Ayo, gue antar." "Gak." "Naik gue bilang." "Modus penculikan ya? Sana ih, aku teriak nih." "Ok" โ–ช๏ธŽ "Ayo." Ga...
837K 33.2K 50
[Complete] Apa jadinya, jika CEO sebuah perusahan yang begitu dingin, tidak pernah tersenyum,perfeksionis, bertemu dengan wanita bodoh, dan ceroboh...
2.8M 188K 40
[า“แดสŸสŸแดแดก แด…แดœสŸแดœ sแด‡ส™แด‡สŸแดœแด ส™แด€แด„แด€!] ส€แดแดแด€ษดแด„แด‡ - sแด˜ษชส€ษชแด›แดœแด€สŸ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
1M 68.3K 64
๐™‹๐™‡๐˜ผ๐™‚๐™„๐˜ผ๐™ ๐˜ฟ๐™„๐™‡๐˜ผ๐™๐˜ผ๐™‰๐™‚ ๐™ˆ๐™€๐™‰๐˜ฟ๐™€๐™†๐˜ผ๐™โš ๏ธ (๐˜‰๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ง๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ธ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฎ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ค๐˜ข) โ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™กโ™ก Seo...