Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ☺️🙏
Komennya di setiap paragraf ya, biar cantik 🙂
⚠️Dilarang keras menjiplak, mengcopy, meniru, memplagiat cerita ini dalam jenis apapun. Apalagi berlindung dengan kata terinspirasi ⚠️
~HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH ALLAH~
••SELAMAT MEMBACA••
"Saya senang," ungkap Zayden.
"Kok saya lagi?"
Zayden meringis. "Maaf, masih belajar," jawabnya.
Zaina terkikik. "Kak ...."
"Hm?"
"Aku mau kasih sesuatu yang penting ...."
Alis Zayden bertaut. "Apa?"
"Maksudnya sesuatu yang penting," jelas Zaina.
"Tentang?"
Zaina menarik napas dalam. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Apa ia benar-benar sudah sanggup untuk mengatakan hal ini kepada Zayden?
Apalagi jika nanti setelah ia katakan, apa Zayden masih mau menerimanya?
Ada ketakutan besar yang dirasakan Zaina saat ini. Lebih baik sekarang, karena cepat atau lambat, Zayden harus tau juga.
"Zaina Alayya," ucap Zayden. Ia semakin penasaran dengan apa yang akan Zaina katakan. Namun, saat melihat kegugupan Zaina membuatnya tidak tega.
"Kalo belum siap jangan dipaksa, tentang apapun itu. Jangan memberatkan kamu sendiri, apalagi karena saya ...." ungkap Zayden. "Maaf, pake saya lagi," lanjutnya terkekeh.
"Tapi Kak Zayden harus tau ini," balas Zaina dengan wajah menyendu.
"Saya—aku nggak mau dengar apapun jika itu buat kamu sedih," pungkas Zayden kemudian bangkit, tapi Zaina menahan pergelangan tangannya. Zayden kaget, sebab Zaina duluan yang menyentuhnya.
"Tolong ...." Ucapan Zaina melirih.
Melihat itu Zayden jadi tidak tega. Ia kembali duduk di sebelah Zaina. Ia menatap lekat gadis yang kini juga tengah menatapnya. Tumben sekali Zaina tahan, pikir Zayden. Karena biasanya gadis itu akan langsung menunduk.
"Kenapa, hm?" Zayden bertanya dengan lembut agar Zaina tidak terlalu gugup.
Tanpa Zayden sadari itu justru membuat Zaina menjadi lebih gugup, apalagi dengan suara lembut itu.
"Sebenarnya Ayana ...."
"Hm?"
"S-ebenarnya Ayana udah nggak suci, a-aku udah kotor, aku nggak layak untuk, Kak Zayden."
Zaina memejamkan matanya dengan erat, ia tidak berani menatap Zayden setelah mengatakan itu. Ia sungguh takut. Takut dengan segala hal yang belum tentu terjadi. Terlebih lagi ia tidak mendapat respon dari Zayden. Hal itu membuat Zaina semakin berpikiran bahwa Zayden jijik kepadanya.
"Maafin aku, Kak Zayden. Maaf ... maaf karena baru bilang sekarang, a-aku takut dan aku nggak pantes untuk kamu, Kak. Maaf aku egois, maaf hiks ...."
"K-kak Zayden boleh benci aku, boleh maki aku, boleh jijik sama aku karena aku memang semenjijikan itu--"
"Diam, Zaina!"
Zaina langsung terperanjat. Untuk pertama kalinya ia mendengar Zayden berbicara dengan nada tinggi kepadanya.
"Tatap saya sekarang," tegas Zayden. "Tatap saya, Zaina Alayya," sambungnya lagi.
Dengan takut Zaina membuka matanya. Hal pertama yang ia tangkap dari mata Zayden adalah sorot kecewa. Melihat itu hati Zaina terasa ditusuk-tusuk, padahal ia sudah bersiap-siap dengan segala hal yang terjadi, tapi kenapa sakitnya lebih meningkat beberapa kali lipat?
"Maafin aku ...." Zaina menunduk, ia tidak kuat melihat tatapan Zayden.
Namun, Zayden menahan dagunya agar tidak menunduk.
"Saya kecewa sama kamu."
Deg
Zaina tersenyum pahit, lalu mengangguk untuk mengiyakan ucapan Zayden.
"Pastinya kamu kecewa karena mendapatkan istri yang kotor dan pernah dilecehkan, Ayana sadar—maaf, Kak, aku nggak pantas jadi Ayana-nya kamu--'
"Saya kecewa bukan karena hal itu. Saya kecewa karena kamu bilang nggak pantas untuk saya, Ayana."
"Saya nggak menemukan celah sedikitpun dari kamu, bahkan pengakuan kamu barusan adalah keistimewaan bagi saya."
"K-kak Zayden nggak perlu bohong hiks ...."
"Enggak ada yang menganggap hal itu keistimewaan, yang ada itu sebuah kutukan—"
Grep
"Istighfar, Ay, istighfar ...." Zayden mendekap erat tubuh Zaina yang bergetar. Gadis itu semulanya memberontak, tapi lama kelamaan ia menyerah dan justru membalas dekapan Zayden tak kalah erat. Zaina meluapkan tangisnya di depan dada Zayden hingga baju laki-laki itu basah.
"Maaf ...."
"Maaf, Kak Zayden ...."
"Aku nggak seperti gadis lain, a-aku kotor hiks ...."
"Istighfar, Ay, astaghfirullah ...." Zayden menuntun Zaina untuk beristighfar.
"Kamu gadis istimewa, kamu gadis yang kuat. Buktinya sampai saat ini kamu bisa bertahan, hingga nggak ada orang luar tau tentang kerapuhan kamu," tutur Zayden mengusap puncak kepala Zaina. Sesekali ia menciumnya. "Aku bangga sama kamu," lanjutnya.
"Aku nggak sempurna--"
"Karena memang nggak ada yang sempurna," potong Zayden cepat.
"Aku kotor--"
"Kamu nggak kotor." Lagi-lagi Zayden memotong.
"Aku udah nggak suci--"
"Yang suci itu Allah."
"A-aku nggak pantas untuk kamu--"
"Zaina Alayya, asal kamu tau selama kamu terbaring koma, aku berusaha untuk memantaskan diri. Zayden Abdijaya berusaha untuk memantaskan dirinya untuk menjadi suami kamu ...."
"Itu karena Kak Zayden belum tau seperti apa aku yang sebenarnya," sela Zaina.
"Walaupun tau, aku juga nggak peduli. Kamu adalah titipan untuk aku, Zaina. Lewat perantara almarhum Abah," jelas Zayden.
Zaina menarik tubuhnya dari dekapan Zayden. Ia mendongak dengan air mata yang masih berjatuhan. Ia merasa tidak enak dengan Zayden.
"K-kak Zayden nggak jijik sama aku?"
Zayden menarik napas dalam, lalu ia hembuskan secara perlahan, tangannya terangkat seraya memegang kedua pundak Zaina.
"Kamu hamba yang dicintai Allah, lantas apa alasan aku untuk jijik sama kamu, Ay?"
Zaina terdiam. Ia tidak menyangka reaksi Zayden akan seperti itu. Zayden sungguh suami yang ia idamkan.
"Kenapa natapnya kayak gitu, hm?" tanya Zayden membuyarkan lamunan Zaina. Jari-jari Zayden terangkat untuk menghapus air mata Zaina dengan lembut.
"Boleh aku peluk, Kak?"
Zayden mengulum senyumnya. Kemudian ia nampak berpikir dengan permintaan Zaina.
"Kenapa mau peluk?" tanya Zayden sengaja menjaili istrinya yang lagi bersedih itu.
"Mau nangis lagi," jawab Zaina dengan jujur. Ia mencebik dengan bibirnya melengkung ke bawah.
"Nggak boleh kalau tujuannya mau nangis lagi," tolak Zayden.
"T-tapi aku nyaman nangis di dada kamu, Kak, aku jujur," lirih Zaina.
Melihat mata Zaina yang kian berembun membuat Zayden tidak bisa berlama-lama menjahili gadis itu. Dengan gesit ia kembali menarik Zaina ke dalam rengkuhannya.
"Nangis aja," bisik Zayden.
Detik itu juga tangis Zaina pecah.
"Hiks ... aku nggak bayangin gimana kalo misal suami aku bukan, Kakak ...."
"Eh, jangan mikir kamu bersuami dengan orang lain," sela Zayden.
"Mereka pasti maki-maki aku, benci sama aku, terus buang aku," lanjut Zaina mengabaikan ucapan Zayden. "Terus aku jadi janda," lanjut Zaina.
Zayden terkekeh. "Yang terpenting suami kamu itu Zayden," balas Zaina.
"Kak Zayden, dia jahat sama Ayana hiks ...."
"Dia yang hancurin istri kamu, Kak."
"Dia lancang, dia nggak punya adab—"
"Sssttt, jangan diingat," potong Zayden.
"Dia jahat!"
"Ay ...."
"Dia jahat hiks ... takut!"
"Sayang ...."
Zayden menangkup wajah Zaina agar menatapnya.
Deg
Sejenak mereka hanya bersitatap. Hati Zayden bagai diiris ketika melihat wajah Zaina berurai air mata. Mata gadis itu menunjukkan sorot kehancuran dan juga sebuah harapan. Zayden mengerti tatapan penuh harapan itu. Zayden akan memenuhi harapan itu.
"Jangan khawatir, Kakak Coklat nggak akan meninggalkan Ayana-nya lagi," ucap Zayden sembari menjawil hidung Zaina. Laki-laki itu terkekeh agar suasana hati Zaina membaik.
"Mau dihapusin air matanya atau hapus sendiri?" tawar Zayden.
"Aku aja, Kak," jawab Zaina dengan suara pelan.
"Wudhu sana, gih," suruh Zayden. Zaina mengangguk setuju.
"Aku tinggal dulu, Kak," pamit Zaina sebelum beranjak.
"Jangan lama-lama," pesan Zayden.
"Kenapa?"
"Takut kangen," jawab Zayden kemudian tertawa. Zaina ikut tersenyum tipis. Setelah itu Zaina masuk ke kamar mandi.
Sepeninggalnya Zaina, Zayden mengusap wajahnya dengan kasar.
"Siapa dia?" geramnya.
"Siapa orang yang udah buat Ayana merasa hancur?" gumamnya.
"Gue nggak akan sanggup tanya ke Ayana, gue nggak bisa bayangin sakitnya jadi dia."
"Gue harus cari tau sendiri."
🌼🌼🌼
"Udah siap?" tanya Zayden.
"Udah," jawab Zaina tersenyum.
Gadis yang menggunakan abaya hitam dibalut pashmina syar'i itu berjalan mendekat ke arah Zayden yang sudah berdiri di samping mobilnya.
"Kamu benar-benar udah baikan, kan?" tanya Zayden memastikan.
Zaina tersenyum lalu mengangguk. "Aku nggak kenapa-kenapa, Kak. Kamu yang udah buat aku jadi jauh lebih tenang," jawab Zaina jujur.
Zayden tersenyum, lalu membukakan pintu mobil untuk Zaina.
Di dalam perjalanan terjadi keheningan. Zayden fokus dengan jalan, Zaina sedang berpikir apa yang bisa dijadikan topik untuk keduanya.
Setelah mengingat sesuatu Zaina langsung tersenyum.
Menyadari Zaina yang tersenyum membuat Zayden ikut tersenyum. Padahal ia tidak tau sebab Zaina tersenyum.
"Kenapa senyum-senyum?" Pada akhirnya Zayden bertanya.
"Memangnya nggak boleh, Kak? Aku nangis aja kalo gitu. Boleh?"
"Ya ... bukan gitu, Ayana. Senyum kamu cantik," jawab Zayden.
"Ih, kok cantik? Biasanya, kan, senyum itu manis."
"Yang punya senyuman manis itu udah biasa dan udah banyak. Istrinya Zayden itu berbeda dari yang lain," ungkap Zayden tersenyum.
Zaina langsung memalingkan wajahnya ke kaca jendela. Zayden sangat hebat membuatnya salting.
"Kak Zayden," panggil Zaina. Gadis itu memanggil, tapi wajahnya tidak melihat ke arah orang yang dipanggil.
"Kenapa?"
"Tadi malam aku nggak salah dengar, kan?"
"Yang mana?"
"Kamu manggil sayang."
Zayden langsung terdiam. Laki-laki itu berdeham untuk menyamarkan ekspresi gugupnya.
"Keceplosan mungkin," jawab Zayden dengan asal.
"Bukannya ucapan yang keceplosan itu justru yang jujur dari hati?"
"Masa, sih?" Zayden terkekeh.
"Iya, Kak." Zaina menjawab dan langsung menoleh ke arah Zayden.
"Boleh?"
"Hah?"
"Panggil sayang?"
"Y-ya jangan," jawab Zaina gugup.
"Kok jangan?"
"Jangan keseringan maksudnya, kasian Ayana," jawab Zaina memelas. "Jantungnya maksudnya," lanjut Zaina meringis. Zayden refleks tertawa.
Mobil Zayden berhenti di depan salah satu rumah besar nan mewah.
"Ini rumah teman, Kak Zayden?"
"Iya," jawab Zayden seadanya.
"Masyaallah," kagum Zaina melihat bangunan di depannya.
"Ayo, Elvano sama Alara juga udah ada di dalam," ajak Zayden.
Zayden lebih dulu keluar untuk membukakan Zaina pintu mobil.
"Silahkan, Ratu," ucap Zayden tersenyum.
"Kak Zayden, kenapa gitu, ih," balas Zaina malu. Zayden langsung terkekeh.
"Ayo masuk. Jalannya beriringan, ratu sama raja, kan?"
Zaina hanya mengangguk pasrah.
Tak lama setelah memencet bel, pintu besar itu pun terbuka.
"Den Zayden, aduh udah lama nggak main ke sini. Ayo silahkan masuk, Den."
Zayden tersenyum melihat wanita yang menyambutnya.
"Terima kasih, Mbak," jawab Zayden.
"Wah, Den Zayden nggak sendiri. Ini sama siapa euy? Geulis pisan."
"Kenalin, Mbak, ini Zaina—istrinya Zayden," jawab Zayden sembari memperkenalkan.
"Hah? Istri? Kapan nikahnya?"
"Udah lama, setengah tahun yang lalu," jawab Zayden tersenyum.
(Eh, di part sebelumnya belum ada kan, Zayden bawa Zaina ke semua sahabatnya? Parah banget, yg buat malah lupa🙈
Nanti baca ulang lagi yang versi wp😭🙏)
"Owalah, ya udah silahkan ke atas, Aden. Yang lain udah pada nungguin."
"Terima kasih, Mba Eni. Salam buat bibi-bibi yang lain."
Asisten rumah Eki yang bernama Eni tersebut mengangguk.
🌼🌼🌼
"DUHAI SENANGNYA PENGANTIN BARUUUU!"
"TEREREREREREET!"
"JALAN BERDUAAA, BERGANDENGAN TANGAN!"
"Duduk bersanding, geblek!"
"Itu mereka jalannya bergandengan, bukan duduk bersanding, Galihun!"
"Oo iya, oke lanjutkan!"
"BAGAIKAN RAJAAAA DAN PERMAISUUUURI! TERSENYUM SIMPUUUUUL BAGAIKAN SEORANG EKI!"
"Udah, tutup mulut!" Elvano menyahuti karena sudah tdiak tahan dengan suara Eki dan Galih.
Zayden yang baru datang memijit pelipisnya, kemudian menoleh ke samping ke arah Zaina.
"Jangan pusing, ya," pesan Zayden.
"Kenapa memangnya, Kak?"
"Mereka sengklek," jawab Zayden. Zaina langsung terkekeh kecil.
"Hai, Istrinya Zayden!" sapa Eki.
"Hallo, Neng Zaina, kita ketemu lagi," imbuh Galih.
"Assalamualaikum semuanya," ucap Zaina tersenyum tipis.
"Waalaikumsalam," jawab semuanya serentak.
"Silahkan duduk," ujar Galih mempersilahkan.
"Ini rumah gue, jadi gue yang persilahkan mereka," protes Eki.
"Eki, kita sahabat, kan? Kaulah sahabat sejati aku, kan?" tanya Galih tersenyum manis.
"Terus?
"Kalo sahabat berarti ... rumah lo rumah gue juga, duit lo duit gue juga," jawab Galih.
"Mata lo," balas Eki mendengkus.
"Zaina, duduk sini," panggil Alara.
Zaina langsung tersenyum melihat Alara. Ia pun langsung menghampiri Alara.
"Kembar di mana, Kak?"
"Main sama Nila di ruang khusus," jawab Alara.
"Ruang khusus?" bingung Zaina.
"Istrinya Zayden, Eki sengaja bikin ruangan khusus buat main si kembar," jawab Galih mewakili.
"Panggil Zaina aja, Kak," balas Zaina dengan canggung.
"Lebih enak manggilnya Istrinya Zayden, Neng," tambah Eki. Dan diangguki Galih.
Zayden dan Elvano geleng-geleng kepala.
"Suka banget manggil orang aneh-aneh," celetuk Elvano.
"MIRROR BOSQUE!" sembur Eki dan Galih.
Elvano terheran-heran. "Gue? Kapan?"
"Istri gue namanya Zaina, terus ngapain lao selalu bilang Zainab?" tanya Zayden.
Elvano langsung terdiam. Lebih tepatnya dia sudah diskak mati.
"Tanaaaa!"
Semua orang langsung menoleh ke arah pintu.
"Hai, Kiaaa," balas Zaina.
"Sayang, jangan lari. Nila, tahan!" seru Elvano.
Nila segera menahan Kia yang hendak berlari.
Alara langsung bernapas lega.
"Kia, ingat pesan bunda?" tanya Alara setelah berlutut di depan putrinya.
Kia mengangguk dengan lesu.
"Kia mau maaf," gumam Kia.
"Jangan diulangi lagi," peringat Alara. Kia mengangguk lucu.
Zaina yang tidak mengerti hanya tersenyum. Mungkin Alara takut Kia terjatuh bila berlari, pikirnya.
"Tana ke sini ama siapa?" tanya Kia setelah duduk di antara Alara dan Zaina.
"Sama Om Deden?" lanjutnya bertanya.
Zaina langsung terkikik. "Iya, Sayang. Tana ke sini sama Om Deden," jawab Zaina melirik suaminya yang duduk pas di seberang sana.
"Tunggu! Tana?" tanya Eki bingung.
"Napa, Om Eko? Tana cantik, kan?"
"Tana apaan, Kia Cantiiik?"
"Tante Jaina," jawab kia cemberut.
"Allahumma Sholli ala Muhammad!" ucap Eki refleks. Untung saja refleks-nya bershalawat.
"Bapak anak sama ea," ujar Galih tertawa.
"Hai, Zaina. Kenalin aku Nila," ucap Nila memperkenalkan dirinya.
"Salam kenal, Kak Nila," jawab Zaina tersenyum.
"Pertama kita ketemu, ya, haha. Aku sahabatnya suami kamu dari jaman baheula," sambung Nila memperkenalkan diri.
"Iya pertama kali, tapi aku udah pernah liat kakak di foto," ujar Zaina.
"Wah, foto yang mana?"
"Foto yang ada kak Zayden, terus--"
"Ay ...."
Zaina langsung menoleh ke arah Zayden. Melihat suaminya yang menggeleng Zaina pun urung melanjutkan perkataannya.
"Terus?" tanya Nila penasaran.
"Kia, sini sama om," panggil Zayden.
"Ay? Apa tadi Ay? Ayang gak tuh?" seru Eki. Karena mengerti keadaan, laki-laki itu langsung mengalihkan topik.
"Ayana," koreksi Zayden.
"Ayang juga nggak apa-apa!" teriak Eki dramatis.
"Ki, kita kapan, ya, dapat yang kayak Elvano sama Zayden?" ujar Galih memelas.
"Dapat apaan? Giveaway?"
"DAPAT ISTRI!"
🌼🌼🌼
"Ayana jangan buru-buru!"
"Kak Zayden, ayo cepetan!" teriak Zaina dengan antusias.
"Nanti jatuh," peringat Zayden.
Zaina menghentikan jalannya, lalu menunggu Zayden.
"Aku udah kangen banget sama Ibu," ucap Zaina.
"Iya, ini mau ketemu," jawab Zayden terkekeh. "Baru beberapa hari nggak ketemu," lanjutnya meledak.
Zaina mencebikkan bibirnya.
"Ayo, Kak," ajak Zaina greget, lalu menarik tangan Zayden.
"Assalamualaikum, Ibu! Kak Arfa"
"W-waalaikum salam. Z-zaina?"
"D-dia ...."
"Dia ngapain di sini?!"
.
.
.
.
RAKYAT ZAZA APA KABAR??
KANGEN BANGETTT HHEEHE
GIMANA PART INI?
Maaf, ya, udah menggantung lama:)
Kalau suka ceritanya, bantu aku ramaikan, ya:)
3,5k vote dan 3,2k komen yok! Untuk lanjut
No comment no lanjut ☺️
Share ke teman-teman kalian
Boleh ss, tapi secukupnya aja.
Follow isntagram @wp.12kentang biar nggak ketinggalan info-info tentang cerita ini.
Info castnya di pinterest @12kentang
Biar cepat lanjut, ayo jangan diam aja, pencet vote dan jangan lupa komen.
Spam next/lanjut 1K
Spam ZAZA
Spam a-z acak
spam huruf Z
SPAM 12KENTANG
WAJIB FOLLOW akun Instagram
•≫wp.12kentang
•≫teratai_story
•≫n.jannati_
•≫pasdel_ofc
•≫zayden.abdijaya
•≫zainaayya
•≫elvanraymd
•≫sakyaalara
•≫eki.nuganteng
•≫dylanganedra
•≫nilaanitaa
•≫galih.saguna
Follow juga tiktok ini biar dapat spoiler:
•≫wp.12kentang _
•≫desember.10
YouTube
⟩ 12kentang
TERATAI MASIH BISA DIPESAN, LINK ADA DI BIO IG
Wassalamu'alaikum, selamat melanjutkan hidup🌷