Hati itu adalah panglima bagi tubuh. Jika kamu menginginkan ketenangan, maka kamu harus menjaganya agar tidak kotor dari berbagai penyakit hati yang berbagai macam variannya. Iri dengki, contohnya.
~12kentang~
~~~~
⁀➷ᴮⁱᵃˢᵃᵏᵃⁿ ᵐᵉᵐᵇᵉʳⁱᵏᵃⁿ ᵛᵒᵗᵉ ˢᵉᵇᵉˡᵘᵐ ᵐᵉᵐᵇᵃᶜᵃ ᵈᵃⁿ ᵈᵃⁿ ˢᵉⁿᵃⁿᵗⁱᵃˢᵃ ᵐᵉᵐᵇᵉʳⁱᵏᵃⁿ ʳᵉˢᵖᵒⁿ ᵇᵉʳᵘᵖᵃ ᵏᵒᵐᵉⁿ ᵈⁱ ˢᵉᵗⁱᵃᵖ ᵖᵃʳᵃᵍʳᵃᶠⁿʸᵃ。゚❁ུ۪
•••S E L A M A T M E M B A C A•••
"Mau mampir ke sana?"
Zayden menunjuk ke salah satu rumah yang terdapat di samping rumah di seberang rumah yang sudah mereka putuskan untuk membelinya.
"Itu rumah Kak Alara?" Zaina menebak sambil memperhatikan rumah di depan sana.
"Iya, itu rumah mereka," jawab Zayden. Zaina langsung mengangguk dengan semangat.
"Mau-mau!"
"Jalan kaki aja, ya," ajak Zayden. Lagi-lagi Zaina mengiyakan.
Dua pasangan itu berjalan dengan santai menuju rumah bercat putih yang sekarang sudah ada di hadapan mereka.
"Adem banget lingkungan rumahnya," ucap Zaina setelah mereka berdiri di depan rumah Elvano dan Alara.
"KAK ZAYDEN! ITU BAWA SIAPA? CEWEKNYA, YA?"
Baik Zayden maupun Zaina langsung menoleh ke sumber suara.
"Sabil, kamu jadi satpam di rumah sendiri, ya?" tanya Zayden merasa heran. Setiap ia ke rumah Elvano, gadis itu selalu muncul.
"Ya ampun, Kak! Di dalam rumah itu sepi, kalo di sini, kan, adem!" balas Sabila-tetangga Elvano dan Alara. Gadis itu sedang asik bermain ayunan, rumahnya dan Elvano memang hanya dibatasi oleh bunga pagar sebatas pinggang orang dewasa.
"Pertanyaan Sabil belum dijawab, itu Kak Zayden bawa siapa?" tanya Sabila.
"Bawa istri," jawab Zayden dengan bangga.
Sontak mata Sabila terbelalak. Gadis petakilan itu langsung bangkit dari ayunan dan berlari mendekat ke arah mereka.
"Istri dari Hongkong? Nikah aja belum udah ngaku-ngaku punya istri," cibir Sabila setelah menghampiri Zayden dan Zaina.
"Emang kalo kami nikah penting ngundang kamu, Bil?" tanya Zayden terkekeh.
"Ya ampun tega bener, saya kira kita perbestian--"
"Udah-udah, Bil, kenalin dia Zaina, istri saya," potong Zayden.
"Jadi beneran udah nikah?!"
Zaina yang dari tadi diam pun langsung mengulas senyumnya. "Zaina," ucapnya mengulurkan tangan.
"Hai, aku Sabila Denara. Panggil Sabil aja hm ...."
"Kalian seangkatan, cuma dia lebih mending," jelas Zayden menunjuk Zaina.
"Mending apanya?" bingung Sabila. Begitu juga dengan Zaina.
"Kamu keliatan lebih bocil karena efek pergaulan," jawab Zayden.
"Pergaulan bagaimana? Sabil cuma punya satu teman rasa musuh dan itu hanya Batu seorang," bantah Sabila. Batu yang dia maksud adalah Rayyan-adiknya Elvano.
"Bukan, tapi sama Zafi Kia, ya, pantes kayak bocil," ejek Zayden.
"His!" dengus Sabila. Detik berikutnya ia tersenyum ke arah Zaina.
"Kamu beneran istri kak Zayden?" tanya Sabila.
"Iya, hehe," jawab Zaina. Gadis itu memang sedikit sulit beradaptasi dengan orang baru. Untuk itu ia bingung harus merespon bagaimana.
"Cantik banget, untung istrinya kak Zayden," ujar Sabila menatap kagum ke arah Zaina. "Vibesnya mirip Kak Alara," sambungnya.
"Maksudnya?" tanya Zayden.
"Kalo misal jadi istrinya Bang Ekidok, kan, kasian Zaina-nya," jelas Sabila.
"Ya--"
"SABILA!"
"IYA, MA?"
"MAMA MINTA TOLONG, AYO PULANG DULU!"
Sabila berdecak kesal.
"IYA, BU DOKTER!" balas gadis itu berteriak. Mamanya adalah seorang dokter gigi, maka dari itu ia sering menyebut mamanya Bu Dokter.
"Lain kali kita ngobrol lagi, ya... Sabil pulang dulu." Tanpa aba-aba gadis itu pergi meninggalkan Zaina yang bingung.
"Dia calon tetangga kita juga." Zayden menjelaskan. "Dia juga termasuk baru pindah ke perumahan ini, jadi cuma dua rumah ini yang bisa kita sebut tetangga," lanjut Zayden.
"Nggak boleh gitu," peringat Zaina. Zayden hanya membalas dengan kekehan.
Zayden kembali memencet bel. Tidak berselang lama pintu rumah itu terbuka dan menampilkan Alara yang terlihat kaget.
"Masyaallah, ada Zaina unyu-unyu!" seru Alara berbinar.
"Kak Alara," balas Zaina tak kalah berantusias. Dua perempuan itu saling berpelukan. Zayden hanya tersenyum melihatnya.
"SAYANG!"
"ADA SIAPA?" Suara Elvano terdengar semakin mendekat. Tak lama kemudian laki-laki itu muncul dari belakang Alara.
"Loh, ada tamu spesial," ujar Elvano. "Ayo silakan masuk," lanjutnya.
"Enggak usah, El, kita langsung pulang aja. Mama pasti nyariin gue," tolak Zayden.
"Lah?" bingung Elvano.
"Kita ke sini cuma mampir, soalnya tadi kita habis ...."
"Habis?" Alara maupun Elvano menunggu kalimat yang akan Zayden lanjutkan.
"Kita habis survey rumah itu," Zayden menunjuk rumah di seberang rumah Sabila.
"Kalian mau pindah ke situ?" tanya Alara berbinar.
"Insyaallah, Kak, doain, ya," jawab Zaina.
"Kalo gitu kita pulang dulu, takut mama khawatir soalnya tadi malam gue nggak bilang," ujar Zayden.
"Kak Zayden kabur?" tanya Zaina dengan mata terbelalak.
Zayden, laki-laki itu menggaruk tengkuknya.
Elvano dan Alara saling tatap, lalu kemudian mereka sama-sama mengedikkan bahu mereka karena tidak mengerti perihal pasangan di hadapan mereka.
"Salam buat si kembar, ya, Kak," ucap Zaina.
"Enggak mau ketemu mereka dulu?" tawar Alara. Mereka lagi main itu," lanjut Alara.
"Lain kali aja, Kak," jawab Zaina.
Setelah itu mereka langsung berpamitan dan pergi.
Sampainya di mobil, Zaina langsung bertanya, "Kenapa buru-buru, Kak?"
Zayden menoleh sejenak, lalu menghidupkan mesin mobilnya.
"Takut Mama nyariin," jawab Zayden.
"Lagian, kamu kenapa nggak izin kalo mau nginap di rumah?"
"Keburu panik, Ay. Saya gelisah," jawab Zayden.
"Gelisah?"
"Kepikiran kamu," jawab Zayden tanpa pikir panjang.
"Maaf," ucap Zaina justru minta maaf.
"Kenapa minta maaf?"
"Kamu gelisah karena Ayana, berarti Ayana yang salah."
"Bukan, Ay. Saya gelisah karena baru setengah tau satu hal ...." Zayden mengehala napas. "Dan itu buat saya kemarin siang gelisah, dan malamnya saya berniat untuk menemui kamu."
"Setengah tau?" Alis Zaina bertautan.
"Trauma," ucap Zayden lirih.
"Kak Zayden punya trauma? Apa--"
"Bukan saya, tapi kamu," ralat Zayden cepat.
Deg
"Kak Zayden tau?"
"Saya tau, tapi nggak tau penyebabnya."
Zaina langsung menunduk sedih.
Melihat itu Zayden merasa bersalah. "Ay, saya nggak akan paksa kamu untuk cerita."
"Kalo udah siap, Ayana bakal cerita kok," lirih Zaina.
"Maaf tadi malam bikin kamu takut. Maaf banget," ungkap Zayden. Zaina hanya mengangguk.
Zayden memutar otaknya untuk mengalihkan percakapan. Ia tidak mau Zaina terlihat sedih seperti sekarang ini.
Setelah mengingat sesuatu, Zayden tersenyum.
"Ay, kamu baca cerita wattpad yang judulnya rindu?" tanya Zayden.
Zaina langsung menoleh cepat. Tentu saja ia tidak asing dengan judul cerita itu.
"Kak Zayden tau?"
"Berarti kita punya selera yang sama. Saya liat tadi malam kamu sedang baca cerita itu sebelum ketiduran," jawab Zayden.
"Kak Zayden suka?"
"Suka banget. Itu cerita favorit saya, waktu itu pernah digantung hampir enam bulan. Sama seperti kamu yang waktu itu koma. Selama itu, Ay."
"Kamu nggak cari tau tentang penulisnya?" tanya Zaina. Ia berpura-pura tidak tau bahwa ia sendirilah penulis yang Zayden tunggu juga.
"Snow white? Udah, Ay. Karena kekonyolan Eki waktu itu, dia malah ganti nama wattpad saya jadi snowman."
Mata Zaina terbelalak. Berarti pembaca yang selalu memberikan support, dan menanyakan kabarnya setiap pekan, selalu bertanya kapan ceritanya lanjut itu suaminya sendiri?
Plot twist macam apa ini? Pikir Zaina. Gadis itu memilih diam untuk saat ini, ia masih merasa malu jika Zayden tau dia, lah, si snow white itu. Dan Zayden si snowman?
Oh, ya ampun kisah yang sangat ironis, pikir Zaina lagi-lagi. Jika dijadikan novel, maka kisah mereka berdua akan Zaina beri judul, 'Ketika si snow white dan snowman bertemu' Zaina geleng-geleng kepala tanpa Zayden sadari.
Tidak terasa mereka sudah sampai di kawasan pesantren.
"Gus ada kegiatan nggak siang ini?"
"Kalo sekerang nggak ada, Kak," jawab Zaina. Zayden manggut-manggut.
"Ayo masuk," ajak Zaina.
Baru saja Zaina ingin keluar dari mobil, tapi langsung ditahan oleh Zayden.
"Kenapa, Kak?"
Zayden tidak menjawab, laki-laki itu memilih keluar dan berlari mengitari mobil.
Zaina tersenyum saat Zayden membukakannya pintu mobil.
"Malu tau, Kak," ujar Zaina.
"Sama suami nggak usah malu," balas Zayden.
"Allahu Akbar," gumam Zaina. Saat ia keluar dari mobil, beberapa pasang mata sedang menatapnya jail langsung menyambut.
"Kalian kenapa?" tanya Zaina terheran-heran saat melihat ada Rima, Dila dan Zhuda yang berada tidak jauh dari mereka.
"Ning, itu siapa?" tanya Rima dengan lancang tanpa sungkan.
"Mau tau?" tanya Zaina terkekeh.
"Banget!" jawab tiga remaja itu dengan kompak.
"Kalo aku bilang dia suami aku apa kalian percaya?"
"HAH?!"
"Ning, kapan nikahnya? Kok kita nggak tau," ujar Dila.
"Kapan-kapan aku cerita, kalian lanjutkan pekerjaan kalian," tutur Zaina.
"Ayo, Kak," anaknya beralih mengajak Zayden.
Mereka berjalan beriringan masuk ke ndalem.
Sedangkan tiga remaja tadi masih tidak habis pikir. Di pikiran mereka ada banyak pertanyaan yang ingin menyerbu Zaina detik itu juga.
"Assalamualaikum," ucap Zaina dan Zayden bersamaan.
"Waalaikumsalam," jawab Gus Arfa yang sedang menyalin data-data para santri di buku besarnya.
"Akhirnya pasutri pulang. Bagaimana? Udah ketemu?" tanya Gus Arfa.
"Alhamdulillah," jawab Zayden.
"Ay, kamu istirahat aja. Saya mau membicarakan sesuatu ke Kakak kamu," ujar Zayden. "Setelah ini saya langsung pulang," lanjutnya.
"Terimakasih untuk hari ini, Kak, Ayana senang banget," ungkap Zaina. Jujur, ia sangat senang hari ini jalan berdua dengan Zayden.
"Besok sore saya jemput kamu, kita pindah besok itu juga."
Zaina terkejut. "Besok?"
"Iya, kenapa? Apa kamu keberatan?" Zaina langsung menggeleng.
"Bukan begitu, Kak. Ayana senang, tadi cuma kaget hehe. Kirain minggu besok pindahannya, eh ternyata besok," jawab Zaina.
"Kamu istirahat sana," suruh Zayden.
Zaina mengangguk. Gadis itu mengulurkan tangannya. Paham maksud Zaina, Zayden pun langsung menerimanya.
Setelah Zaina mencium punggung tangannya, Zayden menoleh ke arah kakak iparnya yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Gus, harap tutup mata dulu," pinta Zayden.
Gus Arfa bingung, "Kenapa?" tanyanya.
"Tutup aja, kalo nggak anda akan menyesal," peringat Zayden.
Gus Arfa mengikuti perintah Zayden. Dengan pasrah ia menutup mata.
Zaina juga ikut bingung kenapa Zayden menyuruh kakaknya untuk terpejam.
"Sini ...." Zayden menarik bahu Zaina agar lebih mendekat.
Zaina tersentak kaget. Ditambah lagi saat beda kenyal menempel pada keningnya selama beberapa detik.
"Astaghfirullah, ini yang dinamakan perintah larangan," ucap Gus Arfa terkejut melihat pemandangan di depannya.
Zayden berdesis. "Dibilangin jangan buka mata, nggak baik untuk kaum jomblo," ujarnya.
Zaina yang tadinya shock saat dicium Zayden, sekarang terkikik melihat ekspresi kakaknya.
"Aku masuk dulu, assalamualaikum," pamit Zaina.
"Waalaikumsalam," jawab Zayden maupun Gus Arfa.
"Saya mau bertanya sesuatu," ujar Zayden mulai serius.
"Duduk dulu," jawab Gus Arfa mempersilahkan Zayden untuk duduk terlebih dahulu.
"Mau bertanya apa, Zay?"
"Tentang istri saya dan tentang traumanya."
"Zayden, saya nggak berhak menceritakan itu. Biarlah Zaina sendiri yang menceritakannya," balas Gus Arfa.
"Iya, saya tau, Gus. Saya hanya pingin tau bagaimana dia melewatinya?"
Gus Arfa menghela napas. Namun, setelah ia menyadari sesuatu ia mengerutkan keningnya, detik berikutnya ia tersenyum.
"Zayden, kamu harus tau ini. Dulu setelah kejadian buruk itu, Zaina jadi nggak tersentuh. Apalagi dari lawan jenis, saya sekalipun. Butuh beberapa minggu untuk meyakinkan Zaina kalo saya adalah kakaknya ...."
"Dari waktu ke waktu, lambat laun Zaina mulai berani. Kata psikiater--"
"Psikiater?" kaget Zayden.
"Iya, dia bilang Zaina nggak akan takut sama orang yang berhasil membuatnya nyaman, Zayden.
"Dan saya senang, sepertinya Zaina nyaman sama kamu. Ketakutan di matanya seakan menghilang saat bersama kamu, Zayden."
Mendengar itu Zayden turut senang. Bahkan sangat senang.
"Terus buat dia nyaman," pesan Gus Arfa.
"Pasti. Terimakasih, Gus."
"Dengan senang hati. Hm, sejak kapan panggil saya Gus?"
"Daripada Mas Arfa," jawab Zayden memutar bola matanya malas.
Gus Arfa terkekeh.
"Ya udah, saya pulang. Titip salam untuk Ibu--hm, Ibu mana?"
"Ke asrama putri mungkin, tadi bilangnya keluar sebentar," jawab Gus Arfa.
"Nggak mau pamitan lagi sama istri?" tanya Gus Arfa saat Zayden bangkit dari duduknya.
"Boleh, deh, takutnya demam rindu," jawab Zayden, kemudian ia tertawa karena ucapannya sendiri.
Zayden langsung pergi menuju kamar Zaina.
Saat pintu dibuka, Zayden langsung terbelalak melihat pemandangan yang ditangkap oleh matanya.
"Astaghfirullah ...."
"IBUUUUUUUU!!!"
.
.
Gak ada demi istri di part ini😂
Ayo tembus target kayak biasa
4k vote, 2k komen
Spam yang banyakkk
Spam Next
Spam zaza
Spam alel
Spam huruf a-z secara acak
Follow dulu wattpad 12kentang
SPAM 12KENTANG
Follow akun Instagram:
•≫wp.12kentang
•≫teratai_story
•≫n.jannati_
•≫zayden.abdijaya
•≫elvanraymd
•≫sakyaalara
•≫eki.nuganteng
•≫dylanganedra
•≫nilaanitaa
•≫galih.saguna
Follow juga tiktok ini
•≫desember.10
•≫wp.12kentang_
Info & foto roleplayer di pinterest 12kentang
Pemesanan novel TERATAI bisa japri no ini : +62877-7983-3777
Atau di shopee LovRinz Store, selain itu bajakan.