Bagian Kedua

8.7K 443 3
                                    

Sial, kenapa Bima ada disini dan memasang senyum evilnya yang bikin aku mual. Mau tidak mau aku duduk namun tidak dekatnya. Ogah kalau harus duduk berdekatan dengan spesies makhluk seperti Bima.

"Jorok banget sih anak gadis belum mandi jam segini. Kalo mandi malam-malam bisa reumatik loh." katanya dengan cengiran lebar melebihi senyum tiga jarinya model.

Ih siapa sih dia sok banget mengatur kebiasaanku. Niatnya kan aku mau mandi eh dia malah datang tanpa diundang.

"To the point. Apa yang kamu mau?" tanyaku sinis. Loh-loh kenapa Bima malah pindah ke sebelahku.

"Aku cuma mau bersilaturahmi saja sama kamu. Mungkin kita jodoh ya bisa ketemu lagi."

Huweekkk. Aku sangat membenci seringainya itu loh. Kenapa sih dia suka sekali bersikap itu padaku. "Gingga, maafin aku yang dulu pergi begitu saja."

Saking membosankannya, aku hanya memutar bola mataku.

"Aku anggap itu nggak pernah terjadi Bim. So, time's up. Aku capek dan mau istirahat."

Aku segera beranjak dari sofa dan akan meninggalkannya sendiri di ruang tamu.

"Besok pagi aku jemput kamu disini. Nggak pakai penolakan. Katakan pada mama mu aku pamit."

Langkahku sukses terhenti. Kakiku berjalan ke arahnya yang sudah pergi menuju halaman tempat dimana mobilnya terparkir.
Double sial ini namanya.

Kapan ada kesempatanku untuk merebut hati Dave kalau ada Bima yang senantiasa akan menghantuiku. Ini tidak bisa dibiarkan!!

Tadinya aku pikir dengan mendengarkan lagu-lagu milik Metalica akan membuat otakku sedikit plong. Ternyata tidak sama sekali justru sekarang otakku jadi kusut.

Tapi apa benar kalau besok pagi Bima akan menjemputku? Tidak, bukannya aku mengharapkan justru aku berharap sebaliknya.

+628235656547 : Good Night My Sweetheart :*

What??!!! Siapa sih nih sok-sokan mengirimiku pesan seperti ini. Satu menit kemudian panggilan masuk ke handphoneku dan dari nomor yang sama.

"Selamat malam Gingga cantik" Tunggu! Ini pasti Bima. Siapa lagi kalau bukan si makhluk PHP itu.

"Ada apa? Ngantuk nih!" jawabku.

"Masa sih? Bukannya kamu lagi mikirin aku ya?" aku mendengar kekehan dari ujung sana. Cih.

"Geer banget sih jadi laki. Tutup telponnya atau-"

"Atau apa?"

Atau apa? Aduh..kenapa jadi speechless begini sih.

"Yaudah tutup telponnya bareng ya. Satu..dua.."

Tut..tut..tut.. macam anak SMA kasmaran saja. Tutup telpon pakai acara gombal begitu. Poor me.

**

Aku terlambat! Aku terlambat! Bisa bisa aku dipotong gajinya sama Dave. Ah tidak mau, bulan ini tas keluaran terbaru harus aku dapatkan sebelum Sinar dan Indri mengambilnya.

Aku mengambil pakaianku asal di lemari. Cukup simple dengan blouse berwarna merah dan skinny skirt. Make-up pun aku hanya membubuhi lip gloss dan sedikit bedak tabur. Biar di kantor saja aku make-upnya. Itupun kalau tidak terlambat dan Dave belum datang.

Pasti mama dan papa sudah berangkat kerja karena aku hanya melihat satu gelas susu coklat yang sudah dingin lalu meneguknya dengan terburu-buru.

"Makanya jangan begadang. Begini nih jadinya." sebuah suara bass mengagetkanku. Ternyata lagi dan lagi ada Bima yang sedang asyik duduk di teras dengan sebuah majalah di tangannya.

Segitiga Sama SisiWhere stories live. Discover now