The Theory of Metanoia

By cheesydorian

5.4K 1.2K 5.4K

Adam Wistletone memiliki segalanya. Namun, ada satu kecacatan yang tak bisa diperbaiki seorang pun  termasuk... More

THE THEORY OF METANOIA
PROLOG
─ i: "INVISIBLE PRISONER"
─ ii: "THE KING OF YOUR COUNTRY NEED YOU"
─ iii: "THE YOUNGEST MISERY"
─ iv: "IMPOSSIBLE DUTY FOR THIS YOUNG MAN"
─ v: "THE SCALE MUST BE BALANCED"
─ vi: "WOEFUL BRAVURA"
─ vii: "UTTERED SYLLABLES AGAINST THE DOOR"
─ viii: "INTO THE NEMESIS DWELL"
─ ix: "THE UNFATHOMABLE DESTINY CARVED IN ENCRYPTION"
─ x: "THE BATTLEFIELD BEHIND CALCULATIONS"
─ xi. "RETELL SNOWFLAKES MEMOIR BEFORE ENIGMA"
─ xii: "IS THERE DOUBLE NAVAL ENIGMA?"
─ xiii: "BLAZING FIRE AND BRONZE LOGIC"
─ xiv: "IN THE PLAYFAIR CIPHER ENCRYPTION"
─ xv: "BOTH ARE PERSPECTIVES"
─ xvi: "B FOR BLITZ, B FOR BOMBE"
─ xvii: "SZCMV"
─ xviii: "PREFIX CONFERENCE"
─ xix: "A PRESENT FROM ABWEHR"
─ xx: "WAFTING PREJUDICES"
─ xxi: "THE MAN WHO CALLED HIM ICARUS"
─ xxii: "SOLSTICE SIMULATION"
─ xxiii: "FLAXEN FAREWELL"
─ xxiv: "DECIPHER OF FALLACY"
─ xxv: "HIS UNVEIL ENIGMA"
─ xxvi: "THE EPOCH OF A REVOLUTIONARY"
─ xxvii: "KAFKAESQUE"
─ xxviii: "SACRED TESTAMENT"
─ xxix: "THE FLUSTER ALIBI"
─ xxx: "WHOSE VOICE CRIES THE AGONY OF FRONT?"
─ xxxii: "OUR ROADS EXTRAPOLATING DIFFERENT STORY"
─ xxxiii: "THE CREATOR OF IMITATION FAITH"
─ xxxiv: "A ROOM FOR TWO"
─ xxxv: "THE BOY WHO CRIED WOLF"

─ xxxi: "RED MENACE"

55 15 84
By cheesydorian

THE THEORY OF METANOIA

CHAPTER THIRTY ONE • RED MENACE

I don't know where to go.

        "AKU sudah lelah hanya untuk membuka mata saja." Jikalau kalimat itu tak pernah dipelesetkan lidah Adam, air muka dia sudah mengatakannya. Cukup membaca judul berita utama koran saja, Adam ingin segera menjatuhkan kepala. Maka Joan mengusap bahunya berulang kali. Berharap pada usapan yang terakhir, berita itu hilang seketika—begitu pula kegelisahan pria di sampingnya.

       Namun, Alan merebut koran itu segera dari tangan Adam. Mengangkatnya setinggi kepala untuk berkata, "Ini lelucon. Kau tahu, ini lelucon. Jika hal seperti ini benar-benar terjadi di luar sana—jika Smithers benar-benar tahu skandal Adam dan tuduhan komunisnya, semua yang kita kerjakan di Bletchley Park berakhir sia-sia. Publik akan mempertanyakan keberadaan Adam di sini dan jika mereka tahu kita mengerjakan Enigma, lalu entah bagaimana Jerman akan mendengarnya juga, mereka bisa mengubah pengaturan dan model Enigma secara tiba-tiba seperti sebelum perang. Lebih parah lagi jika kita tak tahu model semacam apa yang mereka buat. Ini akan menjadi bencana."

       "Itu yang muncul di kepalaku begitu membaca beritanya, Alan," tutur John, "tapi sejak awal memang sudah kacau, bukan? Sejak Denniston tiba-tiba saja berkata ada mata-mata Uni Soviet di Bletchley Park dan mengubrak-abrik Hut 8 untuk membawa Adam, hampir seluruh Bletchley Park membicarakan hal itu. Mereka pun mulai mencurigai Adam. Seolah ini sudah direncanakan."

       "Direncanakan?" Hugh menertawakan ucapannya sendiri. Tungkainya sempat mundur beberapa langkah. "Aku tak tahu apa yang terjadi antara dirimu dan Denniston, tapi mengorbankan Bletchley Park hanya untuk provokasi sudah keterlaluan. Bukannya sejak awal dia yang meneriakkan kerahasiaan? Memberikan tuntutan membayar negara dengan nyawa dan omong kosong lainnya, lalu dia yang mengkhianati kita semua? Untuk apa?"

       Di sela-sela embusan napas Adam, dia mengangkat kepala—menatap Hugh dan rekan lainnya yang berdiri menjulang dari tempatnya duduk. "Ada masalah antara aku dan Denniston. Masalah pribadi. Sebenarnya, antara dia dan ayahku. Semacam permusuhan kuno semasa mereka bekerja di Angkatan Laut, tapi aku tak pernah menyangka jika dia begitu membenciku atau ayahku sampai-sampai ini terjadi."

       "Terdengar begitu egois," pekik Joan seketika. "Masalahnya di sini, bukan hanya kau, dia, aku, dan kita yang bisa menjadi sorotan massa, tetapi juga Enigma. Yang dikatakan Alan benar. Pekerjaan ini bisa berakhir sia-sia."

       "Kuberitahu Menzies secepatnya," tutur Alan seraya mendorong tungkai menuju di mana gagang telepon berada. Bagaimanapun, suaranya tak terdengar ramah maupun baik-baik saja. Dia panik, meski raut mukanya lebih menampakkan amarah.

       "Evening Standard, itu bukan gurauan, Adam." Harry menunjuk nama penerbit berita di koran yang baru saja Alan tinggalkan di atas meja Adam. "Apa pun yang ingin Smithers sampaikan, terlebih mengenai komunisme karena dia seorang fanatik anti-komunis, Evening Standard akan menerbitkannya. Tanpa suntingan sana-sini. Tanpa pikir dua kali. Seolah koran itu milik Smithers sendiri."

       "Benarkah?" Peter bertanya-tanya.

       Harry segera memutar leher dan mengangguk. "Jika kau tak tahu harus apa, baca berita yang diterbitkan Evening Standard hasil tulisan Smithers saja. Mungkin kau juga akan menemukan kasus John Strachey."

       "John Strachey," ulang Adam, "rasanya baru kemarin kudengar namanya meski sudah kubaca berlembar-lembar halaman koran tentang dia beberapa tahun silam. Tak kusangka namaku ditulis oleh pria yang sama. Kuharap reputasiku tak berakhir sepertinya."

       "Kurasa tidak," timpal Hugh, "bagaimanapun, seorang Wistletone tak akan membiarkan apa yang telah ia bangun hancur hanya karena tulisan di koran. Smithers mungkin memiliki pengaruh, tapi menuduh seseorang atas nama komunisme tanpa adanya alasan dan bukti yang jelas menurutku adalah kriminalitas. Kurasa dia hanya berlebihan saja."

       "Ya, kuharap juga begitu."

       Saat itu jam masih menunjukkan pukul sebelas siang. Masih satu jam lagi untuk pergi menyiasati pikiran. Bagaimanapun, Adam pikir ia tak butuh jam istirahat untuk berpergian. Segala hal yang melilitnya ada di kepala. Mana bisa ia lari dari sana manakala Peter dan Joan terus-terusan berkata hal buruk tak akan terjadi, sementara Alan menekan nomor telepon Menzies berulang kali, John dan Harry beradu pandangan nasib berita di koran, dan Hugh terbisu ketika menarik rokok untuk dikobarkan, jikalau Adam hanya terdiam? Maka ia mengangkat tangan. Mengisyaratkan Joan dan Peter untuk memberinya ketenangan sebelum tungkai bangkit, koran diserobot tangan, dan ia menghilang di tikungan lorong Hut 8.

       Kehidupan di luar Hut terlihat begitu tenang. Tanpa kertas perhitungan, kebisingan yang Bombe ciptakan, maupun bibir-bibir yang enggan berhenti menumpahkan isi pikiran. Hanya jalanan sepi beraspal dengan dedaunan kuning dan beberapa bunga yang diterbangkan angin terbaring di trotoar. Belum lagi awan di atas sana—bak singgasana sang surya yang nyatanya siang ini tampak teduh tak seperti biasa.

       Adam pikir musim panas hanya ada di dalam Hut sebab di sini—di mana tungkai menuntunnya pada bangku panjang taman yang kesepian—semuanya terasa berbeda. Kicauan burung yang berebut mandi di kolam seputih porselen adalah harmoni yang sempurna. Sungguh ia ingin membayangkan duduk di bawah pohon ek dekat kediaman neneknya. Namun, itu hanya ilusi saja. Nyatanya ketika ia mengangkat tangan saja, tulisan Red Menace Smithers masih di sana. Tercetak cukup besar di sisi kiri koran. Menantang untuk dibaca dengan lantang.

       Bibirnya terbuka, untuk dikatupkan seketika. Bletchley Park memang tampak membiarkannya meneriakkan elegi sebab apa lagi yang ingin disampaikan? Adam kehilangan jati suara dan begitulah ia hanya memelototi selembar koran dengan netra yang putus asa.

       Lain cerita dengan sepasang wanita dengan koper di tangan mereka. Baru saja melewati pekarangan markas besar, tepat di seberang taman yang menyembunyikan keberadaan Adam. Bohong jika wanita berambut ginger itu akan melenggang begitu saja. Nyatanya ia membisikkan sesuatu di telinga kolega dia sebelum berlari kecil menuju taman dan nuansa Adam yang temaram.

       "Hai," sapanya. Tarikan sudut bibir disematkan.

       Sebenarnya ia tak terkejut jika hanya itu respons yang Adam berikan—bangkitnya sepasang alis tanpa kata untuk diutarakan. Kendati, ia mengisi sisi wajah bangku yang kosong dan memangku koper berisi cegatan pesan Enigma. Untuk beberapa saat, ia merasa kebingungan. Kamus kosakatanya surut akibat air muka acuh-tak acuh Adam. Maka ia menyembunyikan anak rambut di belakang daun telinga sebelum berkata, "Kudengar kau sudah pulang tiga hari silam. Aku berusaha menemuimu karena kulihat kau pergi begitu saja, tapi aku cukup sibuk, maka kuasumsikan kau juga. Jadi melihatmu duduk di sini sebelum makan siang rasanya aneh saja. Bukankah kau seharusnya melakukan sesuatu dengan Enigma?"

       "Ya, tapi mereka tak keberatan jika aku duduk di sini sebentar saja," ia membuang atensi—mendaratkannya pada tumpukan dedaunan hijau berlubang-lubang, "sedangkan kau tak bisa melakukan hal serupa."

       "Aku tahu," suara Fantine digelitik angin musim panas sehingga Adam harus memutar leher untuk membaca gerak bibirnya, "tapi tak masalah," ia pun kembali menjepit anak rambut dengan daun telinga, "hanya duduk sebentar saja sebelum pergi ke Hut 3."

       Demi dewan angin yang saling berebut suara, keduanya menelan aksara. Digantikan dengan momen mencari objek untuk ditatap. Bagaimanapun, hal semacam ini tak pernah membuat Fantine merasa nyaman. Hingga ia nyaris merebut koran di tangan Adam, pria itu tak tampak senang.

       "Maaf. Aku hanya penasaran mengapa kau membawa koran jika hanya ingin mencari angin. Ada berita propaganda atau intrik politik yang ingin kau bicarakan?" Fantine menanti jawaban pria itu, tapi ia hanya melipat koran dan mendaratkan atensi pada jalanan berlubang. "Adam?"

       "Aku tak tahu bagaimana cara mengatakannya," akunya, "tapi aku ingin duduk sendirian." Ia pun menatap Fantine untuk pertama kalinya—melihat kekecewaan dibalut sepasang netra hijau dia, "Jadi bisa kau pergi sekarang juga?"

       Ia menggulung bibir sebelum menjawab, "Tentu saja," dan pergi seketika.

       Adam tak pernah dikenal karena empatinya, tapi ia juga tak terlalu apatis mengenai manusia. Jelas sesuatu yang lebih rumit daripada Enigma sedang memompa darahnya, melilit kepala, hingga embusan napas saja tak mampu menghapus itu semua. Terutama ketika koran itu dilebarkan perlahan dan tulisan di sana semakin kentara untuk dibaca. Ia ingin bersandiwara, tapi penyangkalan bukan kepribadiannya, maka ia membaca beberapa kalimat di sana.

       Dimulai dari, "Ada pengkhianat di tengah-tengah kita. Seorang komunis di Bletchley dan saya menyesalkan penindasan terhadap kebebasan berbicara. Dia harus diperlakukan sebagai pengkhianat." Nama Adam Wistletone pun tertulis setelahnya.

       Di beberapa baris berikutnya—seolah dia memanfaatkan desas-desus tuduhan Adam yang entah bagaimana menyentil telinganya—kalimat yang menyinggung Partai Buruh pimpinan Clement Attlee didiskusikan. Ia mengulas ulang sejarah Partai Buruh dan reputasi politikus di sana. Mulai dari kasus John Strachey—yang meninggalkan Partai Buruh demi mencalonkan diri di parlemen sebagai independen pro-komunis, tapi berakhir berubah pikiran dan kembali memihak Partai Buruh—hingga lima anggota Partai Buruh—Sydney Silverman, Kim Mackay, Michael Stewart, Tom Driberg dan Anthony Crossman—yang dianggap berbahaya dengan secara terbuka mengkritik kebijakan luar negeri anti-komunis Amerika.

       Maka dalam tulisannya, Smithers menyatakan, "Berbicara untuk Inggris dan mengungkapkan apa yang dirasakan banyak dari kita, yaitu bahwa sel spionase dan sel ketidakpuasan perlu dibasmi." Dia mulai menyangkutpautkan hubungan keluarga Attlee dan Wistletone yang terjalin baik. Meski Wistletone sendiri tidak berkesibukan di dunia politik, baginya mengetahui calon menantu Attlee memiliki pandangan komunisme adalah sesuatu yang bisa diprediksi. Partai Buruh tidak dapat dipercaya.

       Bahkan di paragraf terakhir, Smithers sempat menyelipkan kalimat, "Pengikut komunis seharusnya dinyatakan melanggar hukum dan harta mereka harus dirampas." Begitulah Smithers menulis Ancaman Merah. Dipenuhi provokasi dan opini mengenai Partai Buruh di sana-sini.

       Jika Adam ingin membaca versi penuhnya, maka koran itu bisa saja berakhir diterbangkan angin, tapi ia menolak—demi kewarasan dan Enigma yang belum terpecahkan, ia tak ingin kembali diseret hal-hal merepotkan. Kendati, tungkai ditegakkan dan meja kerjanya yang kosong diisi kemudian.

       Saat itu Hut 8 sudah kembali beroperasi. Bagaimanapun kepala mereka tak hanya mengepulkan kerumitan Enigma, tulisan Smithers tak bisa dijadikan alasan untuk berhenti bekerja. Pengecualian untuk Adam sebab Alan sendiri juga berkata, "Jika kau mau, pulanglah. Ada cukup orang di sini untuk mengerjakan Enigma."

       Namun, kepalanya tergeleng. "Aku baik-baik saja. Buat aku sibuk dengan pesan enkripsi yang lain, Alan. Aku butuh hiburan."

       Sayang, Alan menarik pena dari genggaman Adam. Ia tak tampak mentoleransi apa pun sekarang. "Pulanglah atau pergi ke mana saja. Memaksakan dirimu untuk bekerja bukanlah solusi. Kukatakan begitu bukan berarti aku peduli. Aku hanya tak ingin kesalahan lama terjadi, seperti kau yang salah menghitung kertas Hugh. Ingat tiga kali tiga bukan enam, tapi sembilan."

       Kekehannya lolos begitu saja. Rambut diberantakan pada akhirnya. Kepala jatuh di atas meja. Sepasang netra tertutup lengan yang tertumpuk menutupi air muka.

       "Aku tak tahu harus ke mana," gumamnya. Beruntung Bombe sedang tak bersuara, "biarkan aku duduk di sini saja."

       Pena di tangan Alan menemani kesengsaraan Adam—terbaring di atas meja. Ia tak merespons melalui kata, tapi derap langkah Alan menjelasakan semuanya. Maka ia begitu saja. Menutupi air muka di atas meja. Hingga Bombe kembali bersuara, perundingan mulai bermuara, dan langit menampakkan goretan jingga, Adam masih di sana. Sesekali ia memiringkan kepala menyaksikan koleganya dipermainkan Enigma. Lalu seseorang memblokir kuasa netra dia; Menzies orangnya.

       Berbeda dengan hari-hari di penjara, Menzies kali ini tak tampak ramah. Tak ada sambutan apa pun begitu atensi saling ditukar. Kendati, ia berkata, "Kemasi barangmu sekarang juga."

• Leksikon •

(i) Red Menace adalah sebutan lain untuk komunisme.

(ii) Sir Waldron Smithers adalah seorang politikus Partai Konservatif di Britania Raya. Dia adalah anggota Parlemen selama lebih dari 30 tahun dan seorang anti-komunis yang aktif.

◖ ᪥ ◗

26.7.2023

°tolong pertimbangkan untuk memberikan vote dan/atau komentar jika kalian menyukai cerita ini karena itulah bentuk dukungan kalian.
cheesydorian

Continue Reading

You'll Also Like

544K 70K 55
Jenaka adalah seorang kutu buku yang tengah mempersiapkan Ujian Akhir Sekolah. Jenaka tinggal bersama nenek buyutnya yang mengidap Dementia. Suatu ha...
Ken & Cat (END) By ...

Historical Fiction

7.2M 762K 53
Catrionna Arches dipaksa menikah dengan jenderal militer kerajaan, Kenard Gilson. Perjodohan yang telah dirancang sejak lama oleh kedua ayah mereka...
Won't Get Divorce! By Berry.

Historical Fiction

9.1K 1.4K 19
Ketika keinginannya untuk bisa mengulang waktu terwujud, Edith segera berusaha memperbaiki hubungannya dengan suaminya, Julian. Ia berjanji tidak aka...
5.8M 461K 68
Olivia, seorang mahasiswi tingkat tiga meninggal akibat tertabrak mobil saat dalam perjalanan pulang ke rumah untuk merayakan ulang tahun adik nya...