π™πˆπππˆπ€

By 12kentang

2.5M 292K 125K

ZINNIA : CINTA TANPA KOMA Novelnya masih bisa dipesanπŸ“Œ β‰ͺβ€’β—¦ ❈ ◦‒≫ Fyi: alurnya masih berantakan, yang rapi ve... More

00 || PROLOG
01 || Kita Imam, bukan makmum!
02 || Status
03 || Kembali Sadar
04 || Acara Dadakan
05 || Bertemu Kembali
06 || Niat Zayden
07 || Menyelinap
08 || Bertemu Sepihak
10 || Demi istri
11 || Pemilik Cincin
12 || Ternyata dia
13 || Niat 2 Bunga
14 || Akhirnya bertemu
15 || Canggung
16 || Alegori Mawar Hitam
17 || Not a Dream, but This is Reality
18 || Perjanjian Konyol
19 || Kesepakatan
20 || Seminggu
21 || Kepikiran
22 || Kali Kedua untuk pertama
23 || Perlahan Membaik
24 || Kyai Fathar
25 || Gagal paham
26 || Perihal Minuman
27 || Nyaman?
28 || Kaum Hawa
29 || Boyongan
30 || Pasar
31 || Tamu
32 || Kajian Singkat
33 || Tentang Karya
34 || Password
35 || Jujur 1/4
36 || Boleh Makan?
37 || Official
38 || Zona
39 || Dua Kakak
40 || Zaya?
41 || Makam di Sore itu
42 || Ajakan Zayden
43 || Jaga anak orang
44 || Double Date
45 || Pondasi
46 || Zafian
🌻COLLAB: WHAT IF-
47 || Bersama Zona
48 || Panik
49 || Sudah Terjadi
50 || Al-Baqarah 156
51 || Tenggelam Menggenggam Rasa
52 || Kabur atau Hadapi
53 || Permintaan Zaina
54 || Cicak
55 || Pemintaan Maaf
56 || Jump to conclusion
57 || Zecia
58πŸƒCEK OMBAK!
58 || Jawaban Zecia
59 || Bedug Atau Hadroh?
βœ§β—VOTE COVER ZINNIA!
60 || Hanya Firasat?
PRE ORDER
61 || Cemburu Lagi
62 || Menyusul
63 || Selesai
Epilog

09 || Harapan Yang Kandas

50K 5.9K 1.1K
By 12kentang

.

.
"Rahmat (kasih sayang-Ku) meliputi segala hal." (QS. Al-A'raf:156)
.
.
≪•◦ ❈ ◦•≫


Sepasang kaki beralaskan flatshoes sedang melangkah dengan anggun. Berjalan dengan semestinya tanpa dilebih-lebihkan alias berlenggak-lenggok mencari perhatian.

Abaya hitam dengan sedikit motif di bagian pinggang kiri terlihat sangat pas dengan tubuh idealnya.

Setelah hampir 20 menit berkeliling, ia pun duduk di salah satu kursi yang terdapat di taman kampus. Ini adalah hari pertamanya.

"Setelah sekian lama," gumamnya. Segaris senyuman indah terpatri pada bibirnya.

"ALARA!"

Perempuan yang baru saja duduk itu langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia terkejut melihat dua orang itu. Ia masih mengenali dua orang itu.

"Nami? Kavin?" beonya.

Gadis yang diketahui bernama Namira itu langsung berlari menghampirinya, lalu memeluk Alara dengan erat.

"Gue kangen banget!" serunya, lalu melepaskan kembali pelukan mereka.

"Aku juga kangen," jawab Alara.

Namira dan Kavin adalah teman Alara semasa ia masih kuliah dulu.

"Demi apa? Gue nggak nyangka banget lo ngampus lagi! Gue kira setelah lo hamil waktu itu berhenti dan milih jadi ibu rumah tangga," heboh Namira.

"Iya, betul! Kavin juga kira gitu," imbuh cowok sedikit gempal di samping mereka.

"Niat awal memang gitu, tapi suami aku bilang aku harus lanjut pendidikan aku yang sempat tertunda," jawab Alara menjelaskan.

Memang benar, Elvano yang paling keukeuh menginginkan Alara untuk lanjut kuliah. Laki-laki itu tidak mau istrinya menyesal. Ia tau Alara memimpikan itu, ia tau istrinya itu haus akan ilmu. Itu sebabnya Elvano menginginkan hal itu. Untuk si kembar, dengan berat Alara titipkan kepada mertuanya. Dengan sangat senang hati Tari--Mamanya Elvano menjaganya.

"Berarti lo ngulang lagi, dong?"

"Iya," jawab Alara tersenyum tipis.

"Kamu nggak apa-apa ngilang jauh banget, Ra?" tanya Namira lagi.

"Nggak masalah sama sekali. Menuntut ilmu gak pandang umur," jawabnya tersenyum.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Alara duduk sendiri di pojok kantin. Sayang sekali ia belum menemukan teman. Dan yang membuatnya sedikit cemberut adalah ia sangat merindukan kedua kesayangannya. Siapa lagi kalau bukan Kia dan Zafian, anak-anaknya yang lucu.

Fyi Alara ngambil kuliah non-reguler. Dulu ia masuk jurusan kedokteran, tapi sekarang ia justru masuk ke pendidikan. Itu keinginan hatinya. Dulu ia ambil fakultas kedokteran ingin melanjutkan mimpi Elvano yang bercita-cita menjadi dokter. Tentu saja Elvano yang memaksanya untuk mengikuti kehendak hati, bukan kehendak suami.

"Assalamualaikum ...." Suara lembut itu membuyarkan lamunan Alara. Ia mendongak lalu tersenyum.

"Waalaikumsalam," jawab Alara.

"Boleh aku duduk?" tanya gadis yang memakai Abaya coklat tua dengan khimar senada.

"Boleh, silahkan," jawab Alara mempersilakan.

"Kita sekelas," ujar gadis itu setelah ia duduk di hadapan Alara. Di tengah-tengah mereka ada meja yang masih kosong.

Gadis itu lantas menyengir sangat manis.

Alara sangat antusias. "Benarkah?" tanyanya speechless. Gadis itu mengangguk dengan semangat. Lucu sekali gadis ini, pikir Alara. Akhirnya ia bertemu dengan orang yang mungkin ke depannya menjadi temannya atau mungkin sahabatnya. Semoga saja, harap Alara.

"Aku Zaina," ucap gadis itu mengulurkan tangannya.

"Aku Alara," jawab Alara membalas dengan tersenyum.

"Semoga kita bisa menjadi teman baik," kata Zaina lagi.

"Tentu," jawab Alara.

"Aku kayak pernah liat kamu, tapi di mana, ya?" ungkap Alara. Ia sedikit berpikir, di mana ia pernah bertemu dengan Zaina sebelumnya.

"Iya, kah? Di mana di mana?"

Alara terdiam sambil meneliti wajah Zaina. Sedang Zaina mengerutkan keningnya.

"Kamu ...."

"Aku Zaina Alayya," sela Zaina tersenyum.

Mata Alara melotot sempurna setelah mengingatnya.

"K-kamu Zaina?"

"Iya, aku Zaina," jawab Zaina jadi bingung.

"Anak Ibu yang bar-bar? Ibu Akifah?" tanya Alara bersemangat.

Mendengar itu Zaina mengangguk semangat.

"Kamu kenal ibu aku?" tanya Zaina.

"Masyaallah, Na! Kamu nggak ingat sama aku?" tanya Alara.

Zaina menggeleng dengan tidak enak. Sedikit merasa bersalah karena tidak mengenali Alara. Ia berpikir positif, mungkin dampak ia koma selama beberapa bulan lalu.

"Aku Alara! Santri Ibu kamu, Na. Kamu nggak ingat dulu sering numpang tidur di kamar aku?" tanya Alara. Ia mencoba mengingatkan Zaina.

Zaina nampak berpikir keras.

"Kamu sering tidur di kamar aku kalo dijailin kakak kamu," ucap Alara lagi.

"Kamu Kak Alice atau Kak Alara?!"

"Alara!" jawab Alara cepat.

"Beneran?" tanya Zaina dengan mata membola.

"Iya, Zaina, ini aku Alara."

Zaina berdiri, matanya berkaca-kaca karena terharu. Ia langsung berpindah tempat dan memeluk Alara dengan erat.

"Kok Kak Alara nggak tua-tua?" tanya Zaina di sela isak tangisnya memeluk Alara.

Alara terkekeh sambil menjitak kening Zaina dengan pelan.

"Kok aku nggak bisa ngenalin Kak Ala, ya?" ucap Zaina.

"Aku juga kenapa bisa-bisanya nggak ngenalin kamu, Na," balas Alara. Mereka kembali menarik tubuh mereka masing-masing, lalu saling menatap sambil memperhatikan wajah di depannya.

"Kamu makin putih sekarang, Na, makin cantik juga," ujar Alara terkekeh.

"Hehe, dulu aku item banget, ya, kan, Kak. Sampai-sampai skincare-nya Kak Alice aku habisin terus karena pingin putih kayak Kak Ala," balas Zaina terkekeh mengingat kala itu. "Mungkin sekarang agak putih karena terlalu lama dirawat waktu itu," lanjutnya di dalam hati.

Fyi dulu Alara adalah salah satu santri di pesantren milik Abahnya Zaina. Saat itu Alara sudah kelas 3 MTS dan Zaina masih 2 MTS, jarak mereka hanya setahun. Namun, Zaina sangat lengket dengan Alara dan juga Alice--teman--se-asramanya Alara dulu. Zaina sangat jarang tidur di rumahnya, tapi ia justru sering menginap di asramanya Alara. Dulu mereka sangat dekat. Sampai pada akhirnya Alara lulus MTS dan pindah ke sekolah umum yaitu WINNER HS, tempat Zayden dan Elvano bersekolah.

"Padahal nggak item-item banget," balas Alara terkekeh.

"Kak Alara juga kenapa tambah cantik?" tanya Zaina.

"Alhamdulillah, bisa aja kamu."

"Eh, iya, Kak. Gimana ceritanya kita bisa ketemu? Maksudnya di semester ini?" Padahal aku ngulang banyak, loh, waktu itu udah mau semester lima, Kak Ala aturannya udah mau semester tujuh, kan?" ucap Zaina.

aku pusing ngitung umur, jarak umur antar tokoh, mereka kuliah semester berapa yang maju-mundur, tahun ajaran😭 kalo salah tolong maklumi yaaa🤣 akibat belajar mtk tidur mulu🌚

Mereka kembali duduk. Sekarang mereka duduk bersebelahan.

"Loh, kenapa ketinggalan?" tanya Alara. Zaina juga ngulang dari awal?

"Waktu itu ...." Zaina menjeda ucapannya.

"Aku sama Abah mengalami kecelakaan, Kak."

"Innalilahi," ucap Alara spontan.

"Dan aku koma hampir enam bulan, hampir satu semester hehe," ucap Zaina terkekeh, tapi air matanya meluncur begitu saja.

"Innalilahi, terus sekarang kamu baik-baik aja, kan?" tanya Alara khawatir.

"Aku udah nggak apa-apa, tapi Abah ...."

"Kyai Fathar kenapa?"

"Abah meninggal di kecelakaan itu."

Alara langsung tercenung. Hatinya terus mengucapkan innalilahi, ia ikut merasakan kehilangan. Walau bagaimanapun, Kyai Fathar adalah panutannya, idolanya.

Alara langsung memeluk Zaina.

"Maaf aku baru tau, Na."

"Nggak apa-apa, Kak," balas Zaina sambil menghapus air matanya.

Terjadi keheningan, Alara masih memperhatikan gadis yang ia anggap adik sedari dulu. Zaina kecil sudah banyak berubah. Yang dulunya sangat petakilan sekarang sedikit lebih anggun. Mungkin saja, karena mereka di tengah-tengah umum.

Alara tersenyum mengingat Zaina yang dulu tidak pernah mau menggunakan gamis, ia suka memakai celana olahraga. Hal itu selalu membuat Ibu dan Abahnya pusing menghadapi Zaina. Jika mereka memarahi Zaina, maka gadis itu akan ngambek dan kabur ke asramanya Alara. Gadis itu tidak akan pulang ke ndalem sebelum Alara atau Alice yang memarahinya.

"Kak Ala ...."

"Iya?"

"Bang Farras masih jomblo," ujar Zaina memberi tahu sambil terkekeh. "Kayaknya dia juga masih suka sama, Kakak," lanjutnya.

Alara terkekeh. "Dan alhamdulillah aku udah nggak jomblo," balas Alara.

"Hah? Maksud, Kakak? Nggak mungkin pacaran, kan?" tanya Zaina dengan kaget.

Alara terkekeh. "Pacaran halal," jawab Alara.

"Kak Alara udah nikah? Kapan?" Zaina kembali terkejut.

"Setelah lulus SMA," jawab Alara tersenyum.

Triple terkejut untuk Zaina.

"Wah, barakallah, Kak. Sedikit kecewa, sih, karena bukan, Kak Ala yang jadi kakak ipar aku," balas Zaina terkekeh.

"Wahai Abangku, selamat patah hati! Makanya jangan stuck sama satu cewek, jadi begini, deh," batin Zaina terkikik.

Farras Arfathan Aqmar Ghazalah, Kakak laki-laki Zaina memang pernah menyukai Alara kala itu. Saat Gus Arfa kelas 2 Aliyah dan Alara masih 3 MTS. Saat tau Alara tidak melanjutkan pendidikannya di pesantren milik Abahnya, cukup membuat Arfa kecewa, tapi ia bisa apa. Remaja yang belum terlalu tau apa itu cinta yang sesungguhnya. Ia tau ia salah karena menaruh harapan kepada Alara. Ia mencoba mengikhlaskan. Entah sekarang perasaan itu masih bersemayam di hatinya atau tidak.

Zaina cukup khawatir jika kakaknya masih menaruh harap pada Alara. Apalagi selama ini Kakaknya terlihat menutup mata akan cinta.

"Ibu sama Abang kamu apa kabar, Na?" tanya Alara.

"Alhamdulilah ibu baik, Kak, tapi kalo Abang nggak yakin, deh, bakal baik-baik aja setelah dengar kabar kalo Kak Alara udah menikah," jawab Zaina.

Alara hanya terkekeh menanggapi. Ia menganggap jawaban Zaina adalah candaan semata.

"Hm, Kak ...."

"Apa, Na?" jawab Alara.

"Karena selama ini aku kurang bergaul sama orang dan orang yang aku anggap dekat yang udah menikah itu cuma, Kakak, jadi aku mau nanya ...."

"Tanya aja."

Zaina terlihat menimang-pertanyaan yang akan ia ajukan.

"Gimana rasanya menikah?" tanya Zaina lirih. Wajah gadis itu pun menunduk malu. Namun, terlambat. Alara lebih dulu mengetahui semburat merah di pipinya.

"Hei ...." Alara mengangkat dagu Zaina agar gadis itu berani menatapnya.

"Kenapa malu-malu gitu?" tanya Alara tersenyum. Zainanya benar-benar sudah berubah. Tidak ada lagi Zaina yang teramat bar-bar.

"Ih, nggak jadi nanya, deh," ucap Zaina dengan bibir mengerucut lucu.

Alara langsung mencubit pipi Zaina yang mengembung itu dengan gemas.

"Kenapa, huh? Kamu mau nikah?"

"Aku udah menikah," cicit Zaina.

"Ulangi, Na," pinta Alara karena tidak terlalu mendengar jawaban Zaina.

"Aku udah nikah, Kak Ala," jawab Zaina mengulang. Kali ini suaranya lebih keras.

Alara langsung menutup mulutnya karena tidak percaya.

"Serius kamu? Sama siapa?"

"Serius ... tapi ...."

"Tapi?"

"Aku nggak tau seperti apa suami aku," jawab Zaina menunduk.

"Na ...."

"Iya, Kak. Aku nggak tau seperti apa wajah suami aku, seperti apa dia, aku cuma tau karena dia nikahin aku waktu aku masih dalam keadaan koma," jelas Zaina.

Deg

Alara langsung teringat sesuatu.

"Jangan-jangan Kak Zayden?" batinnya.

Alara mencoba mengingat kejadian beberapa waktu lalu, saat di mall saat Zayden yang menabrak seorang gadis. Alara langsung melihat wajah Zaina. Tidak salah lagi, gadis yang Zayden tabrak waktu itu adalah Zaina. Bagaimana Alara tidak menyadarinya.

"Namanya siapa, Na?"

"Ibu bilang namanya Zayden."

Alara tidak bisa lagi menahan senyumnya. Dunia begitu sempit, Allah ternyata menyatukan orang-orang terdekatnya.

"Aku yakin, dia orang yang baik," ujar Alara tidak melepas senyumannya.

Alis Zaina berkerut. "Kenapa Kak Ala bisa ngomong gitu?"

"Karena aku mengenal siapa suamimu, Na," jawab Alara. Tentunya hanya dalam hati. Tidak mungkin ia membongkar sesuatu yang bukan urusannya.

≪•◦ ❈ ◦•≫

"Gimana kuliah--"

"Abang, Zaina mau ngomong."

Alis yang cukup tebal milik Arfathan Aqmar Ghazalah hampir tertaut.

"Abang kapan nikah?"

Alis Gus Arfa semakin tertaut. Tumben sekali adiknya bertanya tentang hal itu lagi.

"Menikah harus ada pasangannya, Zaina. Abangmu ini belum ada--"

"Kenapa belum ada?" potong Zaina.

Laki-laki itu menarik tangan adiknya agar duduk terlebih dahulu. Setelah Zaina duduk di sampingnya, barulah Gus Arfa menjawab," karena belum saatnya."

"Bukan itu, tapi karena Abang nggak mau nyari, kan?" tebak Zaina.

"Ada apa, Zaina? Nggak biasanya kamu nanya hal ini?"

"Bang Farras masih nunggu Kak Alara ... benar, 'kan?"

Gus Arfa cukup terkejut, tapi langsung ia tutupi keterkejutannya dengan senyuman.

"Sok tau kamu," cibirnya sambil mengusap puncak kepala Zaina.

"Jangan lagi, ya.... Lupain Kak Ala dan jangan berharap lagi," ujar Zaina. Gadis itu menunduk. Ia ikut prihatin dengan kisah percintaan Kakaknya yang harus kandas sebelum dimulai.

Gus Arfa terdiam beberapa saat sebelum bertanya, "kenapa?"

"Kak Alara sudah menikah. Tadi, aku ketemu sama Kak Alara."

Gus Arfa menegang setelah mendengar penuturan sang adik. Dadanya seperti dihantam benda tajam. Ada apa dengannya? Benarkah ia masih menunggu gadis itu? Benarkah ia terlalu berharap kalau mereka berjodoh? Dan akan kembali kepadanya? Nyatanya ia tidak berjodoh?

"Aku harap, Abang, paham," ucap Zaina. Setelah mengatakan itu ia beranjak untuk masuk ke dalam kamarnya dan meninggalkan Gus Arfa yang masih tercenung.

Patah hati dan sakit hati adalah bagian dari rasa cinta. Dan hal yang manusiawi jika merasakannya.

Cinta membawa kita terbang bersama hal yang kita inginkan. Namun, ketika kita menginginkan terbang bersama dengan yang kita cintai lalu tiba-tiba pupus, sudah pasti menimbulkan rasa sakit.

Gus Arfa selalu menerapkan dalam hatinya bahwa mencintailah dengan sewajarnya, maka sakitnya kehilangan hal yang dicintai akan sewajarnya pula. Namun, apa dayanya? Sekuat apapun ia menahannya, rasa sakit itu tetap ada.

"Delapan tahun bukan waktu yang lama, Arfathan Aqmar Ghazalah. Delapan tahun itu cuma sebentar. Jadi, Jangan merasa kalau kamu ini adalah orang yang tersakiti sebab rasa cinta dalam diam yang tidak akan pernah terbalaskan," gumam Gus Arfa terkekeh.

"Patah hati itu manusiawi dan itu tidak berdosa. Akan berdosa jika melampiaskannya ke perbuatan yang melanggar syariat. Menyakiti diri, putus asa, apalagi bunuh diri," monolognya.

Zaina yang masih di ambang pintu menatap iba ke arah Abangnya.

"Semoga Abang dipertemukan dengan wanita yang juga mencintainya," gumamnya tersenyum.

.
.
.

≪•◦ ❈ ◦•≫TO BE CONTINUE≪•◦ ❈ ◦•≫

"Ketika kita dihadapkan dengan suatu masalah, sungguh tidak pantas kita mengeluh apalagi berputus asa. Sebab, apapun yang terjadi pada diri kita tak luput dari kehendak-Nya."

Aku siap, deh, gantiin posisi Alara di hati Gus Arfa😭😭

candaaa🤣

Siapa yang mau dicintai Gus Arfathan? Sini tunjuk diri!

Hayoooooo, ini kalo Elvano tau gimana yaaa


Follow akun Instagram:
•≫wp.12kentang
•≫teratai_story
•≫n.jannati_
•≫zayden.abdijaya
•≫elvanraymd
•≫sakyaalara
•≫eki.nuganteng
•≫dylanganedra
•≫nilaanitaa
•≫galih.saguna

Follow juga tiktok ini biar dapat spoiler:
•≫desember.10
•≫wp.12kentang

Info & foto roleplayer di pinterest 12kentang

-TO BE CONTINUE-


Continue Reading

You'll Also Like

508 52 7
π”½π•†π•ƒπ•ƒπ•†π•Ž π”Έπ•‚π•Œβ„• π•Žβ„™ π•‚π•Œ π”»π•Œπ•ƒπ•Œ 𝕁𝔸ℕ𝔾𝔸ℕ π•ƒπ•Œβ„™π”Έ 𝕄𝔸𝕄ℙ𝕀ℝ, 𝔹𝔸ℂ𝔸 π•Šπ”Όβ„•π”ΎπŸ₯°πŸ˜ Cerita seorang anak kuliahan semester 4, yang terpaksa dijo...
4.7K 305 9
SEBELUM BACA, FOLLOW DULU YUK !!! . . . "Ayo, gue antar." "Gak." "Naik gue bilang." "Modus penculikan ya? Sana ih, aku teriak nih." "Ok" β–ͺ︎ "Ayo." Ga...
250K 14.9K 43
FOLLOW TERLEBIH DAHULU!! SEBELUM BACA! πŸ“Œ Dilarang untuk plagiat karena sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha melihat. kisah ini menceritakan...
480K 58.4K 17
Lentera Hati - Series keempat Lentera Universe Romansa - Spiritual - Militer "Dejavu paling berat adalah bertemu seseorang yang mirip dengan dia tapi...