Bagian Ketigapuluhlima

5.9K 288 15
                                    

Aku diizinkan mama dan papaku untuk menginap di kontrakan Indri untuk beberapa hari ini dikarenakan aku masih belum siap untuk bertemu Dave. Lagi.

Aku pun nggak akan memberitahu Satria dimana aku sekarang. Nanti dia akan membocorkannya pada Bima atau terburuknya Dave. Ini sudah dua harinya aku menginap.

Untung saja Bima maupun Dave belum tahu tempat kontrakan Indri dimana jadi itu sedikit membingungkan mereka. Aku nggak ingin merepotkan Indri jadi selama masa 'pengasingan' disini, aku modal sendiri. Mulai dari soal makanan hingga soal alat-alat mandi.

Hmm sepertinya aku memang niat melarikan diri. Tunggu, melarikan diri? Aku seperti ini setelah melihat Dave berciuman dengan Alina. Lalu, aku pergi empat tahun ke Amerika karena aku nggak mau bertemu Dave lagi.

Kenapa setiap ada masalah aku selalu melarikan diri? Aku bukan mau lari dari masalah, aku hanya..hanya ingin menjernihkan pikiranku. Itu saja. Terserah orang ingin menyebutku apa.

Perutku keroncongan meminta diisi. Aku matikan tv yang sejak tadi 'menonton'ku dan lalu aku menuju dapur. Sepertinya telur balado yang kemarin aku buat masih ada. Tinggal aku panaskan kembali.

Leherku menoleh saat mendengar ketukan pintu dari luar. Alisku terangkat satu, siapa yang tengah hari seperti ini bertamu? Pemilik kontrakan kah?

Aku kembali mematikan kompor dan berjalan ke arah pintu. Ternyata Indri.
Loh kok dia pulang cepat? Wajahnya menggambarkan kecemasan tingkat nasional.

"Ada apa, Ndri?" tanyaku. Indri hanya mengulin-ulin ujung kemejanya tanpa mau menjawab pertanyaanku.

"Hmm...Gingga..maafin aku" katanya terbata-bata.

"Maaf? Ayo deh masuk dulu masa ngobrol di depan pintu begini" aku menarik tangan Indri namun dia menolak.

"Ada apa, Ndri? Jangan bikin aku khawatir dong"

Indri mundur satu langkah ke belakang. Dan dia menunjuk satu titik tepat di samping dinding tempatnya berdiri sekarang. Aku mengikuti jarinya terarah. Mataku membulat karena melihat Dave disini.

♥♥♥♥♥

Bima POV

"Pak ada tamu ingin bertemu anda sekarang" kata Lisa. Dahiku berkerut. Tamu?

"Suruh dia masuk" perintahku. Lisa pun mengangguk dan keluar dari ruanganku.
Nggak lama suara pintu kembali terdengar. Aku mendongakkan wajahku dan melihat seorang laki-laki necis yang wajahnya amat familiar untukku.

"Halo Bimatrya Yulastanto apa kabar? Masih inget gue nggak?" tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya. Aku membalasnya sambil memikirkan siapa gerangan laki-laki ini. "Lupa sama gue sang Donjuan sekolah?" sambungnya lagi.

Aku langsung berdiri sambil memutari mejaku untuk menghampiri laki-laki itu.

"Oh my God, lo Rayyan kan? Rayyan Dimas Soetardi sang playboy cap obat nyamuk. What's up brada" aku memberinya tinjuan pelan di perutnya. Dan Rayyan pura-pura mengeluh.

Dia Rayyan. Sahabatku saat sama-sama saat SMA dulu. Setelah kelulusan, kami sudah benar-benar lost contact. Salah seorang sahabat karibku. Teman saat sama-sama mengejar gadis favorit di sekolah, teman bermain dan nongkrong dan teman tawuran tentunya.

"Eh ngomong-ngomong lo tau darimana gue disini?" tanyaku pada akhirnya sambil mempersilakkannya duduk di sofa.

"Gue kesini selain pengen nostalgia bareng, gue juga minta jasa EO lo buat bantu acara charity yang akan gue laksanain bulan depan. Gimana bisa nggak?"

"Sangat bisa, brada. Kalo perlu gue bakalan cancel semua urusan gue cuma buat nanganin acara lo itu" kelakarku.

"Bagaimana kalo kita ngomonginnya di resto saja. Bentar lagi makan siang. Gue yang traktir deh tenang saja" ujar Rayyan. Aku pun langsung mengiyakan.

Segitiga Sama SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang