Segitiga Sama Sisi

Oleh PaprikaMerah

258K 13.2K 277

"Aku suka sama bossku sendiri itu wajar kan? Dia ganteng, charming, bijaksana tapi ya gitu dia nggak suka sam... Lebih Banyak

Prolog
Bagian Pertama
Bagian Kedua
Bagian Ketiga
Bagian Keempat
Bagian Kelima
Bagian Keenam
Bagian Ketujuh - Dave POV
Bagian Kedelapan - Bima POV
Bagian Kesembilan
Bagian Kesepuluh
Bagian Kesebelas
Bagian Keduabelas
Bagian Keempatbelas
Bagian Kelimabelas
Bagian Keenambelas
Bagian Ketujuhbelas
Bagian Kedelapanbelas
Mohon Maaf Lahir Batin
Bagian Kesembilanbelas
Bagian Keduapuluh
Bagian Keduapuluhsatu
Bagian Keduapuluhdua
Bagian Keduapuluhtiga
Bagian Keduapuluhempat
Bagian Keduapuluhlima
Bagian Keduapuluhenam
Bagian Keduapuluhtujuh
Bagian Keduapuluhdelapan
Bagian Keduapuluhsembilan
Bagian Ketigapuluh
Bagian Ketigapuluhsatu
Bagian Ketigapuluhdua
Bagian Ketigapuluhtiga
Bagian Ketigapuluhempat
Bagian Ketigapuluhlima
Bagian Ketigapuluhenam
Bagian Ketigapuluhtujuh -epilog-

Bagian Ketigabelas

5.7K 353 0
Oleh PaprikaMerah

Gingga duduk di kursi dengan tampangnya yang sangat kacau. Pemandangan beberapa menit yang lalu seperti kaset kusut yang terus saja berulang-ulang di pikirannya.

Pangeran impiannya ternyata memang tidak sama sekali memandangnya ada. Dari sekian banyak perempuan yang ada di dunia, kenapa harus Alina. Perempuan yang sudah pernah membuat Dave hancur dan seperti zombie.

Gingga menutup mulutnya karena dia takut isakannya terdengar orang lain. Apalagi dengan pasangan di dalam.

"Kamu Gingga kan?" sebuah suara membuat Gingga mau tak mau mendongak. Dilihatnya Alina sedang berdiri di samping meja kerjanya. Terlebih, di belakang Alina ada Dave.

Gingga langsung berdiri dan merapikan penampilannya yang kusut karena habis menangis.

"Kamu masih kenal aku kan?" tanya Alina sekali lagi.

Gingga mengangguk kikuk sambil tersenyum.

"Kamu pucat banget. Kamu sakit?"

"Nggak kok. Aku baik-baik saja. Kamu ada urusan disini?"

Hampir dipastikan Gingga bodoh bertanya seperti itu pada Alina.
Jelas-jelas kan dia menemui pacarnya yang tak lain adalah Dave, bosnya. Catat, bosnya!

"Aku habis antar makan siang buat Dave. Hmm kalau begitu aku pamit ya. Sampai jumpa Gingga." Alina berjalan meninggalkan Gingga.

Matanya tidak lepas memandang Alina dengan tatapan iri. Dia benar-benar jauh jika disandingkan dengan Alina. Bagaikan bumi dan langit.

"Kamu baik-baik saja? Silakan masuk ke ruang saya." perintah Dave.

Gingga mengangguk dan mengekor di belakang. "Ini dokumen Indo Group yang bapak minta." Gingga memberikan map biru itu pada Dave.

Dave memeriksa dengan seksama dokumen tersebut. "Pak, kalau boleh saya minta izin pulang cepat karena ada urusan." kata Gingga. Mata Dave dengan cepat berpindah dari dokumen ke manik mata Gingga.

"Kamu masih sakit?" tanya Dave.

"Nggak pak. Ada urusan penting yang harus saya selesaikan."

"Urusan penting apa yang membuat kamu ingin cepat pulang?" Dave menaruh kedua tangannya di atas meja sambil menopang dagunya.

"Maaf saya nggak bisa menjelaskan, pak."

Saking gugupnya, Gingga hanya mengulin ujung blouse yang di pakai.

"Kalau saya nggak memberi kamu izin bagaimana?" tanya Dave dengan serius.

Gingga menghela nafasnya dengan pelan. "Kalau nggak boleh, ya nggak apa-apa kok pak. Saya permisi."

Baru satu langkah, Dave memanggilnya kembali. "Saya izinkan kamu."

"Terima kasih, pak."

◆◆

Gingga menunggu seseorang dengan tenang di sudut restoran. Sesekali dia melihat ke pintu masuk dan sesekali juga dia melirik jam di tangan sebelah kanannya.

Saat pintu restoran terbuka, wajah Gingga tersenyum. Dia berdiri dan menghampiri orang yang sejak tadi dia tunggu.

"Maaf ya sayang oma terlambat." kata oma.

Oma menelpon Gingga tadi pagi dan meminta bertemu di restoran ini.

"Nggak apa-apa kok oma. Ada apa oma nyuruh aku ketemu disini?" tanya Gingga sesaat membantu oma duduk di kursi seberangnya.

"Oma khawatir sama kamu Gingga. Maafin oma yang maksa kamu ke Bogor dan akhirnya kamu sama Dave mengalami kecelakaan." oma mengusap punggung tangan Gingga.

"Nggak apa-apa oma. Aku senang kok bisa diminta bantuannya sama oma. Lihat, aku baik-baik saja." kata Gingga dengan semangat sambil merentangkan kedua tangannya.

"Oma mau kamu yang jadi cucu menantu oma, Gingga. Oh ya, bagaimana kelanjutan hubungan kamu sama Dave? Kalian sudah saling mengenal kan?"

Ini yang akan Gingga katakan pada oma. Dia hanya berani menunduk tanpa memandang wajah oma.

"Kenapa sayang?" tanya oma.

"Sebelumnya aku minta maaf sama oma. Sepertinya perjodohan ini lebih baik dibatalkan saja."

"Apa alasanmu? Bukankah kamu sudah janji akan membuat Dave menemukan kembali dunianya sama kamu. Kamu mencintai Dave kan?" oma sepertinya mulai kecewa.

Gingga membuang wajahnya ke luar jendela restoran daripada melihat raut wajah kecewa oma. "Maafin aku karena jujur, diantara kami nggak ada cinta oma. Dave bebas menentukan jalan hidupnya sendiri. Aku sadar betul karena aku nggak pantas. Aku hanya perempuan biasa yang nggak pantas bersanding dengan Dave." kata Gingga dengan suara bergetar.

Oma makin menggenggam erat tangan Gingga. "Dengarin oma, oma nggak mau melakukan kesalahan lagi. Oma melakukan kesalahan dulu pada menantu oma bernama Gita hanya karena dia berasal dari golongan orang biasa. Oma yakin kalau Dave mencintai kamu dan itu terbukti dari setiap malam yang dia ceritakan hanya kamu."

Perlahan Gingga melepaskan pegangan tangan oma. "Maaf oma, keputusan aku sudah bulat. Oh ya, aku nggak sendirian kesini. Ada seseorang yang pengen banget ketemu sama oma."

Gingga melambaikan tangannya pada seseorang yang baru saja masuk ke restoran. Orang itu berjalan ke arah Gingga dan oma.

"Oma lihat siapa yang datang." kata Gingga.

Oma menoleh dan terkejut dengan kedatangan Bima. "Aku sengaja mempertemukan oma sama Bima. Maaf kalau aku ikut campur urusan keluarga oma tapi satu yang pasti, oma sama Bima harus bicara serius."
Suasana canggung ditunjukkan Bima dan oma. Mereka berdua masih saja bungkam tanpa niat membuka suara terlebih dulu.

"Mungkin ada aku kalian nggak bicara serius. Oma, kalaupun aku nggak jadi anggota keluarga baru untuk oma, setidaknya Bima yang akan menggantikan aku. Baiklah, aku pamit. Sampai jumpa." Gingga segera berdiri dan meninggalkan restoran.

Tanpa Gingga sadari, Dave melihat dirinya yang baru saja keluar dari restoran.

**

Dave POV

Sejak pagi sikapnya aneh. Mulai dari memanggailku dengan sapaan 'bapak' sampai sikapnya yang berubah jadi pendiam.

"Halo sayang. Kamu pasti belum makan kan? Nih aku bawain makan siang spesial buat kamu." tiba-tiba Alina berada di ruanganku.

Aku baru sadar kalau sekarang jamnya makan siang. Pantas saja perutku sudah merasa sangat lapar.

"Malam nanti temanku mengundang kita ke pesta pernikahannya. Kamu datang ya." katanya memelas.

"Lihat saja nanti. Aku nggak bisa janji."

Alina berjalan ke arah tempat dudukku dan duduk di pangkuanku.
Sebagai lelaki normal, aku mungkin tergoda dengan perlakuan Alina.
Dia terus saja memainkan jarinya di dasiku.

"Alina maaf-" omonganku terhenti ketika dia menciumku. Aku diam dan tidak membalasnya tapi bibirnya terus saja memaksaku membalas ciuman panasnya.

"Hmmm..Alina.." eranganku terdengar saat dia membelai rambutku dan mengusap-usap leherku. Andai saja yang di depanku saat ini adalah Gingga, pasti dengan senang hati aku akan membalasnya.

Tunggu, sepertinya aku melihat bayangan Gingga di depan pintu. Jangan-jangan dia melihatku. Aku dorong tubuh Alina agar turun dari pangkuanku.

"Pulanglah, aku akan memakan ini nanti." kataku sambil merapikan penampilanku.

"Janji ya kamu mau makan ini. Nanti aku telpon kamu." aku mengantar Alina sampai depan pintu.

Aku melihat Gingga sudah ada di tempatnya dan kenapa penampilannya kusut seperti itu?

"Kamu Gingga kan?" tanya Alina. Aku lupa kalau mereka saling mengenal saat di mall tempo hari.

"Kamu masih kenal aku kan?" tanya Alina sekali lagi. Gingga hanya mengangguk.

"Kamu pucat banget. Kamu sakit?"

"Nggak kok. Aku baik-baik saja. Kamu ada urusan disini?" Bodoh kenapa dia bertanya seperti itu pada Alina.

Dia sendiri yang akan merasa kecewa dengan jawaban Alina.

"Aku habis anter makan siang buat Dave. Hmm kalau gitu aku pamit ya. Sampai jumpa Gingga." mata Gingga menatap lurus kepergian Alina.

"Kamu baik-baik saja? Silakan masuk ke ruang saya." perintahku dan dia mengekor di belakang.

Aku ingin menikmati waktu berdua dengannya. Maka dari itu aku sengaja menyuruhnya masuk ke dalam ruangan ku. Sebenarnya, dokumen dari Indo Group itu tidak terlalu penting tapi aku sengaja mencari alasan agar aku bisa bersamanya.

Sampai akhirnya dia meminta izin untuk menyelesaikan urusannya. Awalnya aku ingin menolak tapi raut wajahnya menyiratkan kalau dia sedang ada masalah makanya aku mengizinkannya. Gingga berjalan memasuki restoran yang berada di beberapa blok dari kantor. Aku hanya memantaunya dari dalam mobilku.

Beberapa menit kemudian, aku melihat oma memasuki restoran yang sama dengan Gingga.
Apakah Gingga akan bertemu oma? Tapi untuk apa?

Segera aku cari handphone di saku jas ku untuk menelpon oma dan menanyakan keberadaannya sekarang meskipun aku sudah tahu.

Belum sempat aku menelpon, lagi-lagi aku dibuat terkejut dengan kedatangan Bima. Dia pun masuk ke dalam restoran. Ada apa sebenarnya dengan mereka?

Lalu aku melihat Gingga keluar dari restoran dan menyetop sebuah taksi. Aku mengikuti taksi yang ditumpangi Gingga karena jujur aku mengkhawatirkannya.

Syukurlah, dia kembali pulang ke rumahnya. Untuk urusan oma dan Bima nanti akan aku tanyakan langsung kepada mereka.
Kini aku melajukan kembali mobilku meninggalkan rumah Gingga.

-------------

Vomment Please...

__Paprika Merah__

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

542K 33.1K 36
Misellia Alya Faticha. Gadis berambut sebahu yang rajin kesayangan guru itu tiba-tiba mendapat tawaran menjadi Wakil Ketua project angkatan dari sala...
327K 15.1K 34
Complete. Berawal dari natasya tak sengaja menabarak azka. Kejadian resta ke rumah natasya. Hingga akhirnya ada kehangatan kebersamaan diantara merek...
SELEZIONE Oleh .

Fiksi Remaja

310K 21.6K 42
Aku mencintainya, itu sederhana. Tapi satu yang membuatnya rumit, aku terlalu takut untuk menerima hal yang berakhir dengan sakit hati. Pun aku terl...
19.1K 987 33
PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! #Series 3 [TRIOLOGI ALVARETTAM & SOMEDAY] Waktu itu berjalan sama dengan kehidupan yang di rasa sekarang fikiran akan ber...