Blue

By Ddiasya

130K 14.9K 2.8K

Saat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau mem... More

Prolog
Awal
Misi tingkat A
Hari Pertama
Permainan
Insiden
Kecewa
Jejak
Perjalanan ke Takigakure
Awal Rasa
One Step Closer
Blood
Masalah
Rencana Jahat
Pengumuman
Masa Lalu
Just for fun
Kebangkitan Siluman Naga Berkepala Delapan
Di Ambang Batas
Segel Terakhir
Selongsong Kosong
Daisuki
Rencana yang Menyesatkan
Tanzaku di Ranting Bambu
Malam yang Istimewa
Secuil Ingatan yang Hilang
Pulang
Babak Baru
Q n A
Tidak Ada Judul
I Love You So
Bayang Ketakutan dan Penyesalan
Abu-abu
Menggantung Rasa
Gembok Rasa
Ternyata ia bukan rumah, hanya sekadar tempat singgah
Dinding Rahasia
Batas yang Jelas
Bunga yang Gugur
Dua Wajah Pias
Darah Dalam Tubuh
KLTK (Kenangan Lama Teringat Kembali)
Semangkuk Rasa
Feeling Blue
Mesin Waktu
I Wanna Love You but I Don't Know How
Hujan Tidak Benar-benar Datang
Setiap Bahu Memiliki Beban
Kemalangan Tanpa Ujung
Sadness and Sorrow
Pulang
Ruang Kesakitan

Darah

1.3K 209 29
By Ddiasya


Setahun terakhir, saya merasa berada di tahap life crisis. Tidak tahu alasan apa, tidak tahu apa yang akan saya lakukan kedepannya, kehilangan motivasi, merasa berada di fase stagnation dan emptiness benar-benar membuat saya frustasi. Apa saya perlu waktu adaptasi yang lama di rumah baru? I don't know, saya merasa menjadi pribadi yang introvert belakangan ini. Tipe yang suka sosialisasi, kemudian tiba-tiba saya harus terkurung di rumah lebih lama. Sendirian, ditemani ikan-ikan koi yang terkadang melompat keluar kolam dan mati terkapar. Saya bilang begini sebab kalian pembaca maya saya, tidak mengenal saya di dunia nyata. Saya merasa lebih bebas bercerita. Hahaha.

Languishing, saya kehilangan ketertarikan melakukan hobi yang saya sukai, bahkan saya tidak tertarik menulis KakaSaku lagi. Mungkin salah satu alasan saya jarang meng-update kisah ini. Tidak tertarik membaca komen lagi. Doakan diri saya yang dulu kembali, ya!

Bila ada kesempatan dan kesehatan, saya pasti kembali ke akun ini. Semoga kalian sehat di mana pun berada. Btw, selamat lebaran. Bila saya ada salah kata, mohon dimaafkan.😊

***

"Mereka tidak akan mampu mengejar kita," ujar Karin.

Sasuke yang menjadi pemimpin kelompok itu tidak menyahut. Ia belum sepenuhnya mendapatkan kembali penglihatan normal itu, tapi kemampuan indra penciuman itu masih sempurna. Karin yang membantu Sakura memakai salah satu kaos hitam milik Sasuke membuat kening laki-laki itu mengernyit, sedangkan blus merah si gadis sudah tercabik menjadi puluhan. Tersebar ke segala penjuru demi mengacaukan indra penciuman Pakkun, begitu rencana mereka. Tentu rencana itu berhasil karena kemampuan sensor Karin yang apik. Ia bisa mendengar keluhan si gadis berambut merah yang mengomel karena Sakura memakai bajunya. Namun, siapa yang berani menolak perintah Sasuke secara terang-terangan.

Aroma tubuhnya yang tertinggal di kaos hitam itu telah bercampur dengan keringat Sakura. Dibandingkan dengan mereka, tentu Sakura lebih cepat berkeringat dan lelah tanpa bantuan chakra. Kemampuan gadis itu menurun seiring pergerakan dalam perutnya. Sasuke menghela napas panjang, membuang sedikit pikiran aneh yang tidak pernah singgah dalam benak selama ini.

"Kita beristirahat di sini," perintah Sasuke setelah mendapat bisikan dari abdi yang paling setia.

Juugo mundur dua langkah, sedangkan Suigetsu hanya mengangkat bahu. Karin tampak tidak suka, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Gadis itu menatap Sakura dengan pandangan kesal seolah berkata, "Ini salahmu!"

Sakura menghela napas panjang memandang satu per satu anggota kelompok mantan rekan tim 7 itu. Seandainya ia bisa kabur, tapi dibuangnya segera pikiran itu. Kesempatan kabur itu hanya satu persen bila melihat kondisinya sekarang. Setidaknya ia masih hidup, batinnya kecut. Bila ia memutuskan kabur pun, ia tidak bisa menjamin kalau ia mampu bertahan di hutan. Bagaimana bila ia bertemu dengan missing nin di tempat lain? Bertemu dengan ninja kelas C pun, ia belum tentu bisa menang. Tanpa kemampuan chakra, ia tidak bisa mengandalkan teknik taijutsu seperti Lee. Tidak begitu cakap.

Seolah bisa membaca pikiran Sakura, Sasuke berkata lirih, "Selama kesepakatan ini berlangsung dengan baik, kau akan hidup."

Sakura mengangkat sebelah alis dan menyeringai. Menertawakan hidupnya yang berada di bawah kekuasaan orang lain. Tanpa berkata lagi, ia memilih berteduh di bawah pohon besar. Mengabaikan Juugo yang sudah berhasil membuat api unggun kecil di tengah kelompok itu. Diambilnya tas di samping tempat duduk, lalu ia mengeluarkan lima onigiri yang sudah dingin. Mereka tidak akan menemukan makan malam di tengah hutan seperti sekarang. Agak sulit menemukan hewan yang masih berkeliaran atau mencari ikan di sungai, atau menemukan buah-buah segar yang bisa dimakan saat gelap mendominasi.

Sakura melemparkan onigiri pertama pada Juugo yang ditangkap dengan sempurna. Dibandingkan dengan dua anggota Sasuke yang lain, Juugo lebih bersahabat. Setidaknya Juugo yang selalu mengekor Sasuke ke mana-mana sudah terbiasa padanya. Ia bisa melihat lelaki berbadan besar itu tersenyum sekilas. Sakura mengalihkan perhatian pada Suigetsu yang sudah mengulurkan tangan, maka ia melemparkan benda yang sama. Ditatapnya Karin yang masih cemberut, tapi gadis itu harus menerima uluran onigiri buatannya kalau tidak ingin kelaparan sampai pagi.

Kini tiba onigiri terakhir untuk Sasuke, mendadak pria itu berjalan ke pohon besar dan duduk di sampingnya. Sakura menghembuskan napas panjang dan pura-pura tidak melihat lirikan Karin yang cukup tajam, mengangkat tangan kanan Sasuke dan meletakkan onigiri itu di atas telapaknya.

"Hanya ada nori sisa di penginapan, semoga rasanya tidak begitu buruk," ucap Sakura, lalu menyadari bahwa Sasuke tidak bertanya, ia menoleh ke arah lain. Wajahnya sudah memerah sekarang bukan karena api yang berkobar di hadapan.

Sasuke menggigit potongan nasi kepal tanpa bicara, lalu menyelesaikan potongan yang lain dengan lahap.

"Tidak buruk," komentar Sasuke pendek.

Sakura menghela napas panjang. Mungkin mereka akan bergerak terus, menjadi pengembara nomaden. Sulit menemukan tempat yang bisa membuat pengobatan mereka bisa berjalan dengan baik. Selain itu, ia ingin beristirahat karena janin dalam perut terus berkembang. Pinggangnya terasa sakit kadang-kadang sehingga ia merindukan aroma kamar yang tenang, kasur yang nyaman dan secangkir ocha hangat.

"Sebaiknya kau pergi tidur, Juugo akan berjaga untuk kita," bisik Sasuke menolehkan wajah pada Sakura.

Gadis itu merasakan radiasi Sasuke cukup kuat sehingga ia bisa melihat wajah itu dari dekat. Meski masih memakai kain penutup mata, ia merasa Sasuke tengah memandanginya. Itu membuatnya tidak nyaman.

"Hmm," balas Sakura singkat, lalu menyandarkan tubuh di batang pohon besar. Tanpa selimut tebal yang menutup tubuh, ia merasa kedinginan. Saat ia masih menjadi ninja yang melakoni misi dari Konoha, ia sudah terbiasa dengan segala cuaca bahkan yang terekstrem pun. Namun, kondisi kehamilan membuat ia merasa lebih mudah lelah sekarang. Kedua tangan Sakura menekap pada tubuh sebab kaos panjang milik Sasuke tidak cukup menghangatkannya.

Ia agak berjengit kaget saat jubah perjalanan Sasuke melingkar di depan dada. Ucapan terima kasih ingin terlontar dari mulut, tapi kata-kata Sasuke membungkamnya.

"Aku membutuhkanmu. Jadi, tetaplah hidup!"

Rasanya ingin mengumpat saat menyadari bahwa Sasuke membutuhkannya untuk menyembuhkan mata sialan itu. Tidak ada simbiosis mutualisme, malah ia merasa dimanfaatkan saja. Hidup memang suka mempermainkan, terkadang menawarkan satu-satunya pilihan yang harus dijalani.

***

"Tenzou," sapa Kakashi saat ia tiba di kamar inap eksklusif itu.

Tenzou yang tengah berbaring langsung kaget dan berusaha bangkit, tapi tangan Kakashi yang terangkat membuatnya berhenti.

"Tetaplah beristirahat!" perintah Kakashi yang mendapat anggukan Tenzou.

Pria perak itu mengambil tempat di sisi kiri, memandang Tenzou yang memakai selang fiksasi.

"Aku senang kau sudah sadar," ucap Kakashi lirih.

Tenzou mengangguk. "Aku mendengar beritanya. Maafkan aku, Senpai."

Kakashi tidak menyahut. Dipandanginya selang infus yang masih menancap di lengan kiri Tenzou selama beberapa detik.

"Tapi aku tahu sesuatu," ujar Tenzou lagi. "Aku sudah memberitahukannya pada Tsunade-sama begitu sadar kemarin."

Mata Kakashi yang tidak tertutup hitai-ate tampak melebar. "Sesuatu?"

Tenzou mengangguk. "Mata Sasuke terluka. Bila memaksakan diri melakukan sharingan, ia akan buta. Aku yakin ia menculik Sakura untuk melakukan pengobatan pada matanya yang berharga. Tanpa sharingan, Sasuke tidak akan sekuat itu."

Kakashi menghembuskan napas berat. Itulah kenapa kelompok Sasuke sengaja mengaburkan penciuman Pakkun, menyesatkan tim pencarian, berpindah-pindah, dan ... oh, tidak!

"Itu artinya mereka akan membawa Sakura dalam waktu lama. Bila mata itu belum sembuh, Sakura akan tetap bersama mereka. Bajingan!" umpat Kakashi. Kecemasan akut pada keselamatan Sakura membuatnya panik sekarang.

"Betul!" Suara tegas Tsunade membuat dua pria itu menoleh ke pintu.

Di sana, Tsunade telah memasang tampang lebih galak dari siapa pun. Shizune yang berada di belakang hanya menatap pasrah pada kedua rekan yang mungkin akan mendapatkan amarah sekarang.

"Siapa yang mengizinkanmu datang ke sini, alih-alih melapor padaku lebih dulu, Kakashi!" gelegar Tsunade, kemudian menurunkan nada suara saat menyadari mereka berada di ruang pasien, ia melanjutkan dengan tatapan yang sangat tajam, "jangan mendiskusikan hal ini di rumah sakit. Kita bicara di kantorku!"

Tubuh Tsunade sudah menghilang dari pandangan, lalu Kakashi memandang Tenzou sejenak.

"Aku akan mengunjungimu nanti."

Tenzou mengangguk. Keheningan tercipta setelah suara sepatu Kakashi tidak terdengar lagi.

***

"Kau sudah mendengar sendiri apa yang dikatakan Tenzou," ucap Tsunade membuka percakapan begitu mereka telah tiba di kantor Hokage.

"Apakah tim pencarian sudah mendapatkan informasi ini?"

Tsunade memicing pada pertanyaan Kakashi yang terdengar tidak sabar. Ia menghela napas panjang.

"Apa yang bisa kita harapkan selain mereka bisa menemukan Sakura secepatnya? Tidak ada. Kelompok Sasuke bergerak nomaden, kita tidak punya kepastian mereka berada di mana. Tim hanya bisa melakukan pencarian sesuai insting. Menerka-nerka, apa kau tahu ke mana mereka akan pergi?" tanya Tsunade.

Kakashi terdiam. Oto, tempat eksperimen Orochimaru tentu bukan tujuan Sasuke. Bila Sasuke terluka dan ingin Sakura melakukan penyembuhan, maka ia yakin bila kelompok itu menghindari Oto. Itu tempat yang akan dicoret pertama kali dari daftar pencarian.

"Aku tahu jawabanmu, Kakashi. Kita tidak tahu ke mana mereka membawa Sakura pergi."

Kakashi mendongak. Ingin sekali memberontak, tapi ia tahu bahwa perkataan Tsunade sepenuhnya benar. Ia tidak tahu ke mana kelompok itu pergi. Mereka hanya mencari dan memburu dengan keyakinan besar bahwa Sakura akan ditemukan.

"Kau dengar apa kata Tenzou, 'kan? Selama Sasuke membutuhkan Sakura, maka ia akan baik-baik saja. Setidaknya kita bisa menyusun rencana lain yang lebih akurat untuk menemukannya."

Kakashi menatap Tsunade lagi. Bagaimana bila Sasuke membunuh Sakura setelah sesi pengobatan itu selesai? Seolah tahu pertanyaan Kakashi, Tsunade memejamkan mata rapat.

"Memang selalu ada kemungkinan terburuk," ujar Tsunade yang menangkupkan kedua tangan di depan wajah.

"Bepergian dalam kondisi hamil, itu akan membahayakan Sakura," ucap Kakashi dengan nada sedih.

Tsunade memandang Kakashi. "Risiko keguguran bisa saja terjadi."

Kakashi tersentak ke belakang. Bola mata hitam itu tampak kaget sekali. Ekspresi yang membuat Tsunade mengernyit.

"Bukankah itu yang kau inginkan? Darahmu yang mengalir dalam janin itu tidak akan terlahir ke dunia. Kutukan klanmu tidak akan membunuh Sakura."

Bukankah ia yang menginginkan Sakura melakukan aborsi, lalu kenapa ia merasa sedih bila mendapatkan kemungkinan Sakura kehilangan janin yang belum genap berusia tiga bulan itu? Tangannya terkepal erat sekali sampai buku-buku jarinya memutih.

"Pencarian akan terus dilakukan," tambah Tsunade, melanjutkan dengan nada tidak suka bila teringat perintah daimyou yang baru tiba di kantornya tadi, "selain itu, ada hal lain yang perlu kita bicarakan sekarang. Dewan daimyou ingin bertemu denganmu. Sekarang pulang dan istirahatlah dulu. Aku menunggumu di aula rahasia bersama mereka pukul empat sore ini."

Saat ia memutuskan untuk mengucap sumpah setia menjadi shinobi, seharusnya ia menyadari itu. Urusan pribadi tidak pernah penting di mata penguasa. Setan!

***

Sakura merasakan sinar matahari menembus kelopak yang masih terpejam. Dengan rasa kantuk yang masih tersisa, ia memaksa membuka mata. Saat menggeser wajah sedikit, ia menyadari dagu Sasuke menyentuh kepala. Agak terbeliak kaget, ia menggeser tubuh lebih cepat. Ia menyadari tangan kanan Sasuke merangkul pundaknya protektif. Bukankah semalam mereka tidur agak berjauhan meski berada di bawah naungan pohon yang sama. Cepat-cepat ia bangkit dari posisi dan bersyukur melihat Karin yang meringkuk tidak jauh dari tempat mereka. Hanya Juugo yang mengulas senyum kecil seolah mengetahui sesuatu yang tidak ia ketahui. Tentu senyum yang membuat Sakura jengkel sekaligus lega. Pasalnya, Juugo jarang tersenyum selama ia berada dalam penyanderaan mereka.

"Kau sudah bangun?" tanya Sasuke yang membuat Sakura terlonjak.

"Err ... ya. Aku akan pergi ke sungai untuk membersihkan diri," tandas Sakura yang bangkit lebih dulu.

"Aku ikut."

"Eh?" Sakura bingung.

"Untuk memastikan kau tidak akan kabur," jelas Sasuke, "selain itu, aku juga perlu membersihkan diri."

Sakura ingin protes, tapi ia mengangkat bahu singkat. Tanpa penglihatan yang baik, tidak terlalu cemas Sasuke akan melakukan hal yang kurang baik. Kemudian ia mengusir pikiran itu, Sasuke bisa membunuhnya kapan saja. Bagaimanapun laki-laki itu masih memiliki insting dan kekuatan yang lebih baik darinya. Terlalu bodoh untuk mencemaskan hal lain kecuali keselamatan dirinya. Disentuhnya perut yang mulai terlihat membuncit, termasuk calon bayinya. Itu yang utama.

Dua insan itu berjalan menuju ke aliran sungai yang tidak jauh dari lokasi istirahat. Rasanya cukup kikuk mengingat Karin yang selalu menemani Sakura selama ini. Meski menyebalkan, setidaknya Karin lebih banyak bicara dibandingkan Sasuke yang jarang mengucap kata. Keheningan yang membuat kecanggungan semakin kentara. Untunglah, mereka tiba di sungai lebih cepat. Sebelum kaki Sakura masuk ke dalam air, ucapan Sasuke membuatnya terdiam lama.

"Tidur di alam bebas pasti membuatmu tidak nyaman."

Sakura menghela napas panjang. "Bukankah kita sudah terbiasa dengan kondisi semacam ini?"

"Saat kau masih bisa menggunakan chakra, mungkin iya. Sekarang punggungmu akan lebih cepat sakit. Kau tidak akan mampu berjalan lebih lama lagi."

Perut yang sedikit membuncit menjadi fokus perhatian Sakura selama beberapa detik, menyadari bahwa ucapan Sasuke benar. Berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain akan membuat mereka sulit ditemukan, tapi itu akan menyulitkan dan membahayakannya. Bagaimanapun ia butuh tempat yang lebih nyaman untuk beristirahat, apalagi pengobatan mata Sasuke tanpa kepastian waktu. Ia sendiri tidak tahu kapan mata laki-laki itu akan berfungsi normal kembali. Bila terlalu lama, ia pasti tidak akan sanggup bepergian dengan kondisi perut yang terlalu besar. Terlalu riskan, ia menunduk cemas.

"Aku tidak akan membawamu ke Oto," desis Sasuke.

Sakura memandang laki-laki yang mengenakan kain penutup mata itu. Ia segera mengalihkan pandangan ke alam liar tempat mereka beristirahat dari kejaran tim Konoha.

"Jangan berpikir kau bisa lari, Sakura. Pikirkanlah ia!" Telunjuk kanan Sasuke mengarah pada perut Sakura.

Sakura terhenyak. Ia memandang pada aliran air sungai yang jernih, kemudian sesuatu tampak menyala dalam benak. Ia tahu tempat yang paling aman dari kejaran tim Konoha. Tempat yang bisa membuatnya beristirahat sejenak. Ia yakin penguasa tempat itu akan melakukannya. Menyembunyikan mereka dari pencarian Konoha.

"Ada satu tempat yang bisa kita kunjungi, tapi aku ingin kau berjanji padaku," ujar Sakura lirih.

Kening Sasuke mengernyit.

"Kelompokmu tidak boleh melakukan tindak kekerasan di tempat itu. Menghormati dan mematuhi semua aturan tinggal di sana. Pengobatanmu akan bisa lebih maksimal sebab aku memiliki rekan yang mengetahui obat-obatan dengan baik di sana. Aku yakin ia akan membantu penyembuhanmu lebih cepat."

Bibir Sasuke terangkat sedikit. "Kau menjamin Konoha tidak akan melakukan pencarian sampai ke sana?"

Sakura berdecak, "Mereka bisa mencari sampai ke sana, tapi aku menjamin rekanku akan tutup mulut, asal kau mengikuti aturan main ini."

Dalam hitungan detik, tubuh Sasuke sudah berada di depan tubuh Sakura. Menempel cukup dekat sampai Sakura menahan napas. Tangan kanan itu menyentuh leher Sakura, jari-jari panjang itu melingkar di tengkuk siap mencekik sampai mati.

"Kau tahu risiko yang akan terjadi bila kau ingkar?" desis Sasuke.

Sakura memandang wajah Sasuke yang terlihat lebih pucat, kemudian kedua tangan gadis itu menyentuh perut. Tidak ada yang lebih penting kecuali janin yang tengah ia kandung. Ia mempertaruhkan nyawa untuk keselamatan bayi itu.

"Setidaknya kau membutuhkan aku dan aku menginginkan bayi ini lahir dengan selamat," balas Sakura tajam, memicing pada Sasuke yang ia rasa memperhatikannya lebih lekat sekarang, menambahkan dengan tegas, "bila terjadi sesuatu pada bayi ini, maka aku bisa tidak selamat. Kau tahu bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkanmu selain aku, 'kan?"

Telak. Cengkeraman di leher Sakura mengendur, jemari Sasuke telah bergerak dan berhenti di rahang kiri Sakura. Menyentuhnya lembut, kemudian kuku ibu jari kanan itu membuat goresan samar sepanjang garis rahang, menyisakan sedikit rasa perih.

"Darah. Seharusnya kau memilih darah yang tepat!"

Sakura syok, tapi Sasuke sudah beranjak pergi. Di belakang mereka, Karin memandang penuh dendam.

***

Continue Reading

You'll Also Like

220K 20.3K 73
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
339K 36.1K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
247K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
74.9K 9.8K 103
This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy reading💜