ETERNAL PART OF THE SKY ; Kim...

Door DavinaMhr

8.3K 4.6K 681

❝ Sebelum kamu pergi, tolong izinkan aku melukis wajahmu di kaki langit.❞ Akasa tidak tahu bahwa pertemuannya... Meer

PROLOG : Beginning and End
1. Hello, Jakarta!
2. Lucrexia Academy
3. I Know You
4. Scramble
5. Beats and Rhythm
6. Un Pomeriggio
7. Perubahan
8. Ersen's Habitat
9. Hidden
10. About (We)
11. Lucy's Mood
12. Pelanggaran
13. Medicine
14. Something That Needs To Be Heard
15. Day Before War
16. The War
17. Who Is He?
18. Serene Night
19. Escape
20. Gift Box
21. His Arrival
23. Meet again?
24. Dance Party
25. Eclipse
26. Lo(u)ve
27. Truth
28. Long Time No See
29. Thing Who Called Love
30. The Show
31. Death
32. Right and Wrong
33. 2 Weeks
34. Sakura
35. Karantina
36. Sidang Pertama
37. A Week Without You
38. First Mission
39. Tragedi
40. Letter From The Sky
EPILOG : THE REASON WHY ILU
TERBIT & PEMBELIAN

22. Lost

140 79 6
Door DavinaMhr

Eternal Part of The Sky
Chapter 22 — Lost

I did all of this because i want to. Because you deserve to be loved. And this is my way to showing you i love you.

Tapi, jika ternyata ini membuatmu tidak nyaman, katakanlah. Biar ku ganti bentuk sayangnya.

𓋜

Ini bukan sekadar duka dari semesta. Bukan pula luruhnya jagad raya pada manusia bernama Sadhara. Gersangnya sahara pun bukan pula menjadi penyebabnya.

Ini adalah kehilangan.

Satu malam itu menjadi malapetaka yang amat menyedihkan. Ruangan serba putih menjadi saksi bisu dari tangisan gadis cantik yang malang.

Lengannya terluka, pun dengan hatinya. Goresannya tak sekadar goresan. Ia tertancap dalam menembus ulu hatinya yang tersayat.

Wajah gadis itu cemas, takut, dan panik. Memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi untuk kedepannya.

"Asa..." lirihnya.

Mungkin sekarang Fenelon dan Fargo tengah berpesta. Entah hal apa yang akan mereka lakukan padanya di ruangan ini. Apalagi, papà sudah tak mengunjunginya sejak ia menyeret Sadhara kemari.

Ia tersentak ketika pintu ruangan itu terbuka. Matanya silau, warna putih yang sudah berhari-hari ditatapnya itu nyaris membuatnya gila. Dua orang lelaki berjalan mendekatinya yang terbujur kaku di atas lantai sembari memeluk lutut.

"Come stai, dolce ragazza?" ucap Fargo sambil mengusap pipi Sadhara. (Apa kabarmu, gadis manis?)

"Sembri così letargico che non riesci a togliermi la mano," lanjutnya dengan kekehan puas. (Kau terlihat sangat lesu hingga tidak bisa menepis tanganku)

Sadhara tak memiliki banyak tenaga untuk meladeni ocehan dari lelaki di dekatnya. Ia hanya memejamkan matanya yang terasa perih.

"Catturiamo questo momento," ajak Fenelon pada Fargo. (Mari kita abadikan momen ini)

Pengawal Sadhara itu mengeluarkan ponsel merah dari saku jasnya. Kemudian, dapat Sadhara rasakan dingin AC yang menerpa kulit bahunya di balik baju putih yang semula ia kenakan.

Kejadian selanjutnya berhasil membuat gadis itu meraung, memohon kepada dua lelaki tak tahu diri yang memotret dirinya dan bagian yang seharusnya tak pantas diperlihatkan.

𓋜

Demi Tuhan Astrid sudah dua hari bolak-balik kantor polisi untuk melaporkan cucu kesayangannya yang hilang. Tak ada kabar, bahkan teman-temannya pun tidak tahu keberadaan Akasa sekarang.

Wanita paruh baya itu kembali memijat kepalanya. Ia berjalan di trotoar usai melihat perkembangan dari pencarian Akasa di kantor polisi.

Astrid tidak boleh menangis. Jika ia menangis, lalu siapa yang akan mencari Akasa? Siapa yang akan peduli pada lelaki lembut seperti Akasa?

Dengan balutan dress biru muda dan jaket putih, Astrid nampak tak seperti seusianya. Tubuhnya yang cenderung kurus dan tinggi membuat wanita itu terlihat bak gadis umur 20 tahun.

Tak jauh dari sana, sebuah mobil yang melintas lampu merah berhenti untuk memastikan indra penglihatannya. Kaca mobil itu diturunkan, menelisik gerak-gerik Astrid yang masih berjalan di trotoar.

"There she is. We found her, Sir."

Fenelon yang menyetir. Ia hanya berdua saja dengan Dario. Mobil itu berniat memutar balik untuk mengikuti kemana Astrid pergi. Namun, ketika melihat kantor polisi berada tak jauh dari wanita itu, Fenelon pun mengurungkan niat.

"You want to play a game, Sir?" tanya Fenelon pada Tuannya.

"Of course. I won't let people get in my way," jawab Dario dengan wajah tegasnya.

Seperti tahu yang dipikirkan satu sama lain, mobil itu kini terparkir di halaman kantor polisi. Dario memakai kaca mata hitamnya sebelum keluar dari mobil yang ia tunggangi.

Fenelon mengekorinya dari belakang. Ini kantor polisi yang tak begitu besar, mudah bagi Dario untuk mrlancarkan permainan.

"Maaf, anda tidak boleh masuk ke ruang dinas, Pak," ucap salah seorang petugas kepolisian.

"Oh?" Dario merogoh saku jasnya, kemudian menunjukkan sebuah kartu penanda kepolisian.

"Saya petugas," ucapnya dengan senyum tipis.

"Kalau begitu, bapak ada keperluan di sini?" tanyanya lagi.

"Ya. Saya membawa seseorang yang terjerat kasus, akan saya urus." Dario menunduk Fenelon yang berada di belakangnya.

"Baik, selamat bertugas."

Tak berselang lama, petugas tadi pun pergi setelah melemparkan senyum sapa. Dario tersenyum puas. Ia memasuki ruangan yang berisi berbagai laporan kasus.

Ada beberapa rak yang disusun terpisah sesuai dengan kriteria dan tanggal laporannya. Sementara Fenelon menjaga pintu, Dario mulai mencari ke rak khusus laporan orang hilang.

Di setiap sekat pada rak itu terdapat nama bulan saat laporan tersebut dibuat. Dario memilah bulan ini, memeriksa satu per satu dokumen yang ditangkap terpisah.

Saat menemukan nama Akasa Pramudya, pria itu tersenyum puas. Ia meraih dokumen milik Akasa, lalu membukanya secara acak. Di sana, terpampang wajah Akasa lengkap dengan ciri-ciri fisiknya. Lalu biodata dan identitas yang mencerminkan pemuda itu.

"Melihat wajah anak ini, saya jadi teringat seseorang. Tapi siapa..."

Fenelon menoleh, ia tak mengerti tuannya berbicara apa. Maka, ia pun mendekati Dario dan ikut melihat apa yang Dario pegang. Tangannya menunjuk wajah Akasa di dokumen itu, wajah tenang dan tampan yang hanya dimiliki Akasa seorang.

"You found it."

Dario kembali membuka halaman selanjutnya. Di sana tertera siapa nama orang tua Akasa, nama keluarganya, tanggal lahir dan semua biodata penting. Baru saja Dario ingin membacanya, suara langkah kaki dari luar membuatnya memasukkan dokumen itu ke dalam kemeja, lalu mengancingnya agar dokumen itu tidak jatuh.

Dengan gerakan cepat, tangan Dario merangkup lengan Fenelon. Kemudian memutarnya ke belakang punggung hingga Fenelon mengaduh kesakitan sekaligus terkejut.

"Arghh!"

"Jangan macam-macam, nurut dan jawab pertanyaan yang saya ajukan!" bentak Dario pada Fenelon.

Petugas polisi yang baru datang itu mengurungkan niat untuk masuk. Ia melenggang pergi, mungkin takut mengganggu petugas lain.

Dario pun melepaskan cengkeramannya, ia menepuk pelan bahu Fenelon. "Come on, it's not safe here."

Lelaki Italia itu mendorong Fenelon bagai seorang buronan. Ia mendorong bodyguard Sadhara hingga keluar dari kantor polisi dan memasuki mobil miliknya.

Fenelon paham, ia segera duduk di kursi kemudi dan melakukan mobil usai tuannya duduk di sampingnya.

"What did you find, Sir?" tanya Fenelon karena ia tidak mengerti Bahasa Indonesia.

"I haven't read it all the way through."

Dokumen yang semula berada di balik jasnya, kini sudah ia pegang dengan satu tangan. Tangan lainnya ia gunakan untuk membuka lembar demi lembar yang dilampirkan.

Hingga tibalah ia menemukan lembaran yang sangat membuatnya terkejut.

Nama : Akasa Pramudya
Nama ayah : Arseli
Nama ibu : Louve

𓋜

Jika kalian bertanya berada dimana anak RANGUL sekarang, dan apa yang sedang mereka lakukan. Lihatlah. Kamar asrama milik Ersen menjadi basecamp terbaru mereka sejak lelaki yang lebih tua itu mulai aktif kembali.

Para wanita—terutama si kembar—menguasai tempat tidur Ersen. Sedangkan yang lainnya duduk di sofa, tengkurap di lantai, atau bahkan berdiri sembari merenungkan apa yang akan mereka lakukan untuk menyelamatkan kedua temannya yang mungkin saja saat ini berada dalam bahaya.

"Kita nggak bisa diem aja," ucap Janus memecah keheningan.

"Kita udah cari kemana-mana, tapi mereka sama sekali nggak ninggalin jejak," timpal Varsha yang diikuti anggukan Yume, Yara, dan Mashika.

"Kalau gitu, kita harus lapor polisi nggak sih?" celutuk Samurai. Yara yang mendengar suara pujaan hatinya itu segera terduduk dari posisi rebahannya. 

"Kan eyangnya Akasa udah lapor dari kemarin-kemarin, lo gimana sih anjir." Atlas meremas tangannya di atas kepala Erlangga, gemas dengan adik kelasnya.

"Lah iya."

"Lagi pula dengan lapor polisi, kita tetep nggak dapet kabar apapun," ucap Ersen.

"Gue kasian sama eyang, semalem gue mampir ke rumah Akasa buat nengok eyang. Dia masih terpukul." Varsha mengungkap isi hatinya.

"Mau nggak mau, kita harus selidiki sendiri dimana kemungkinan mereka sekarang." Ucapan Janus itu membuat seluruh anak RANGUL mengangguk setuju.

"Tapi mulai dari mana?" tanya Yume tak tahu. Pertanyaan itu tak kunjung mendapatkan jawaban. Sampai akhirnya, Mashika membuka suara.

"Yang pertama. Rumah Sadhara."

"Benar-benar, tapi kita kan nggak bisa masuk rumah orang seenaknya. Apalagi rumah artis coy!" Erlangga menghela napas gusar.

"Yaudah, pake metode lain," kata Varsha menjawab.

"Apa?"

"Masuk rumah orang se-nggak enaknya."

𓋜

Malam itu, Yume dan Yara sebagai tetangga yang baik berpenampilan sangat manis. Mereka keluar dari rumah mereka dengan senyum lebar sebelum menghampiri penjaga yang setiap hari berada di depan rumah Sadhara.

"Halo, Pak!"

"Yume dan Yara?"

Si kembar cukup terkejut ketika penjaga itu mengetahui nama mereka. Tapi tidak masalah, mungkin Sadhara pernah menyebut-nyebut nama mereka ketika kesal rumah tetangga sangat berisik.

"Betul!!!"

"Hari ini ulang tahun kami, kalau bapak berkenan, kami mengundang bapak buat ikut makan di rumah."

Mendengar kata 'makan', penjaga itu seketika mengubah ekspresi wajahnya. Ia seperti kelaparan, sejak pagi hanya berdiri di sini. Kecuali jika ada perintah dari atasannya, barulah ia beranjak.

Kelihatannya penjaga rumah Sadhara ini bapak-bapak yang baik hati. Terlihat dari perawakannya dan senyumannya yang tulus. Maka dari itu, Yume dan Yara semakin gencar.

"Sebentar aja kok, Pak. Bapak kan udah sering liat kami di sini... Masa sih bapak nggak diundang..." ucap Yume.

"Tapi bapak harus jaga rumah Nona Sadhara," ujar penjaga dengan nada lirih.

"Bapak itu jangan terlalu baik. Kami juga sedih Sadhara nggak bisa hadir di acara ulang tahun kami. Jadi seenggaknya bapak bisa wakilin." Yara menekuk bibirnya, membuat penjaga tak tega.

"Yasudah, tapi sebentar aja ya."

Yume dan Yara membawa penjaga itu masuk ke dalam rumah mereka. Demi temannya, mereka rela membeli perlengkapan ulang tahun, mulai dari kue, hiasan dinding, bahkan bingkisan berisi kue-kue kecil. Anak perumahan pun berhasil mereka paksa untuk hadir di sana dengan imbalan makan dan bingkisan.

Barulah saat itu Varsha, Mashika, Atlas dan Janus mendekati rumah Sadhara. Mereka masuk melalui belakang rumah Sadhara. Atlas berjongkok dan membiarkan Mashika naik ke pundaknya untuk melompati dinding. Sementara Janus melakukan hal serupa dengan Varsha. Setelah memastikan para gadis aman, kedua lelaki itu melompat dari dinding.

Ada beberapa jendela di sana. Jendela itu dikunci, itulah sebabnya Atlas membawa segepok kunci dengan varian berbeda-beda. Mashika dan Varsha berusaha mencoba satu per satu.

"Yang mana anjir!" celutuk Atlas gemas.

"Sabar, jangan buru-buru," Varsha menjawab.

"Tapi kelamaan cok." Atlas kembali memprotes.

Saat itu juga, Mashika menutup mulut Atlas dengan jemarinya. Wajah datar Mashika berhasil membuat Atlas bungkam. Tanpa banyak omong, Mashika kembali melanjutkan aksinya.

Click

Berhasil!

Jendela itu terbuka, pertama Janus masuk terlebih dahulu. Setelah memastikan semua aman, Varsha masuk, disusul Mashika dan yang terakhir Atlas. Demi menjaga kedamaian kompleks, Mashika memisahkan kunci tadi dan menutup jendela.

Tidak ada apapun di rumah itu. Semuanya rapih. Seperti tidak memiliki penghuni.

Ersen dan Erlangga menjaga di sekitar rumah, barangkali ada serangan mendadak yang mengacaukan misi mereka. Sementara Samurai berada di dalam mobil untuk siap siaga.

"Nggak ada petunjuk apapun di sini," ucap Mashika.

Mereka menghela napas. Itu artinya baik Akasa maupun Sadhara tidak datang ke tempat ini sebelum menghilang.

Dari kamar Sadhara, dapat Varsha lihat rumah Yume dan Yara yang mulai ramai. Oh tidak, orang-orang di rumah itu sudah mulai keluar.

"Gawat. Kita harus cepet-cepet keluar!" kata Varsha panik. Lantas Janus dan Atlas ikut cemas.

"Tenang. Kita keluar pelan-pelan, jangan berisik dan jangan ngubah posisi dari benda di rumah ini," ucap Mashika berusaha menenangkan.

Satu per satu dari mereka keluar dari jendela tempat mereka masuk tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, sebab mereka menggunakan sarung tangan untuk meminimalisir sidik jari.

Ersen dan Erlangga mengisyaratkan Samurai untuk bersiap. Bersamaan dengan penjaga yang perutnya sudah kenyang, Ersen dan Erlangga memasuki pintu mobil yang terbuka otomatis. Tak lama, keempat anak RANGUL lainnya menyusul dan masuk ke dalam mobil. 

Samurai si pengemudi handal itu segera melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Meninggalkan kompleks yang sepi seperti tak berpenghuni.

"Gimana? Ada petunjuk?" tanya Ersen.

"Nggak ada. Tempat itu bersih," jawab Varsha kecewa.

Ersen merangkul pundak Varsha. "Ini baru tempat pertama, kita bisa cari di tempat lainnya."

"Tapi dimana?"

"Asrama Lucrexia."

"Hah?" Seluruh penghuni mobil itu melongo tak percaya pada ucapan Mashika.

"Tapi gimana bisa?" tanya Atlas.

"Terakhir kali kita ngumpul di sana. Sampe akhirnya ada yang culik Sadhara dan Akasa ikut ngejar," ucap Mashika menjelaskan.

"Kok gue nggak kepikiran ya," ujar Janus.

"Otak lo mah nggak level dudul!" celutuk Atlas pada Janus.

"Ngaca tolol!" balas Janus tak suka.

"Eh, btw ini kunci punya siapa, Bang? Banyak amat," tanya Erlangga.

"Hehe, punya bapak gue."

"Bapak lo dari mana, Bang?"

"Anu..."

"... Bapak gue mantan tukang duplikat kunci. Terus ini kunci-kunci yang nggak pernah diambil pemiliknya."

"Berarti yang bikin rumah Sadhara pernah duplikat kunci ke bokap lo, tapi nggak sempet diambil. Gitu?" tanya Varsha.

"Mungkin."

EPOTS

Happy saturday, Epotiess 💗
Thank u!

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

1.4K 134 8
"maafin gue ken... Jun....," "gue nyerah ken!" "kalian bohong! nyesel gue percaya Ama kalian berdua," treasure 00L -park jihoon -kanemoto Yoshinori ...
3.7K 747 17
Bagaimana pendapat kalian jika kalian yang awalnya ingin mencari kasus disebuah hutan, namun malah berujung diteror? Itulah yang kelima member TXT ra...
7.5K 1.5K 25
[short chapter] "aku tidak mengingatmu. tapi kenapa aku merindukanmu?" "𝚒'𝚖 𝚜𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚒 𝚌𝚘𝚞𝚕𝚍𝚗'𝚝 𝚖𝚊𝚔𝚎 𝚒𝚝." [txt w/ oc] copyright, 20...
400 60 6
"Ribuan keraguan di belakangku,ada puluhan ribu ketidak percayaan di belakangku" "Tapi aku pergi sekarang,aku mengikuti mimpiku, melewati pertanyaan...