Jevano William

By devintasantoso

1.7M 125K 15.6K

Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebag... More

01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.⚠️
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41. ⛔️
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.

49. 🚫

34K 3K 1.5K
By devintasantoso

Pintu lift yang berada di pojok living room terbuka, Tiffany dengan setelan piyama tidur dan sendal rumahnya, berjalan dengan cepat keluar dari dalam kotak besi berjalan tersebut, rambutnya ia ikat asal lalu di jepit dengan kunciran rambut sembari berjalan.

Firasat seorang ibu memang selalu benar.

Tiffany sejak tadi memang belum bisa tidur, setelah memakan cemilan dan teh hangat tadi, ia memang memutuskan untuk memilih masuk ke dalam kamar, menunggu anggota keluarganya pulang di sana.

Namun semakin malam, ia menunggu, tidak ada tanda tanda bahwa ketiga putranya maupun suaminya pulang, atau menampakan diri.

Didalam kamar ia hanya bisa berdiam diri, duduk diatas ranjang dengan punggungnya yang di senderkan dikepala ranjang, mencoba menghubungi diantara mereka bertiga tidak ada yang merespon, bahkan menelpon sang suami pun tidak angkat.

Membuatnya dirinya semakin dilanda oleh rasa khawatir dan tak tenang.

Tiba tiba saja Alex mengetuk pintu kamarnya dengan pelan, membuatnya tersadar dari lamunan dan asisten pribadi dari putra sulungnya memberikan sebuah kabar kalau putra bungsunya berusaha untuk kabur dan melakukan balapan liar disuatu tempat. 

Tiffany langsung terkejut, ia tidak menyangka jika Jeno, putra bungsunya, akan senekat itu untuk menjauh darinya, mungkin.

Bertepatan dengan itu, Alex mendapat informasi kembali melalui earpiecenya bahwa, Jeffrey, Jevandra dan Jeandra berhasil menemukan Jeno dan sedang berjalan menuju mansion.

Alex ikut berjalan dengan langkah lebar mengikuti sang nyonya yang berada didepannya, ia menekan earpiecenya ketika mendapat kembali informasi dari anggotamya, bahwa tuannya sudah sampai di mansion.

" Nyonya, tuan Jeffrey sudah sampai. " Ucap Alex.

Tiffany mengangguk, lalu menunggu anggota keluarganya diliving room dengan berdiri, ia tak bisa duduk dengan tenang.

" Jev! "

Tiffany terkejut melihat keadaan putra bungsunya yang tidak bisa dikatakan baik baik saja.

Celana hitam bagian kedua lututnya robek, dan memperlihatkan sebuah luka yang kotor akibat debu dari aspal jalanan, jaket yang dikenakan putra bungsunya juga robek dibagian siku, kedua telapak tangannya luka, bahkan dibagian wajahnya juga ikut terdapat luka.

Tiffany juga melihat gimana cara jalan putra bungsunya yang berbeda seperti orang pincang, tertatih tatih saat berjalan, ditambah tadi Tiffany melihat ketika Jeno masuk kedalam mansion ditarik dengan kasar oleh Jeffrey, membuat Jeno mengimbangi langkah lebar Jeffrey dengan salah satu kakinya yang terkilir.

" Lepas! "

Jeno berusaha menarik tangan kirinya yang masih dipegang oleh Jeffrey.

Tiffany mendekat kearah putra bungsunya, tangannya terulur ingin memegangi wajah sang putra namun segera ditepis oleh tangan Jeno yang lain.

" Kenapa kamu bisa terluka seperti ini, Jevano? " 

" Kalau yang bikin luka keluarga baru bunda, bunda percaya? " Tanya Jeno kembali.

Tiffany memperlihatkan ekspresi wajah bingung, ia menatap sang suami meminta penjelasan.

Bahkan Tiffany baru sadar bahwa sudut bibir suaminya juga terdapat sebuah luka kecil.

" Nothing to explain, you guessed it for sure. " Ucap Jeffrey.

Tiffany yang mendengarnya percaya tak percaya namun ini sudah pasti ini perbuat suaminya.

" Lepas sialan! " Umpat Jeno, kembali menarik tangannya dari cekalan Jeffrey.

Jeffrey akhirnya melepaskan cekalan tersebut membuat pergelangan tangan Jeno terlilat memerah melingkar.

" Mas, tapi engga dengan cara kaya gini, kamu bikin anak aku luka! " Ucap Tiffany, tanpa sadar suaranya meninggi.

" Jevano anak saya juga Tiff! " Ucap Jeffrey, suaranya ikut meninggi.

Brak

Suara benturan seperti barang yang sengaja dijatuhkan terdengar sangat keras, membuat sepasang suami istri tersebut berhenti untuk berdebat, berbeda dengan Jeno yang tadinya hanya terdiam mencerna perkataan yang baru saja dikeluarkan oleh Jeffrey.

Hingga suara benturan yang sangat kuat dan keras membuatnya kembali kealam sasar, mendapat kembali firasat yang tak enak Jeno keluar mansion dengan berlari, bahkan sepertinya ia lupa dengan rasa sakit yang berada di kaki sebelah kirinya.

Tiffany dan Jeffrey segera menyusul putra bungsunya.

" Mas, kamu tidak mungkin melakukannya kan?! "

" Tentu saja tidak, namun Jevandra dan Jeandra yang melakukannya, so this is not my fault, but this is a plan from me. "

" MAS! "

" Kamu tanpa sadar sudah beberapa kali meninggikan suara mu, Tiffany. "

Tiffany hanya menatap sinis sang suami, tanpa niat membalas perkataannya, ia memilih semakin mempercepat langkahnya menyusul putra bungsunya yang sudah keluar mansion.

Suara tadi yang terdengar sangat kencang adalah suara motor sport milik Jeno yang baru saja diturunkan dengan secara kasar dari mobil towing, bahkan setelah diturunkan dari mobil towing motor sport tersebut sengaja dijatuhkan begitu saja didekat area mansion courtyard yang ditengah tengahnya terdapat air mancur buatan yang sangat indah.

Jeno segera berlari mendekat kearah kedua kakaknya yang masing masing sudah memegang sebuah benda panjang yang sangat berat.

Jeno segera menahan tangan Jeandra, kedua bola matanya menatap kakak keduanya dan menatap kakak pertamanya secara bergantian. 

" Lepas Jev. " Ucap Jeandra.

" Engga ka please jangan.. Jeno mohon.. " Ucap Jeno menggeleng dengan bruntal.

" Menyingkir, Jev. " Ucap Jevandra, Jeno kembali menggeleng.

" Engga ka, Jeno mohon jangan... "

Jeandra akhirnya memberikan sebuah lirikan kepada Demian dan Roy yang berdiri di belakang tak jauh dari mereka untuk menahan sang adik.

Demian dan Roy, menjalankan perintahnya, kedua asisten pribadi tersebut dengan cepat langsung menahan kedua tangan tuan muda kecilnya dari belakang, membuat Jeno langsung berusaha memberontak dan menggeleng dengan kasar ketika melihat kedua kakaknya berjalan mendekat kearah motor sport miliknya yang sudah tergeletak.

" Bunda.. Jeno mohon suruh ka Jevan sama ka Jean berhenti bunda..  " Ucap Jeno, ketika melihat sang bunda sudah berdiri disampingnya.

Air mata itu lolos terjun begitu daja membasahi kedua pipi Jeno, Jeno menatap sang bunda dengan kedua bola matanya yang sudah berair dengan tatapan memohon meminta sebuah kata pembelaan untuknya.

Tiffany memilih diam dan tidak berkata apapun.

Brugh

Brak

Jevandra, Jeandra serta tiga bodyguard, sudah lebih dulu melayangkan sebuah benda panjang yang berat keatas motor sport milik Jeno, motor sport berwarna hitam itu langsung pecah dibeberapa bagian yang terkena serangan pukulan.

Jeno melihat sendiri bagaimana motor sport kesayangan dihancurkan didepan matanya secara langsung, dan ia tidak bisa berbuat apa apa tubuhnya mendadak lemas untuk memberontak dari Roy dan Demian.

Dibeberapa bagian motor besar itu sudah hancur dan pecah, Jevandra melempar benda panjang yang dibuat untuk menghancurkan motor sang adik, putra sulung Jeffrey itu mengambil sebuah jerigen berwarna putih yang berikan oleh salah satu bodyguard.

Cairan warna putih bening langsung keluar dari dalam jerigen, Jevandra menyiramnya secara merata disetiap bagian motor.

" And this is the last game." Ucap Jeandra, tangan kananya sudah memegang sebuah pamatik gas api berbentuk kotak berwarna silver yang sudah menyala.

Pematik gas api itu langsung dilemparkan oleh Jeandra begitu saja kearah motor sport, api yang tadinya kecil kini menjadi sangat besar memakan semua bagian badan dari motor sport berwarna hitam tersebut.

Jevandra dan Jeandra serta tiga bodyguard lainnya menjauh dari sana, api semakin besar dan terasa udara sekitar ikut panas.

Selamat tinggal motor kesayangan Jeno, motor yang sudah menjadi teman Jeno sejak Jeno memasuki kelas sepuluh menengah keatas, motor yang selalu menemani kemana perginya Jeno, motor yang membuat Jeno selalu menang disetiap balapan dan mendapat sebuah imbalan uang yang lumayan tinggi.

Tidak ada yang bisa Jeno lakukan saat ini, sudah lenyap semua benda kesayangannya, pertama pc gaming dan sekarang motor, nanti apa lagi yang harus dihancurkan oleh keluarga barunya, harapan ia untuk kuliah diluar kota(?).

Roy dan Demian melepaskan tangan Jeno dengan perlahan, kedua asisten pribadi itu memilih untuk menjauh dari sana memberikan ruangan untuk keluarga sang tuan, bahkan para anggota bodyguard yang ikut berjaga disekitar sana disuruh membalikkan badan oleh Roy.

Jeno menatap kedepan dengan tatapan kosong, kedua bola matanya masih terus mengeluarkan air mata dengan sangat deras.

Kobaran api semakin besar memakan badan motor besar tersebut, membuat suhu yang berada didekat sekitar merasakan panas akibat panas dari api.

Arghk

Suara ringisan dari seseorang membuat Jeno menoleh, kedua bola matanya kini melihat sekeliling akan sekitarnya untuk menemukan sumber suara tersebut.

Ada dua bodyguard yang berjalan mendekat dengan menarik seorang pria yang terlihat sudah sangat lemah tak berdaya, baju yang dikenakan pria tersebut sudah tercampur dengan cairan berwarna merah.

" Kau mengenalnya? " Tanya Jeffrey, yang kini sudah berdiri disamping Jeno.

Jeno hanya diam dengan tatapan yang masih terlihat kosong, ia tidak mengenal pria tersebut karna dia menunduk.

" Kau yakin tidak mengenalnya? " Tanya Jeffrey kembali.

" A-agus? "

Perkataan sang bunda, membuat Jeno langsung membulatkan kedua bola matanya terkejut sama halnya dengan Tiffany.  

Agus, pria yang baru berusia tiga puluhan, yang bekerja sebagai tukang kebun dirumah lama Tiffany, dari Jeno sekolah dasar kelas dua, dan bekerja bareng bersama budeh Darmi.

Kini pria tersebut sangat terlihat malang dan kasihan sekali, baju yang dikenakannya penuh dengan cairan berwarna merah, wajahnya terlihat lebam berwarna biru keunguan. 

Jeno berlari untuk mendekat kearah pria malang itu, namun suara pistol yang ditembakan membuat dirinya mendadak terdiam ditempat.

Dorr

Arghkk

Entah dari arah mana sebuah pistol ditembakan, satu peluru berhasil masuk menusuk bagian betis sebelah kanan pria itu, membuat sang empu jatuh kebawah tanah dengan lemas, kaki sebelah kananya langsung mengeluarkan banyak sekali cairan berwarna merah.

Jeno kini segera berlari mendekat kearah mang Agus, membantu menutup luka tembakan yang terus mengeluarkan cairan berwarna merah dengan kedua telapak tangannya, walaupun percuma.

Suhu dari api besar yang memakan bagian bagian badan motor sport dan keadaan dimana seseorang ditembak, membuat Jeno semakin merasakan sesak didadanya ia takut untuk mengutarakan rasa sakit yang berada ditubuhnya.

" Maafin Jen-no.. " Ucap Jeno dengan sangat pelan.

Jeno menunduk melihat semakin banyak cairan berwarna merah yang keluar, bahkan kini telapak tangannya sudah penuh dengan cairan tersebut.

Tubuh Jeno tiba tiba ditarik dan dibawa untuk menjauh dari sana oleh Jeandra.

" Seharusnya ketiga sahabat mu juga merasakan apa yang pria itu rasakan, karna sudah membantu my little boy untuk kabur. " Ucap Jeandra, terdengar sangat menyeramkan.

" Mau ketiga sahabat mu merasakannya juga? " Ucap Jevandra, menunjukan sebuah pistol berwarna hitam yang ia mainkan secara berputar putar dijarinya.

Jeno menggeleng dengan kasar, ia tidak bisa membayangkan jika hal itu benar benar terjadi.

Mang Agus dibawa kembali oleh dua bodyguard untuk mejauh dari sana.

Jeno buntu saat ini, ia seperti orang bodoh yang hanya bisa diam, mendadak rasa takut yang teramat muncul, ia takut dengan semual hal, entah itu keluarga barunya atau orang lain.

Dunia saat ini sangat jahat kepadanya, Jeno baru saja bersenang senang namun kenapa sekarang ia harus bersedih kembali atau mungkin dunia sudah tidak memihaknya.

Kedua telapak tanganya berubah menjadi berwarna merah pekat dengan bau amis yang menyerbak.

Tiffany baru ingin memeluk sang putra bungsunya dan mengajaknya untuk masuk kedalam mansion namun Jeno sudah lebih dulu berjalan untuk masuk kedalam mansion.

Jeno masuk kedalam mansion meninggalkan motornya yang sudah dimakan oleh kobaran api yang memerah,  sudah dibilang ia tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah.

Langkahnya terlihat lemas, seperti akan tumbang dan goyah.

Tiffany memberhentikan langkahnya, jaraknya kini lumayan jauh dari berdirinya putra bungsunya yang tengah berdiri didepan lift menunggu pintu terbuka.

Putra bungsunya masuk kedalam lift dengan seorang diri, tidak ada bodyguard yang mengikutinya atau menemaninya, pintu lift itu tertutup dan sebuah layar yang berada disamping pintu lift menunjukan angka kelantai lima.

🛡🔫

Tangan kananya yang gemetar terulur untuk membuka pintu kamar, terasa sakit dan perih ketika telapak tangannya sedikit menekan diknop pintu untuk membuka pintu kamar, bahkan knop pintu kamarnya kini ada darah yang menempel entah itu dari mang Agus atau darahnya.

Langkahnya dibawa masuk kedalam kamar, tangannya terulur mengambil bebarapa helai tissue yang berada diatas laci kecil samping ranjangnya, menghapus darah yang menempel dtelapak tangannya dengan kasar, cairan merah itu belum mengering jadi sangat cepat dibersihkan oleh tissue walau masih ada beberapa darah yang tertinggal.

Jeno pikir darahnya akan menghilang, benar memang menghilang, tapi darah milik mang Agus yang sudah menghilang namun darah dari luka yang berada dikedua telapak tangan Jeno masih saja keluar.

Bahkan sepertinya lukanya kemasukan sebuah debu atau batu kecil jalanan karna luka itu terlihat masih kotor, beberapa helaian tissue dibuang diatas lantai kamar begitu saja.


Jeno melepaskan dengan perlahan jaket hitam yang masih melekat ditubuhnya menyisakan kaos berwarna hitam yang terkena bercak darah.

Jeno menunduk, ia menangis, menggigit bibir dalamnya untuk menahan tangisannya, namun tak bisa dadanya malah menjadi semakin sesak sangat sesak, tangan kananya yang meremat jaket miliknya itu terlepas membuat jaket miliknya terjatuh dilantai kamar yang dingin bersamaan dengan beberapa helaian tissue yang sudah berubah warna menjadi merah.

Jeno menangis, menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, Jeno  menangis dengan cukup kencang, kedua bahunya ikut gemetar.

Bukan hanya tubuhnya saja yang sakit, namun hatinya juga.

Jeno merasakan bahwa tubuhnya tiba tiba dipeluk oleh seseorang, ia menurukan kedua telapak tangannya dan melihat siapa yang memeluknya.

Bunda, sang bunda memeluknya dengan erat.

Tiffany melepaskan pelukan tersebut, ia menatap kedua bola mata putra bungsu yang sangat basah dan memerah, bahkan tatapan putra bungsunya terlihat sangat kosong.

" Nanti apa lagi bun? "

" Pc gaming milik Jeno sudah diancurin lebih dulu, terus sekarang motor Jeno, bahkan mang Agus juga kena, nanti apa lagi bun? "

" Harapan Jeno buat masuk kuliah diluar kota? "

" Jeno udah engga mau berharap sama itu lagi bun, Jeno udah capek. "

" Bunda kenapa engga bela Jeno? "

" Jeno udah mulai nerima mereka itupun karna terpaksa, karna bunda, tapi bunda, bunda kenapa engga bela Jeno? "

" Jeno mau marah sama semua orang bunda tapi engga bisa.. " 

" Jeno bener bener engga kuat bunda.. Jeno capek banget.. "

Jeno, pemuda tampan berhidung mancung dan kulit seputih susu itu kembali menangis dengan sangat kencang dihadapan sang bunda.

Hingga tangisan itu mendadak terhenti, digantikan oleh erangan kesakitan yang keluar dari bibir mungil milik Jeno.

Jeno terduduk dipinggir ranjang, dadanya mendadak kembali terasa sangat sakit, mencengkram sangat kuat kaos bagian dada sebelah kirinya sesekali ia memukulnya dengan kencang, membuat Tiffanya langsung menahan tangan sang putra untuk tidak memukul kembali dadanya.

Jeffrey, Jevandra dan Jeandra yang sejak tadi hanya memantau dari luar kamar langsung segera masuk kedalam kamar dengan ekspresi wajah yang sama sama panik.

Jeno meremat selimut tebal kamarnya dengan sangat erat, ia merasakan pasokan oksigen tidak ada yang masuk, membuatnya merasakan bagaimana rasanya sesak yang sangat amat, kepalanya terasa sakit dan bahkan kuping berdengung.

" Jevano! Hey! Jevanoo! " Ucap Jeffrey, ia membawa tubuh Jeno untuk bersandar didada bidangnya.

Jeffrey merasakan tubuh putra bungsunya mengeluarkan keringet yang berlebihan.

" Sa--kit.. "
































Eh udh ngefeel blm?🥹 kalau belum mau aku takedown🥹🔫

Continue Reading

You'll Also Like

231K 16K 59
jiandra anak yang lucu dan polos, anak baik yang selalu menebarkan senyum manis untuk menutupi segala luka yang ada di hidupnya Hanya sepenggal kisah...
1.9K 135 33
Kisah cinta yang dibungkus sedemikian rupa agar bisa menjadi kisah cinta yang tak biasa. Seorang wanita yang sangat tertutup dan tidak mudah ditebak...
adek ✓ By cho°

Fanfiction

75.5K 7.5K 54
ft yang jeongin "Jeongin tuh definisi bawel, manja, bacot, banyak gaya, cengeng" Story by moccacho™ Caution⚠ [Hard word, semi baku] [15+] [Cringe] [J...
383K 25.4K 31
"Jadi gini rasanya jadi anak kandung, tapi di anak tirikan." Kevin. "Sampai kapan kamu mau ngehindar terus Vin? aku pingin deket sama kamu, pingin ng...