π™πˆπππˆπ€

By 12kentang

2.5M 293K 125K

ZINNIA : CINTA TANPA KOMA Novelnya masih bisa dipesanπŸ“Œ β‰ͺβ€’β—¦ ❈ ◦‒≫ Fyi: alurnya masih berantakan, yang rapi ve... More

00 || PROLOG
01 || Kita Imam, bukan makmum!
02 || Status
03 || Kembali Sadar
04 || Acara Dadakan
05 || Bertemu Kembali
06 || Niat Zayden
07 || Menyelinap
08 || Bertemu Sepihak
09 || Harapan Yang Kandas
10 || Demi istri
11 || Pemilik Cincin
12 || Ternyata dia
13 || Niat 2 Bunga
14 || Akhirnya bertemu
15 || Canggung
16 || Alegori Mawar Hitam
17 || Not a Dream, but This is Reality
18 || Perjanjian Konyol
19 || Kesepakatan
21 || Kepikiran
22 || Kali Kedua untuk pertama
23 || Perlahan Membaik
24 || Kyai Fathar
25 || Gagal paham
26 || Perihal Minuman
27 || Nyaman?
28 || Kaum Hawa
29 || Boyongan
30 || Pasar
31 || Tamu
32 || Kajian Singkat
33 || Tentang Karya
34 || Password
35 || Jujur 1/4
36 || Boleh Makan?
37 || Official
38 || Zona
39 || Dua Kakak
40 || Zaya?
41 || Makam di Sore itu
42 || Ajakan Zayden
43 || Jaga anak orang
44 || Double Date
45 || Pondasi
46 || Zafian
🌻COLLAB: WHAT IF-
47 || Bersama Zona
48 || Panik
49 || Sudah Terjadi
50 || Al-Baqarah 156
51 || Tenggelam Menggenggam Rasa
52 || Kabur atau Hadapi
53 || Permintaan Zaina
54 || Cicak
55 || Pemintaan Maaf
56 || Jump to conclusion
57 || Zecia
58πŸƒCEK OMBAK!
58 || Jawaban Zecia
59 || Bedug Atau Hadroh?
βœ§β—VOTE COVER ZINNIA!
60 || Hanya Firasat?
PRE ORDER
61 || Cemburu Lagi
62 || Menyusul
63 || Selesai
Epilog

20 || Seminggu

46.7K 5.4K 2.1K
By 12kentang

ASSALAMUALAIKUM!!!!

oo iya, aku minta maaf untuk part sebelumnya, mungkin kalian bingung sama jumlah target yg dicapai Zayden. Aslinya 980 jt ya, bukan 400 jt, udah aku revisi kok☺️🙏

.
.
.
.

CORRECT ME IF I'M WRONG!😁

SELAMAT MEMBACA.......

.
.
.

"Na ...."

"Iya?"

"Sepertinya kita akan menunggu lagi." Zayden menoleh ke arah gadis yang duduk di sampingnya. Saat ini pasangan suami istri yang masih dilanda kecanggungan itu sedang berada di taman di samping rumah Zayden. Lebih tepatnya di dekat kolam renang rumahnya.

Zaina mengangguk dan tersenyum tipis. Tak apa ia harus menunggu lagi jika keadaannya harus begitu.

"Tunggu saya," ujar Zayden lagi.

"Pasti," jawab Zaina.

"Hanya satu minggu." Zayden menatap lekat gadisnya dari arah samping, sedangkan yang ditatap justru menunduk.

"Kak Zayden semangat," ungkap Zaina.

"Kenapa, Na?" Sebenarnya Zayden mendengar, hanya saja ia ingin melihat wajah gadis itu sebelum kembali berpisah. Walau hanya satu minggu.

"Semangat, ya ...." Zaina refleks menoleh. Detik itu juga suaranya tercekat saat tatapan matanya jatuh pada iris kelam Zayden yang seakan-akan mengunci tatapannya.

"Kalo bicara sama suami itu liat wajahnya, jangan nunduk terus, Ayana," peringat Zayden dan berhasil membuyarkan lamunan Zaina.

Gadis itu terlihat gelagapan.

"Maaf, Kak, itu ...."

"Hm?"

"Ayananya masih gugup, jadi maaf, ya, kalo Ayananya nggak sopan," jawab Zaina terlihat memelas.

Detik itu juga Zayden tertawa. "Lucu banget istri gue," batinnya.

"Iya, nggak apa-apa. Kalo boleh saya tau, bagaimana cara biar Ayananya itu nggak gugup lagi sama Zaydennya?"

Zayden langsung merutuku ucapannya. Mereka sudah seperti anak SD yang pacaran. Lebay sekali, pikir Zayden meledek dirinya sendiri.

Zaina mengulum senyum." Cuma butuh waktu kok, Kak. Nanti pasti terbiasa," jawab Zaina.

"Apa perlu saya kasih coklat?"

"Kok coklat?"

"Waktu kecil kamu disogok coklat langsung mau soalnya," jawab Zayden terkekeh.

"Kak Zayden masih ingat, ya, masa itu?"

Zayden terdiam sejenak sebelum menjawab, "Ingat banget, Na."

"Maaf, Zaina lupa," ungkap Zaina.

"Jangan dipaksa untuk mengingatnya. Saya nggak mau kamu sakit," balas Zayden.

Seketika Zaina merasa bersalah. Zayden masih menganggap ia lupa karena peristiwa kecelakaan waktu itu.

"Zaina," panggil seseorang dari arah belakang. Dia Gus Arfa.

Bersamaan Zayden dan Zaina menoleh.

"Iya, Kak?"

"Kita pulang sekarang, ya," ajak Gus Arfa.

Zaina menoleh ke arah Zayden. Melihat itu Gus Arfa mengerti, oleh karena itu ia langsung pergi untuk memberikan ruang dan waktu kepada adik dan iparnya.

Zayden berdiri, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Zaina berdiri. Dengan ragu gadis itu menerima uluran tangannya.

"Zaina pamit, ya?" izin Zaina setelah mereka berdiri dengan berhadapan.

"Iya. Tunggu saya. Seminggu, Na, setelah itu nggak akan ada jarak lagi," balas Zayden.

Zaina mengangguk, tangannya terulur berniat untuk menyalimi Zayden. Namun, laki-laki itu justru menarik bahunya dan mendekap tubuhnya. Zaina membeku karena terkejut.

"Izin peluk kamu lagi," gumam Zayden.

Setelah beberapa saat, barulah Zayden melepas dekapannya. Zaina hanya tersenyum kaku.

Zayden menggapai tangan gadisnya. Karena mengerti, Zaina pun langsung mencium punggung tangan laki-laki itu.

Saat mendongak, Zaina dikejutkan dengan serangan Zayden pada keningnya.

Cup

Zayden tersenyum setelah berhasil mengecup singkat kening Zaina.

"Untuk yang ketiga kalinya," ucap Zayden.

"T-tiga? Kapan itu?"

Zayden menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Malam itu ...."

"Malam saat kamu kasih aku cincin, ya, Kak?"

Zayden mengangguk. "Dua kali. Maaf, ya?" jawab Zayden. Malam itu dua kali ia mencium Zaina secara ilegal alias tanpa izin.

"Enggak pa-pa. Aku yang harusnya minta maaf," balas Zaina sambil meremas sisi gamisnya.

Kening Zayden berkerut. "Minta maaf soal apa, Na? Hobi kamu memang minta maaf, ya?"

"Malam itu ...."

"Jangan-jangan kamu belum tidur? Terus kamu sadar saya ngomong apa aja dan lakuin apa aja?" tebak Zayden melongo.

Zaina langsung menggeleng cepat. "Bukan itu, Kak. Zaina beneran tidur, kok. Cuma ...."

"Cuma?"

"Cuma waktu setelah Kakak cium, Zaina kebangun. Maaf banget kalo Zaina malah bilang yang cium Zaina itu ...."

"Apa?"

"Amit, ya, Kak .... Zaina kira yang cium Zaina waktu itu Syaiton," jawab Zaina meringis. Ia langsung menunduk. Sangat takut jika Zayden akan memarahinya.

Bukannya mendapatkan kemarahan dari Zayden, Zaina justru mendapatkan usapan lembut di puncak kepalanya. Kontan ia mendongak. Laki-laki yang berstatus suaminya itu tengah tersenyum lembut kepadanya.

"Kenapa nunduk?" tanya Zayden.

"Takut," cicit Zaina sangat pelan. Namun, Zayden tetap bisa mendengarnya.

"Kenapa takut, Zaina Alayya?"

Gadis itu meremas jari-jarinya karena gugup sekaligus takut. "Zaina nggak dimarahin?"

"Kenapa saya harus marahin kamu? Harusnya kamu yang marahin saya karena udah lancang masuk ke kamar seorang gadis dan parahnya lagi main cium-cium aja waktu gadis itu masih tidur," jawab Zayden.

"Ya, Zaina nggak ada hak juga buat marahin Kak Zayden. Secara, kan, kamar gadis itu kamar istri kamu, Kak. Gak masalah juga kalo gadis itu kamu cium," balas Zaina.

Zayden takjub. Secara Zaina mengatakan itu tanpa ragu dan tanpa gugup.

"Jadi boleh saya cium?" tanya Zayden dengan polosnya.

"H-ha? Bukan gitu juga, K-kak," jawab Zaina terbata-bata.

Zayden kemudian merespons dengan kekehan.

"Jadi, impas kita. Nggak perlu ada marah-marahan. Lagian kita baru berdamai," lanjut Zaina.

"Zaina!"

Zayden dan Zaina menoleh. Lagi-lagi ada Arfathan di sana.

"Ayo pulang," ajaknya.

"Iya, Abang," jawab Zaina. Kemudian ia menoleh ke arah Zayden.

"Assalamualaikum, Kak," pamit Zaina.

"Waalaikumsalam ...."

Setelah Zayden menjawab salamnya, Zaina langsung pergi menyusul Abangnya.

Tersisa Zayden yang tangannya mengambang di udara. Tadi ia berniat mencegah Zaina, tapi terlambat, gadis itu sudah menghilang dari pandangannya.

"It's okay, Zayden. Beban lo berkurang. Setidaknya seminggu lagi, gadis yang menjadi tanggung jawab lo udah bisa lo jaga dengan langsung," gumam Zayden.

***

Mobil Zayden berhenti di depan rumah besar milik sahabatnya--Eki. Terakhir ia berkunjung ke sana dua minggu lalu.

Seperti biasanya, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Zayden langsung masuk ke dalam rumah itu yang memang tidak dikunci.

"Sore, Den," sapa salah satu asisten di rumah itu saat berpas-pasan dengan Zayden.

"Sore, Bi. Yang lain udah pada ngumpul?" tanya Zayden.

"Sebagian udah, Den. Kurang Aden sama Den Elvano yang belum," jawab wanita paruh baya itu. Di tangannya terdapat nampan berisi cemilan.

Zayden mengangguk. "Kalo gitu saya duluan, Bi," pamit Zayden, lalu berlalu menuju ruangan biasa mereka berkumpul di rumah Eki.

"HOLLA, OPPA!" sambut Eki saat Zayden datang.

Zayden hanya tersenyum seperlunya.

"Zaydeeen!"

"Nila? Wah, akhirnya lo ikutan lagi ngumpul bareng kita lagi," balas Zayden.

"Iya, dong! Nila sudah kembali walau separuh hatinya sudah dibawa pergi," jawab Nila. Gadis yang rambutnya sengaja dipotong pendek sebahu itu terkekeh di akhir kalimatnya.

"Gue kangen banget sama kalian," ungkap Nila. Gadis itu bangkit dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Zayden.

"Eettss .... Mau ngapain lo?" cegah Zayden menahan jidat Nila dengan telunjuknya saat gadis itu hendak memeluknya.

"Mau peluk, elah! Kangen ini," jawab Nila merentangkan kedua tangannya siap memeluk Zayden.

"Enggak boleh," tolak Zayden.

"Lah? Kenapa?" heran Nila dengan kening berkerut. "Kenapa dia?" tanya Nila menolah ke belakang. Tepatnya ke arah Eki dan Galih yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Eki fokus pada laporan-laporan keuangan kafe di laptopnya, Galih sibuk memakan cupcake kesukaannya.

"Ya, nggak boleh, lah, Nil! Udah punya istri, ya, anti peluk-peluk cewek lain," jawab Galih tanpa mengalihkan atensinya dari cupcake di tangannya.

"Waaaah, sama kayak Elpano, dong, Zay? Anti kalo gue touch-touch?"

"Iya, sekarang gue anti dipeluk-peluk cewek lain," jawab Zayden seadanya.

"Yah!" Nila menggeplak lengan Zayden, lalu kembali duduk di tempatnya semula.

"Nila, lo tau nggak, kenapa dia nggak mau dipeluk?" tanya Eki, melirik sekilas gadis yang duduk di sampingnya.

"Apa?"

Zayden tidak merespons. Laki-laki itu memilih duduk di samping Galih.

"Dari ujung rambut sampai ujung kakinya Zayden, itu hak paten istri rahasianya," jawab Galih.

Nila manggut-manggut.

"Zay, spill istrinya, dong? Gue kepo," ujar Nila.

"Spal spil spal spil kek apaan aja," sahut Galih tertawa.

"Lo pada udah tau istrinya?" tanya Nila pada Galih dan Eki.

"Lupa wajahnya, cuma kita pernah ketemu," jawab Eki.

"Dan lo tau nggak pertemuan mereka pertama kali kayak gimana?" imbuh Galih.

"Yeeh, dasar! Kalo gue tau nggak akan nanya situ," balas Nila mencibir.

"Pertemuan mereka mirip kayak Elvano sama Alara pertama kali, Nil," ujar Galih.

"Chemistry mereka itu--"

"Enggak usah bertele-tele, cepat ceritain," potong Nila.

"Jadi waktu itu si Zayden sangat lancang pegang tangan si ukhti-ukhti alim di mall," ujar Galih.

"Wah, Zayden! Lo sangat luar biasa," ungkap Nila bertepuk tangan.

"Ckk, itu karena gue udah curiga kalo dia gadis yang gue nikahi enam bulan lalu," balas Zayden memprotes.

"Gimana kalo misalnya bukan dia?" tanya Eki.

"Ya, udah terlanjur," jawab Zayden tertawa.

"Jadi, kapan kenalin gue ke dia?" tanya Nila.

"Dua minggu lagi," jawab Zayden.

Eki dan Galih refleks menghentikan tindakan mereka dan kompak melihat ke arah Zayden.

"Lo udah dapat uang 980 jt?" tanya Eki.

Zayden menggeleng. "Ada jalan keluarnya ternyata," jawab Zayden.

"Syukurlah kalo gitu. Selamat, ya, Zayden," ucap Galih merangkul pundak Zayden.

Sedangkan Zayden hanya terkekeh. "Thanks, Gal," jawabnya.

"Happy wedding, Oppaaaa," ungkap Eki.

"Udah kadaluwarsa," balas Zayden.

"Ya, nggaklah! Kan, sama aja lo baru nikah," bela Eki.

"Iyain," balas Zayden.

"Ngomong-ngomong, lo tumben telat?" tanya Galih.

"Telat apa?"

"Ke sini. Biasanya lo awalan," jawab Galih.

"Tadi ada kunjungan," jawab Zayden.

"Kunjungan presiden?" Eki menyahut.

"Gadis istri."

"Anjir! Apalagi ini, bestoy!" seru Galih.

"Waktu itu demi istri, sekarang gadis istri. Saoloh, Zayden. Elvano kalah saing ini, mah, istri-istrian," imbuh Eki. Laki-laki itu kemudian menutup laptopnya.

"Ngomong-ngomong, Elvano ke mana?" tanya Nila.

"Tadi gue chat dia katanya lagi bujuk si Zafi," jawab Galih.

"Ya Allah, gue kangen banget sama ponakan," ungkap Nila. "Si kembar ikut ke sini juga?" tanyanya lagi.

"Katanya iya, itu pun kalo Zafi mau dibujuk. Putranya Elvano satu itu kayaknya turunan si Rayyan banget," ujar Galih.

"Assalamualaikum ...."

"Nah, panjang umurnya!" seru Eki. Laki-laki itu langsung berdiri dan menghampiri tamunya. Lebih tepatnya ke arah Kia yang dipapah oleh Elvano. Ia berjongkok di depan Kia.

"Assalamualaikum, Kiaaaaa!"

"Waalaikumsalam," jawab Kia. Anak kecil itu menghindari Eki. Ia berlindung dibalik Elvano.

"Ayo main sama om," ajak Eki berantusias.

"Ndak mau," tolak Kia.

"Ayo--"

"Jangan dipaksa, Ki. Nanti dia nangis," potong Elvano.

"Hehe, nggak jadi, deh, Kia. Nanti aja mainnya," ujar Eki pura-pura cemberut.

"Zafian mau main sama om?" tanya Eki pada anak kecil yang digandeng oleh Alara.

"Enggak, Zafi mau main sama Om Zayden." Setelah mengatakan itu, Zafian langsung menghampiri Zayden. Eki langsung berdecak.

"Silahkan duduk para tamu," ujar Nila tersenyum.

"Ini rumah gue oi!" sahut Eki.

"Tuan rumah apaan yang nggak nyambut tamunya," balas Nila.

"Ayo silahkan duduk, Bapak Elvano dan Neng Alara," ucap Eki mempersilahkan dengan senyumannya yang dibuat-buat semanis mungkin.

"Terimakasih, Kak," jawab Alara. Sedangkan Elvano langsung nyelonong sambil menarik tangan Alara untuk masuk ke ruangan itu.

"Tamunya sialan begini, ya, nggak usah disambut," cibir Eki bergumam.

"Ngomong apa, Ki?" tanya Elvano dengan alis menukik tajam.

"Enggak! Gue nggak ngomong apa-apa," bela Eki tersenyum kecut.

Seperti biasanya, terjadi canda tawa di antara mereka. Hubungan persahabatan mereka sudah seperti keluarga.

"Jadi, kapan kalian nikah?" tanya Elvano setelah obrolan panjang. Pembahasan mereka tidak jauh dari pekerjaan dan masa lalu.

"Gue, sih, kalo ada calonnya, detik ini juga gue gaaass," jawab Eki.

"Kalo gue mau kaya dulu," jawab Galih tertawa.

"Lo ngerantau bari SMA di kota ini, KTP lo apa apa kabar alamatnya?" tanya Zayden tertawa.

"Bismillahirrahmanirrahim, habis kawin gue ganti KTP yang beralamatkan di sini. Enggak bisa jauh-jauh gue dari klean-klean ini," jawab Galih.

"Halah lebayers banget si Galih," balas Eki.

"Heleh, Ki! Gue pulkam seminggu aja lo nelpon mulu, alasan karena lo kesepian. Padahal udah pasti lo nggak bisa berjauhan sama gue," ujar Galih.

"Sangat percaya diri, Anda," cibir Eki.

"Nila?" tanya Elvano pada Nila.

"Gue? Nikahnya?"

"Iyalah," jawab Elvano.

"Nunggu bebeb Dylan bangkit dari kubur," jawab Nila.

Hening.

"Becandaaaaa!" lanjut Nila tertawa. Namun, sudut matanya tetap mengeluarkan cairan bening.

"Gue, kan, udah janji untuk melanjutkan hidup. Masa pengorbanan dia gue sia-siakan," sambung Nila melirih.

"Nila pasti bisa," ucap Alara.

"Makasih, Alara," ungkap Nila.

"Gue mau nikah. Kalo udah ada calon langsung gas aja kayak Eki," kata Nila.

"Ya udah! Lo berdua aja nikahnya," seru Elvano.

"OGAH!"

"GAS!"

Nila dan Eki menjawab secara bersamaan.

"Suka lo sama gue?" tuduh Nila pada Eki.

"Ya enggaklah! Gue mau nikah sama lo itu, anggap aja melanjutkan tugas Dylan," jawab Eki.

"Cih," decih Nila.

Dan berlanjutlah perdebatan kecil di antara mereka. Sedangkan Zayden sibuk mengobrol dengan kedua anak Elvano dan Alara.

Diam-diam Alara membisikkan sesuatu kepada Elvano.

"Kak, tolong bicarain yang tadi ke Kak Zayden, ya?" bisik wanita itu.

"Iya, aku bicarain," jawab Elvano.

"Zay," panggil Elvano.

"Iya?" jawab Zayden.

"Ada yang mau gue bicarain sama lo."

"Soal apa? Pekerjaan?"

"Tentang Zainab."

.
.
.
.

Gimanaa????

Mau lanjut???

4k vote 2k++++ komen lanjut☺️

Spam Next

Spam zaza

Spam alel

Spam huruf a-z secara acak

Follow dulu wattpad 12kentang

SPAM 12KENTANG

Follow akun Instagram:
•≫wp.12kentang
•≫teratai_story
•≫n.jannati_
•≫zayden.abdijaya
•≫zainaayya
•≫elvanraymd
•≫sakyaalara
•≫eki.nuganteng
•≫dylanganedra
•≫nilaanitaa
•≫galih.saguna

Follow juga tiktok ini biar dapat spoiler:
•≫desember.10
•≫wp.12kentang_
•≫zonafiksi_

Info & foto roleplayer di pinterest 12kentang

Pemesanan novel TERATAI bisa japri no admin +62877-7983-3777
Atau di shopee LovRinz, selain itu bajakan.

Saya dan penerbit tidak ridho jika kalian beli yang bajakan!

Continue Reading

You'll Also Like

2K 1K 15
Kisah tentang gadis rumahan yang di pertemukan kembali dengan seorang lelaki, yang ternyata ketua geng motor dan menjadi pelindung untuk dirinya. Ket...
7.6K 847 35
Selama nyaris 17 tahun hidupnya Zinni merasa diabaikan oleh Geren--kakaknya yang punya julukan Bon cabe. Sumpah pedes banget kalau lagi sewot. Bikin...
399K 33.9K 37
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...
1.7M 143K 45
Bagaimana jadinya, ketika hanya ingin menghalalkan satu biji buah Apel malah berakhir menghalalkan gadis yang katanya lumpuh, bisu, tuli dan juga bur...