π™πˆπππˆπ€

By 12kentang

2.5M 293K 125K

ZINNIA : CINTA TANPA KOMA Novelnya masih bisa dipesanπŸ“Œ β‰ͺβ€’β—¦ ❈ ◦‒≫ Fyi: alurnya masih berantakan, yang rapi ve... More

00 || PROLOG
01 || Kita Imam, bukan makmum!
02 || Status
03 || Kembali Sadar
04 || Acara Dadakan
06 || Niat Zayden
07 || Menyelinap
08 || Bertemu Sepihak
09 || Harapan Yang Kandas
10 || Demi istri
11 || Pemilik Cincin
12 || Ternyata dia
13 || Niat 2 Bunga
14 || Akhirnya bertemu
15 || Canggung
16 || Alegori Mawar Hitam
17 || Not a Dream, but This is Reality
18 || Perjanjian Konyol
19 || Kesepakatan
20 || Seminggu
21 || Kepikiran
22 || Kali Kedua untuk pertama
23 || Perlahan Membaik
24 || Kyai Fathar
25 || Gagal paham
26 || Perihal Minuman
27 || Nyaman?
28 || Kaum Hawa
29 || Boyongan
30 || Pasar
31 || Tamu
32 || Kajian Singkat
33 || Tentang Karya
34 || Password
35 || Jujur 1/4
36 || Boleh Makan?
37 || Official
38 || Zona
39 || Dua Kakak
40 || Zaya?
41 || Makam di Sore itu
42 || Ajakan Zayden
43 || Jaga anak orang
44 || Double Date
45 || Pondasi
46 || Zafian
🌻COLLAB: WHAT IF-
47 || Bersama Zona
48 || Panik
49 || Sudah Terjadi
50 || Al-Baqarah 156
51 || Tenggelam Menggenggam Rasa
52 || Kabur atau Hadapi
53 || Permintaan Zaina
54 || Cicak
55 || Pemintaan Maaf
56 || Jump to conclusion
57 || Zecia
58πŸƒCEK OMBAK!
58 || Jawaban Zecia
59 || Bedug Atau Hadroh?
βœ§β—VOTE COVER ZINNIA!
60 || Hanya Firasat?
PRE ORDER
61 || Cemburu Lagi
62 || Menyusul
63 || Selesai
Epilog

05 || Bertemu Kembali

60.3K 6K 841
By 12kentang

Assalamualaikum......

jangan lupa untuk vote dan komennya ya🖤

.
.

Zaina dan ketiga remaja yang ikut menemaninya akhirnya sampai di sebuah mall di kota mereka tinggal. Tujuan Zaina datang ke tempat itu hanya untuk membeli beberapa keperluan yang ia butuhkan. Mungkin nanti ia akan membelikan ketiga remaja di sampingnya sekarang beberapa buku self healing dan tentunya berlandaskan islam.

"Ning, kemarin liburan 5 hari kita pulang. Terus aku liat akun wattpad, Ning, ada cerita yang masih menggantung. Enggak ada niatan mau lanjutin gitu? Padahal seru banget, Dila lagi asik baca, eh, ternyata belum selesai," ujar Dila disela-sela perjalanan mereka.

Zaina langsung menepuk keningnya sendiri. Tentu saja ia lupa. "Aku lupa," ucapnya meringis.

"Pasti pembacanya, Ning, pada nungguin. Digantung selama enam bulan," imbuh Rima.

Zaina terkekeh. "Hidup aku aja digantung selama itu," ujar Zaina saat mengingat ia hidup bergantung pada alat medis selama kurang lebih enam bulan.

"Hih, Ning, jangan ngomong gitu. Alhamdulillah Ning kembali dengan selamat, kami cemas tau," ucap Zhuda.

"Hehe." Zaina merespon dengan kekehan kecil.

Langkahnya berhenti saat melihat banyaknya buku-buku yang tersusun rapi yang tidak jauh dari mereka.

"Ada apa, Ning?" tanya Rima.

"Kalian mau beli buku? Aku yang bayar, deh. Kalian, kan, udah nemenin aku," ucap Zaina.

"Mau, dong!" seru tiga remaja itu. Tentu saja mereka sangat mau. Mereka itu satu frekuensi, mereka sangat gemar membaca, mereka juga tau bahwa Zaina adalah seorang penulis di salah satu platform yang identik berwarna oren yang sering mereka baca ketika liburan.

"Oke, kalian cari aja, tapi ingat!"

"Apa, Ning?" tanya Zhuda.

"Bukunya jangan buku novel," peringat Zaina dengan tegas

"Yaaahhh ...." Ketiga remaja itu spontan mendesah kecewa. Zaina terkikik, ia sangat paham apa yang diharapkan oleh ketiga remaja itu.

"Kecuali novel islami," lanjut Zaina.

"Alhamdulillah." Kompak ketiga remaja itu memanjatkan syukur.

"Dan bacanya nanti kalo udah liburan. Jangan baca di pondok, untuk sekarang kalian harus fokus ke pelajaran," imbuh Zaina lagi.

"Refreshing gitu, Ning. Hari Jum'at, deh, boleh, ya?" tawar Rima dengan penuh harap.

Hari Jum'at kegiatan di sekolah memang libur, tapi tidak dengan kegiatan di pondok. Kegiatan pondok tetap berjalan seperti biasanya. Untuk itu Zaina menggeleng.

Dila dan Zhuda saling lirik. Melihat tatapan teman-temannya membuat Rima langsung paham. Setelah itu mereka kompak tersenyum tanpa sepengetahuan Zaina.

Tidak mungkin remaja itu akan langsung patuh dengan larangan dari Zaina. Menjadi santriwati yang terlalu patuh itu seperti tidak ada tantangan, begitu pikir mereka bertiga. Setidaknya dibarengi kenakalan sedikit, seperti baca novel secara diam-diam walau peraturannya sudah jelas dilarang.

Prinsip yang salah, tapi benar juga menurut yang pendapatnya benar. Zhuda, Rima dan Dila contohnya.

"Oke, deh. Yang penting udah dibeliin, kita bacanya nanti pas liburan aja. Syukron, ya, Ning Zaina," ucap Dila tersenyum.

Zaina ikut senang melihatnya. "Ya udah sana, gih, aku mau cari alat tulis dulu, setelah itu aku mau ke toilet dulu. Kalian di sana aja, jangan ke mana-mana," peringat Zaina.

"Na'am, ukhtiiiii," jawab ketiga remaja itu.

~~~

"Ndak mau, Om Eko! Kia maunya sama Om Gagal!" teriak Kia sambil menjauhi Eki yang ingin menggendongnya, tapi Kia justru berlindung di balik Galih. Hal itu menjadi kepuasan sendiri untuk Elvano saat melihat wajah masam Eki karena putrinya.

Saat ini Zayden dan sahabat-sahabatnya yang sama halnya menggunakan jas rapi sudah berada di dalam kawasan mall yang mereka kunjungi. Zayden sedikit risih ketika orang-orang melihat mereka.

Ia memilih berjalan di belakang, sementara ketiga sahabatnya, kemudian Alara dan si kembar ia biarkan jalan di depan.

Mari kita berkenalan terlebih dahulu dengan Zayden serta sahabat-sahabatnya. Sebenarnya Zayden punya 6 orang sahabat jika termasuk Alara—istrinya Elvano. Namun, sekarang ia hanya punya 5 orang sahabat.

Lima orang sahabat tersebut diantaranya ada Elvano, Eki, Galih, Alara dan satu lagi gadis bernama Nila. Namun, kali ini Nila tidak hadir. Gadis satu itu memang sudah jarang bergabung dengan mereka sejak kejadian sekitar 3 tahun lalu. Ia juga harus menjalani pemulihan hingga dua tahun lamanya hingga bisa sembuh total.

Eki Nugroho, katanya anak tunggal kaya raya. Memang benar. Hal itu membuatnya berbesar kepala hingga ia sedikit meremehkan yang namanya kerja keras. Mantan playboy cap aligator tersebut masih jomblo. Terakhir pacaran 3 hari yang lalu, semoga saja ia cepat insyaf dan segera mencari seorang istri yang bisa mendampinginya di umur yang sudah menginjak 25 tahun ini. Eki bersahabat dengan Zayden sejak bangku SMA. Laki-laki yang humble-nya overdosis itu memiliki harapan yaitu ingin memiliki istri solehah, walau dirinya tidak yakin mendapatkannya. Berharap tidak salah, kan?

Selanjutnya ada Galih Saguna. Entah kenapa namanya terdengar aneh, ibunya sering mengejeknya dengan panggilan tepung serbaguna, padahal yang menghadiahi nama itu ibunya sendiri. Galih kerap kesal karena itu. Galih merupakan anak rantau sejak ia menduduki bangku SMA hingga kuliah dan sekarang kerja. Kerja di kafe milik Eki Nugroho. Laki-laki yang dianugerahi bola mata biru memikat itu adalah satu-satunya sahabat Zayden yang tidak pernah dekat dengan perempuan manapun. Bukan karena Galih itu jelek, bahkan Galih lebih rupawan daripada Eki, mungkin karena Allah lagi berbaik dengan Galih hingga laki-laki itu tidak pernah mencicipi yang namanya pacaran. Katanya semua cewek sukanya sama Elvano, dan ketika Elvano menolak larinya ke Eki yang kaya. Sedangkan ia punya apa? Hanya punya kompor gas dan alat masak lainnya untuk ia bertahan hidup di kota orang. Perempuan mana yang mau dengannya?

Galih pernah bilang, "Mungkin Allah lagi siapin bidadari surga untuk gue. Bidadari yang terima gue apa adanya, yang minta mahar nggak memberatkan gue dan gue nggak merendahkan dia." Terdengar gentle, tapi jika tau sifatnya yang lebih sering jamet, harap bersabar saja.

Sahabat Zayden yang berikutnya ada Elvano dan Alara. Keduanya adalah pasangan suami istri, mereka menikah muda. Tidak perlu banyak menjelaskan mereka berdua, yang jelas Zayden mendambakan rumah tangga seperti rumah tangga Elvano dan Alara yang harmonis.

(Lebih jelasnya kalo mau tau mereka berdua baca aja cerita Teratai wkkw)

Sedangkan Zayden? Bagaimana seorang Zayden itu?

Zayden sama halnya dengan Galih. Laki-laki yang tidak pernah pacaran, tidak pernah mendekati perempuan manapun selain keluarganya. Bedanya Zayden cukup banyak perempuan yang mendekati, tapi ia tau pacaran itu tidak ada di dalam islam. Zayden laki-laki berprinsip dan ambisius, ia selalu baik ke perempuan manapun, hal itu yang menimbulkan banyak perempuan yang salah mengartikan kebaikannya.

Oke cukup perkenalannya. Untuk sosok Zayden, kalian akan tau sifat dan sikapnya seiring berjalannya cerita ini.

"Zafi mau itu!" seru Zafian. Setelah mengatakan itu, putra dari Elvano dan Alara tersebut langsung berlari menuju tempat yang ingin ditujunya.

"Za--"

"Biar gue yang kejar," potong Zayden saat Alara ingin mengejar putranya.

"Hei, mau ke ma--"

Bruukhhh

Panggilan Zayden terpotong karena ia tidak sengaja menabrak hingga orang yang ia tabrak sampai terjatuh.

Elvano dan yang lainnya segera mendekat.

"M-maaf, saya tidak sengaja," ucap Zayden merasa bersalah. Tangannya terulur untuk membantu orang itu untuk berdiri.

Namun, tangannya hanya mengapung di udara. Orang yang ia tabrak belum juga mendongakkan wajahnya, ia sibuk membenahi barang-barangnya yang berserakan.

Zayden ikut berjongkok karena berinisiatif untuk membantu.

"Tidak perlu," ucap orang yang Zayden tabrak dengan suara pelan, tapi Zayden masih dapat mendengarnya.

"Tidak apa-apa, ini salah saya," balas Zayden masih bersikeras untuk membantu.

"Saya bisa sendiri," tolak orang itu lagi.

Zayden segera mendongak untuk melihat orang yang lumayan keras kepala itu. Ia hanya ingin membantu karena kesalahan yang tidak sengaja ia perbuat. Namun, setelah melihat sekilas wajah orang itu, Zayden tertegun.

"Ghadul bashar," ucap orang itu lirih, tapi Zayden masih dapat mendengarnya.

Bukannya mengalihkan pandangannya, Zayden justru semakin menatap intens gadis yang ia tabrak. Ia sedang meyakini sesuatu, jantungnya menjadi berdetak dengan cepat.

Zayden berdiri, lalu dengan beraninya ia mencekal pergelangan tangan gadis yang memakai gamis hitam itu untuk ia bantu berdiri. Semuanya melongo melihat tindakan Zayden, masalahnya gadis itu terlihat alim dengan penampilannya.

"Anda jangan sembarangan menyentuh saya, anda bukan mahram saya, anda laki-laki asing yang haram menyentuh saya!" tegas gadis itu.

Semuanya terpaku mendengar itu. Terlebih lagi Elvano dan Alara. Mereka merasa dejavu dengan hal ini.

Elvano dan Alara saling tatap, seakan-akan sedang berbicara melalui telepati. Mereka berdua sama-sama terkekeh.

Kembali lagi ke Zayden dan gadis yang ia tabrak.

Gadis itu menatap tajam Zayden sekilas, detik berikutnya ia kembali menunduk. Ia merasa martabatnya sebagai wanita seakan-akan direndahkan karena Zayden menatap bahkan menyentuhnya dengan tidak sopan. Laki-laki di hadapannya sangat kurang ajar, pikirnya.

Zayden semakin yakin. Sudut bibirnya terangkat.

"Saya halal untuk kamu sentuh," ucap Zayden.

Hal itu membuat semuanya melongo.

"Zayden kesambet apa, anjir?" ujar Eki.

"Omongan lo," peringat Elvano. Mengingat putranya sudah berada di samping Eki.

Kembali ke Zayden dan gadis itu.

"Jangan bermain-main dalam berkata," ucap gadis itu, lalu mendengkus. Mungkin laki-laki di hadapannya sekarang sudah kehilangan akal, pikirnya.

Setelah mengatakan itu ia langsung pergi. Zayden tidak mencegahnya, ia hanya menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh.

Zayden terkekeh, sebelum mendekati sahabat-sahabatnya ia tidak sengaja menginjak sesuatu. Laki-laki itu menunduk untuk mengambil benda itu.

Sebuah pena.

Zayden tersenyum.

"Zayden," panggil Elvano. Panggilan sekaligus meminta penjelasan.

Lagi-lagi Zayden tersenyum sebelum menjawab.

"Woi, bwangkweh! Cepat jawab, jangan mesem-mesem ae lo!" seru Galih karena sudah sangat penasaran.

"Dia."

Tiga huruf yang mampu membuat semuanya terkejut, kecuali si kembar karena memang tidak mengerti apa-apa.

"Haha jan ngadi-ngadi lo--"

"Gue serius. Dia."

"WHAT!!!!!!"

"Dia si bunga zinnia yang lo maksud?" tanya Elvano.

"Iya," jawab Zayden masih mempertahankan senyumannya.

"Wah, zinnia," ucap Alara.

"Emang kenapa dengan zinnia?" tanya Galih penasaran.

Zayden menggeleng pertanda tidak setuju jika Alara menjawab pertanyaan dari Galih.

"Enggak usah takut sama Zayden, La. Dia bukan Elvano, kok," sela Eki.

"Bunga zinnia itu juga termasuk bunga yang seperti melambangkan kalau kita tidak akan melupakan orang spesial walau terpisah--"

"Cukup-cukup, biar mereka cari tau sendiri," potong Zayden dengan telinga yang memerah karena malu.

"Yahh!! Oppa Jay mah nggak asik rahasia-rahasiaan!" keluh Eki.

"Pernikahannya aja masih dirahasiakan," ledek Elvano.

"Tapi aku kayak pernah ketemu dia ...." ucap Alara.

"Di mana?"

"Aku lupa," jawab Alara merasa bersalah karena membuat semuanya penasaran. Elvano mengusap puncak kepala perempuan itu singkat.

"Ayo lanjut, mau ke mana ini?" tanya Galih.

"Kia mau ma'em!" seru Kia.

"Hah?" beo Galih karena tidak mengerti.

"Makan," jelas Elvano.

"Ooo ... makan," beo Galih bersamaan dengan Eki.

Elvano hanya geleng-geleng melihat tingkah dua orang bak Upin Ipin itu. Mereka sudah dewasa, tapi sikap mereka masih sama seperti remaja dulu bahkan seperti anak-anak.

Elvano jalan lebih dahulu dengan tangan menggandeng tangan Alara. Seakan-akan jika dilepas, Alara akan pergi darinya. Dasar, sudah jadi bapak-bapak tapi bucinnya melebihi remaja SMA, begitulah yang sering Tari, Mamanya Elvano katakan.

Si kembar jalan di sisi Eki dan Galih. Dua orang laki-laki itu sudah seperti pengasuh si kembar dan Alara dan Elvano si majikan.

Mereka semua tidak menyadari seperti apa ekspresi Zayden sejak gadis tadi pergi.

***

"La ...."

"Iya, Kak?"

"Udahan kerjanya," ujar Elvano sedikit kesal.

"Aku nggak kerja, Kak Elvano. Ini kewajiban aku sebagai istri dan Ibu rumah tangga," jawab Alara melihat ke arah Elvano yang duduk di atas sofa. Sedangkan dirinya duduk di lantai yang beralaskan karpet. Setelah mengatakan itu, ia kembali melakukan tugasnya yaitu melipat baju-baju Elvano, dirinya dan si kembar.

"Kenapa lama?" tanya Elvano mendesah kesal.

Mendengar itu Alara langsung menghentikan kegiatannya. Dengan segera ia menghampiri Elvano dan duduk di samping suaminya itu.

"Sekarang suaminya Alara mau apa?" Elvano langsung tersenyum sumringah. Elvano tau Alara akan seperti ini. Istrinya itu selalu mengedepankan dirinya, apapun pekerjaan perempuan itu selalu ditinggalkan jika ia sudah memintanya.

Sungguh, Alara itu sangat penurut. Betapa beruntungnya Elvano memiliki istri seperti perempuan itu. Tidak pernah sekalipun Alara membantah, mungkin jika menolak pun karena ada alasan.

"Elvano cuma butuh sang istri untuk duduk di sampingnya," jawab Elvano terkekeh. Laki-laki itu kembali fokus dengan laptop di depannya.

Ada-ada saja si Elvano, sekarang ia malah asik dengan pekerjaannya, sedangkan Alara ia biarkan begitu saja.

Hampir setengah jam Alara hanya diam di samping Elvano. Matanya sudah berat ingin menutup. Sudah pukul setengah sebelas, tapi Elvano belum ada tanda-tanda ingin mengakhiri pekerjaannya.

"Kak, aku ngantuk," adu Alara dengan lirih.

Elvano menoleh, lalu duduk dengan tegap. Ia tersenyum melihat mata sayu istrinya itu. Tumben, biasanya hanya dalam waktu lima belas menit berdiam diri, Alara akan tidur dalam posisi duduk. Untuk kali ini perempuan itu kuat menahan matanya hingga setengah jam.

"Sini tiduran." Elvano menepuk pahanya bermaksud menyuruh Alara menjadikan pahanya sebagai bantalan. Namun, perempuan itu menggeleng lirih.

"Ya udah sini." Elvano beralih merentangkan tangannya siap menerima Alara. Melihat itu Alara langsung memeluk laki-laki kesayangannya itu.

Cup

Elvano mencium singkat kening istrinya. Setelah itu tubuh Alara ia angkat untuk duduk di pangkuannya. Alara hanya pasrah, wajahnya ia tenggelamkan di dada sang suami.

Elvano mengusap rambut Alara dengan lembut, perempuan itu seperti kucing yang sedang mencari kenyamanan pada induknya. Elvano terkekeh melihat itu.

Alara itu tidak terbilang mungil juga, tubuhnya ideal untuk ukuran perempuan. Namun, bagi Elvano tubuh istrinya itu mungil.

"Kak, aku kayak pernah ketemu sama gadis yang tadi ditabrak Kak Zayden, tapi lupa. Dia nunduk terus, jadi gak bisa liat jelas wajahnya," ujar Alara.

"Mungkin kamu pernah liat," balas Elvano.

Alara mengangguk. "Mungkin," ucapnya. Kemudian tangannya melingkar di pinggang Elvano.

"Manjanya Mama muda," ucap Elvano terkekeh setelah melihat Alara sudah tertidur di pangkuannya. Tangan perempuan itu melingkar di pinggangnya.

Elvano kembali menyelesaikan pekerjaannya dengan sebelah tangan, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menahan tengkuk Alara agar tidak terjatuh.

Tujuh menit setelah itu akhirnya Elvano berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

"Kamu adalah orang pertama yang menemani seorang Elvano dalam mengawali karir. Kamu orang pertama yang selalu mensupport seorang Elvano, maka kamu juga orang pertama yang akan menikmati keberhasilan seorang Elvano," gumam Elvano tersenyum.

Perlahan ia memindahkan tubuh istrinya itu ke atas kasur. Setelah Alara terlihat nyaman, Elvano melanjutkan pekerjaan Alara yang tadi ia ganggu.

Laki-laki itu melipat baju-baju yang belum Alara lipat. Hanya tersisa baju-bajunya si kembar.

Elvano terkekeh sendiri melihat baju-baju anak-anaknya. Ia gemes sendiri melihat ukurannya yang mungil.

"Baju kesayangan-kesayangannya Elvano, tumoynya Elvano," gumamnya.

***

Di sebuah kamar yang bernuansa putih, seorang gadis sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Sesekali ia memijat kepalanya yang kadang tiba-tiba saja sakit. Mungkin efek sakitnya kemarin, pikirnya.

Tiba-tiba aktifitasnya terganggu oleh suara ketukan pintu dari luar kamar.

"Na, ini Ibu!"

"Masuk aja, Bu, pintunya nggak dikunci," sahut gadis itu.

Ia langsung menutup laptopnya, lalu berpura-pura menulis di salah satu buku agendanya. Bingung harus menulis apa, ia kemudian memilih untuk menulis namanya sendiri.

"Zaina Alayya," eja seseorang dari belakang tubuhnya. Tentu saja sang Ibu yang sudah berdiri di sana dengan satu gelas susu di tangannya.

"Ada apa, Bu?" tanya gadis yang ternyata adalah Zaina.

Akifah tersenyum. Mungkin sebentar lagi ia akan jarang melihat putrinya itu.

"Diminum dulu susunya." Sang Ibu mengulurkan gelas berisi susu itu kepada sang anak dan disambut dengan baik.a

Walau sebenarnya ia kurang menyukai susu, tapi yang membuatkannya adalah sang Ibu, Zaina tidak tega menolaknya.

"Jangan nulis dulu, ya," pesan Akifah dengan nada lembut seperti biasanya. Ia tau putrinya itu mempunyai hobi menulis dan mengarang, tapi untuk saat ini ia akan melarang karena kondisi Zaina belum sepenuhnya membaik. Ia takut putrinya itu banyak pikiran. Akifah tau, menulis bukanlah hal mudah, butuh ide dan ide harus dipikirkan. Sedangkan ia tidak mau Zaina banyak berpikir.

"Udah selesai, kok, Bu. Aku nggak enak sama yang udah nungguin aku sejak lama," jawab Zaina.

"Emang masih ada yang nungguin, Nak?" tanya Akifah sedikit bercanda meledak putri bungsunya itu.

"Ada, Bu. Walau cuma beberapa, tapi mereka berharga buat aku. Mereka mau nungguin aku, apalagi satu pembaca yang bener-bener support aku. Setiap minggu selalu ada pesan dari dia untuk sekedar menanyakan kabar, kapan ceritanya update, kadang juga dia sering komen ulang padahal dia udah baca bagian itu. Hal itu yang bikin aku semangat dan nggak enak buat mereka nunggu, Bu," ungkap Zaina.

Akifah membelai rambut sebahu putrinya. Memang rambut gadis itu dipotong saat ia mengalami koma.

"Nak, ibu mau bicara ...." Akifah menarik napasnya terlebih dahulu sebelum menjelaskan sesuatu kepada putrinya itu.

"Duduk dulu, Bu." Zaina menggiring Ibunya untuk duduk di kasurnya. Sekarang mereka duduk berdampingan.

"Mau bicara apa? Ada yang ganggu pikiran, Ibu?" tanya Zaina menggenggam tangan Akifah.

"Zaina Alayya ...."

"Sekarang putri ibu ini udah besar dan ibu tau kalau putri ibu ini masih sangat muda, tapi ibu yakin ... dia juga sudah siap untuk menyempurnakan imannya bagi kaum wanita yaitu menjadi seorang istri.

Astaghfirullah.

Zaina mendadak gugup. Tangannya mendadak berkeringat. Ada apa ini? Apa Ibunya terlilit hutang karena membiayainya pasca koma? Pikiran buruk terus menyerbu Zaina.

"Nak, gimana tanggapanmu kalau misal kamu udah punya suami?" tanya Akifah hati-hati.

Astaghfirullah. Lagi-lagi Zaina beristighfar dalam hati karena terlalu terkejut dengan pertanyaan Ibunya.

Zaina seakan-akan merasakan kalau ada yang menarik kembali oksigen yang akan ia hembuskan. Ia menelan ludahnya dengan susah payah. Ia berusaha meyakinkan diri untuk menganggap ucapan ibunya hanya perandaian saja, tapi wajah yang hampir ia hafal setiap ekspresinya itu tidak menunjukkan raut bercanda. Apa mungkin pendengarannya yang salah?

"Ah, tidak. Mungkin salah dengar," batin Zaina

"Bagaimana menurutmu, Zaina?"

Zaina mencoba untuk tertawa walau sulit. "Kenapa Ibu nanya kayak gitu, Bu? Emang kapan aku nikahnya? Mana ada suami hehe," ucap Zaina terkekeh masam.

"Mungkin aja dia menikahi kamu tanpa sepengetahuan kamu, apa kamu terima?"

Zaina langsung menghentikan tawa paksanya. Tangannya mulai saling bertaut karena gugup. Ia berusaha mengolah kata untuk menjawab pertanyaan Ibunya.

"Ibu, Sayyidatina Aisyah dinikahi Rasulullah secara diam-diam juga, 'kan? Beliau dinikahi tanpa diberitahukan oleh keluarganya. Ayahnya Abu bakar, Ibunya Ummu Ruman, Kakaknya Asma' ... satupun nggak ada yang memberitahukan kepada Sayyidatina Aisyah, kan, Bu? Apa beliau menerima Rasulullah?" Akifah mengangguk.

"Jika yang tadi Ibu katakan itu benar, Zaina akan belajar dari Ummahatul Mukminin Sayyidatina Aisyah, Bu. Zaina akan belajar menerimanya ...."

"Tidak mungkin orang tua Zaina menikahkan putri kesayangannya kepada orang yang salah, kan?" tanya Zaina terkekeh.

Mendengar itu hati Akifah sedikit lega. Untunglah putrinya itu bisa berpikir jauh, ia tidak menyangka Zaina akan merespon sedemikan.

Akifah langsung memeluk putri bungsunya itu dengan kasih sayang.

Seketika hati Zaina sedikit tenang. Wajahnya memang terlihat tenang mengatakan hal tadi kepada sang Ibu, tapi tetap saja ada kekhawatiran di hatinya.

"Nak, yang ibu katakan tadi benar. Kamu sudah dinikahi oleh seorang laki-laki, seorang laki-laki yang baik dan itu pilihan almarhum Abah kamu juga."

Deg

Hati Zaina mencelos mendengarnya. Perasaan apa ini? Pikirnya. Karena terkejut atau karena apa?

"Setelah tau hal ini, apa yang akan putri ibu lakukan?" Akifah melepaskan pelukannya, lalu menatap putrinya dengan lekat. "Apa putri ibu tau apa yang harus ia lakukan? Jika dulu Sayyidah Aisyah harus menunggu karena beliau belum baligh, tapi putri Ibu ini ...." Akifah tidak melanjutkan perkataannya, ia tau bahwa Zaina paham apa maksudnya.

"Bagaimana, Zaina Alayya?"

"Siapa laki-laki itu, Ibu?"

.
.
.

Follow akun Instagram:
•≫wp.12kentang
•≫teratai_story
•≫n.jannati_
•≫zayden.abdijaya
•≫elvanraymd
•≫sakyaalara
•≫eki.nuganteng
•≫dylanganedra
•≫nilaanitaa
•≫galih.saguna

Follow juga tiktok ini biar dapat spoiler:
•≫desember.10
•≫wp.12kentang

Info & foto roleplayer di pinterest 12kentang

—TO BE CONTINUE—

Continue Reading

You'll Also Like

513 52 7
π”½π•†π•ƒπ•ƒπ•†π•Ž π”Έπ•‚π•Œβ„• π•Žβ„™ π•‚π•Œ π”»π•Œπ•ƒπ•Œ 𝕁𝔸ℕ𝔾𝔸ℕ π•ƒπ•Œβ„™π”Έ 𝕄𝔸𝕄ℙ𝕀ℝ, 𝔹𝔸ℂ𝔸 π•Šπ”Όβ„•π”ΎπŸ₯°πŸ˜ Cerita seorang anak kuliahan semester 4, yang terpaksa dijo...
2.8K 290 24
Bagaimana, jika seorang pria tidak pernah berharap untuk menikah? Tapi, sebuah pertemuan dengan seorang gadis lulusan Kairo, Mesir membuat semuanya b...
837K 33.2K 50
[Complete] Apa jadinya, jika CEO sebuah perusahan yang begitu dingin, tidak pernah tersenyum,perfeksionis, bertemu dengan wanita bodoh, dan ceroboh...
4.5K 1.1K 27
Bagaimana jadinya seorang pemuda shaleh dan alim di ajak berpacaran oleh seorang mahasiswi cantik yang sedang KKN di kampung nya? ~~~~ "Mau kah kamu...