Grapefruit & Rosemary

By bebeklucu

144K 22K 1.8K

Yuniza mempunyai masalah. Dia harus segera menemukan calon suami dan menikah. Waktunya terus berjalan dan per... More

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35a
35b
35c

16

4.1K 725 149
By bebeklucu

"Mbak Keysha ada stres?"

Yuniza melirik dokter kandungan sekilas. Dia merasa tidak dibutuhkan dalam ruang praktik dokter setelah kemunculan Deyon di pertengahan sesi. Demi menghormati Deyon selaku ayah dari bayi Keysha, Yuniza sampai mengikhlaskan kursinya dan memilih berdiri di belakang kursi mereka.

Keysha mengeluarkan unek-uneknya. Dia menceritakan betapa lelahnya mengerjakan tugas kelompok dan tugas personal yang diduganya sebagai pemicu stres. Dokter menyimak dalam wajah profesional yang membuat Yuniza meragu terhadap keseriusan si dokter mendengarkan curhatan Keysha.

Sungguh suatu keajaiban Keysha dapat mengerem diri dari fakta utama stres itu, puji Yuniza dalam hati.

Setelah sepuluh menit, Yuniza bernapas lega sebab sesi pemeriksaan selesai. Dadanya serasa sesak memikirkan bayi Keysha yang belum mendapatkan pertanggungjawaban Deyon. Meskipun Deyon mengaku sebagai ayah si bayi, secara hukum Deyon belum bisa disebut ayah dari bayi Keysha.

Mereka duduk di kursi tunggu. Deyon menyelesaikan pembayaran dan mengambil obat dari apoteker.

Lirikan Yuniza jatuh ke perut Keysha. "Aku berharap ada cara lain supaya anak ini punya orang tua yang udah menikah," kata Yuniza.

"Jangan bikin aku stres lagi karena ocehan kamu. Dokter udah ngasih pesan supaya aku happy happy aja." Keysha merangkul lengan Yuniza dan merebahkan pipinya pada bahu Yuniza. "Setiap pagi, aku takut bayi ini membesar dalam semalam. Bukannya aku nggak mau tanggung jawab. Aku senang punya anak. Tapi aku kepikiran opa dan oma."

Yuniza menyandarkan sisi kepalanya pada kepala Keysha. "Maafin aku karena minta kamu merahasiakan kehamilan ini dari keluarga."

"Nggak. Aku juga belum berani ngaku ke mama dan papa. Aku takut dimarahi. Aku juga paham kekhawatiran kamu, Niz."

"Andai ada pria yang mau menikahi aku sekarang, semuanya bakal lebih mudah buat kita." Yuniza memandang kosong ke depan. Namun dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Keysha menegakan badan. Dia memandang Yuniza dalam diam yang membuat Yuniza kebingungan. Kemudian Keysha memeluk Yuniza. "Makasih karena mau berkorban demi aku," bisik Keysha.

Yuniza menepuk punggung Keysha pelan-pelan. Bibirnya menipis sebab terharu. Dia memahami perasaan Keysha. Pengorbanan ini tidak mudah. Dia melawan ketakutannya demi melindungi Keysha dan papanya.

"Za."

Keysha dan Yuniza mengurai pelukan mereka. Deyon menjatuhkan bokongnya di kursi sebelah Yuniza. Wajah pemuda itu agak pucat.

"Lo nggak akan percaya apa yang gue lihat tadi," kata Deyon menggebu-gebu.

"Apa?"

"Gue lihat anaknya Adnan yang rambutnya kaya sirip atas ikan."

"Memangnya kamu tau anak Adnan yang lain selain Akbar, Yang?" Keysha tersenyum geli melihat sikap tak sabaran Deyon.

Yuniza mendengkuskan tawa, lalu menggeleng. Dia tidak mau peduli soal anak Adnan. Informasi Deyon bukan hal penting. Dia menepuk paha Keysha dan memberikan instruksi, "Ayo kita pulang sebelum..."

Suara kekacauan membelah perhatian. Yuniza menoleh. Matanya sontak membesar. Akbar berlari dari salah satu lorong sambil berteriak. Niatnya ingin kabur sebelum bertemu gagal kala tatapan mereka bertemu. Akbar langsung memutar tumitnya ke arah Yuniza. Sinyal di kepala Yuniza menggaungkan tanda waspada. Dia punya pilihan untuk menarik Deyon dan Keysha kabur. Namun kakinya terpaku saat menyadari bocah itu menangis.

Akbar menubrukan badannya pada kaki Yuniza dan memeluk paha Yuniza posesif. "Kakak, help me," mohonnya terisak.

Yuniza mengurai pelukan Akbar, lalu berjongkok untuk memastikan kondisi Akbar. "Kamu kenapa?"

"Mereka mau..." Badan Akbar bergetar sangat kuat. Bibirnya ditipiskan seiring wajahnya yang tambah merah.

Yuniza memeluk Akbar secara naluri. Dia tak tega melihat anak itu walaupun belum tahu penyebab ketakutan si anak. "Mereka mau apa?" tanyanya agak berbisik dan lemah lembut.

Keysha dan Deyon bertukar pandangan bingung.

Akbar mendorong Yuniza, tetapi masih memegangi bahunya. Getar badannya telah berkurang digantikan air mata dan ingus yang meleleh. Anak itu memandang pilu Yuniza sejenak, lantas menjawab, "MEREKA MAU TUSUK BOL AKU!"

...dalam suara yang sukses menghentikan segala aktivitas di hall klinik khusus ibu dan anak tersebut.

Yuniza menganga saking syok.

Dari lorong kemunculan Akbar, seorang pemuda menoleh. Dia menemukan yang dicari. Di belakangnya, pria kurus berjas putih membuntuti susah payah akibat panjang kaki mereka yang berbeda.

"Akbar!" Panggil si pemuda.

Akbar bergidik ngeri. Dia langsung memeluk leher Yuniza.

"Itu mereka yang mau nusuk bol kamu?" tanya Keysha.

"Iya." Akbar mengubur wajahnya pada lekuk leher Yuniza dan menempel sangat erat.

Keysha berdiri untuk memblokade dua laki-laki itu mendekati Akbar. Di saat bersamaan, ibu-ibu hamil yang duduk di belakang kursi mereka turut berdiri bersama amarah yang sama yang tercetak di wajah Keysha. "Kalian mau nyakitin anak ini?" tuduh Keysha.

"Apa?" Si pemuda terkejut.

Para ibu hamil mengangguk serempak. Si pemuda dan pria berjas kebingungan.

Deyon maju melindungi Keysha. Dia mendorong si pemuda lumayan keras. "Mikir dong jadi cowok, tega banget sama anak kecil. Nggak bisa cara normal aja?" ucap Deyon berapi-api.

Para ibu hamil menyahut tumpang tindih, "Muka cakep kok gesrek!", "Pada masih muda udah Dajjal!", "Cewek cakep kurang di mata lu?" dan lain sebagainya.

Seorang ibu yang membawa anak yang masih kecil menarik tangan anaknya tergesa-gesa sambil menutup mata si anak. Dia takut anaknya dilihat oleh dua orang itu.

"Bentar, kayaknya ada yang salah." Pria berjas berusaha bicara.

"Salah gimana? Kalian mau ngeroyok anak ini di sini, kan?"

"Nggak, ka-"

Keysha menunjuk lorong Akbar dan dua laki-laki itu muncul. "Jelas-jelas ada pemberitahuan kalo toilet di situ rusak. Kenapa kalian bisa keluar dari situ?"

"Bukan-"

Para ibu hamil menyerbu lewat sorakan dan tuduhan yang memperkeruh. Pemuda dan pria itu kelabakan menahan luapan emosi mereka sampai dua orang sekuriti menghampiri serta beberapa staf klinik.

"Alah, mau alasan apa kalo udah ketahuan?" Deyon menyela.

"Dokter Faris, ini ada apa?" Seorang perempuan berseragam suster bertanya pada si pria.

"Gila, dokter kok bejad," sela seorang suami yang mendampingi istrinya pemeriksaan dan sejak tadi dia menonton di ujung kursi barisan Keysha.

Para ibu hamil kembali mengeluarkan kemarahan mereka. Sekuriti berusaha menenangkan. Keysha dan Deyon meluapkan amarah yang gagal ditepis dua laki-laki tersebut sekalipun staf klinik mencoba menengahi.

"Akbar, ngomong yang bener," kata si pemuda di tengah serangan kecaman orang-orang.

"Ngomong apa? Lo emang pengen nusuk bol anak ini, kan?" serang Keysha.

Yuniza mengangkat Akbar dalam pelukannya dan berinisiatif menjauhkan anak itu dari kekacauan. Suasana sudah di luar kendali. Dia tidak tega melihat Akbar yang masih ketakutan.

"BERISIK BANGET DI SINI!"

Kepala semua orang berputar ke pusat intrupsi. Seorang ibu hamil berdiri susah payah dengan tangan menopang pada dinding dan napas ngos-ngosan.

"UDAH TAU TEMPAT INI BUAT LAHIRAN, KAGA BISA TENANG DIKIT? DENGERIN ORANG ITU NGOMONG, JANGAN DITUDUH MULU. DEMEN BANGET KEROYOKAN!" lanjut si ibu penuh amarah. Sementara si suami kelabakan menenangkan istrinya.

Drama pertikaian 'Tusuk Bol Aku' usai kurang dari setengah jam setelah pria berjas putih yang dipanggil dokter Faris menjelaskan kronologisnya di bawah sumpah kitab suci dan sekuriti memerika CCTV.

Massa dibubarkan tanpa aksi salam-salaman mohon maaf lahir bathin. Dua korban aksi tuduhan hanya bisa menahan sakit hati. Ibu hamil yang tadi menyela pertikaian dibawa masuk ke ruang persalinan. Sekuriti dan staf klinik bernapas lega karena inilah kali pertama mereka menghadapi situasi semacam ini.

"Jadi, lo abangnya Akbar," Deyon berbasa-basi.

Pemuda itu, yang tadi mengenalkan namanya Reyyan, melirik sinis dan masih menekuk muka.

Deyon menggosok tengkuknya malu. Dia bingung, merasa bersalah, dan kacau. Menahan gengsi, dia mengulurkan tangan. "Maaf soal yang tadi. Gue nggak punya niatan aneh. Gue cuma mau melindungi Akbar aja."

Reyyan tidak mengacuhkan tangan Deyon. Dia berjalan melewati Deyon dan Keysha yang ingin minta maaf. "Akbar, ayo ke ruangan dokter Faris," ajaknya dalam nada dingin.

"Nggak mau." Akbar masih ada di gendongan Yuniza dan menghindari Reyyan. Jika Reyyan mengintip dari bahu kiri Yuniza, dia berpindah ke kanan. Begitu pula sebaliknya. Hingga dia menyembunyikan wajahnya pada lekuk leher Yuniza. "Abang jahat," gumamnya.

Reyyan mendesah. Dia mengamati Yuniza sejenak. Kemudian berujar, "Kakak kenal Akbar?"

Yuniza agak tergagap saat menjawab, "Y-ya. Ng-nggak terlalu."

"She's my mom."

Mampus!

Adakah hari lain yang lebih buruk dari ini?

Reyyan melotot. Faris si dokter membekap mulutnya spontan. Keysha dan Deyon menganga serentak. Terburuk dari yang terburuk, di belakang mereka, Adnan mendengar ucapan Omar.

Jika ada pilihan berendam dalam lumpur bersama babi selama seminggu, Yuniza rela menukar situasinya saat ini.

###

27/11/2022

Halo...
Makasih yang udah nanyain kabar aku karena ga nongol di sini dan di sana. Aku lagi sakit sampe harus istirahat dan ga kerja minggu lalu. Hari ini udah agak mendingan. Alhamdulillah masih ada stok bab ini di wp buat membayar penantian kalian. Walo pembaca ceritaku yang lain masih harus nunggu aku sampe sembuh total dan bisa balik eksis nulis lagi ☺️🙏 doakan aku lekas sembuh dan bisa rajin nulis ya. Risol 2022 aku yang ingin Namatin cerita belum kesampean nih. Aku ngerti nunggu itu capek dan aku apresiasi usaha kalian, aku juga ingin segera ketemu kata tamat dan bisa liburan tanpa kepikiran cerita ini dan itu.

Gimana lanjutannya? Aku belum tau soalnya belum ada stok tulisan lagi
٩( 'ω' )و Doakan aku kuat berjuang ya, sahabat pembaca tercintaku❤️❤️❤️

Continue Reading

You'll Also Like

694 69 5
Cerita itu berkisah tentang 7 saudara, yang di perankan oleh member BTS. Cerita ini mengenai tentang bagaimana perjuangan kakak tertua yang harus men...
11.2K 1.7K 4
Ketika pengkhianatan berbuah manis, hanya ucapan terima kasih yang patut dipersembahkan pada sang pemain hati.
4K 175 32
Yulia Mardianti tidak pernah berpikir untuk menikah lagi setelah kenangan pahit perceraian dengan suaminya. Fokusnya saat ini hanyalah merawat putrin...
26.5K 810 11
"Nggak ada perempuan yang baik yang mau sama pasangan orang!" Teriak Keira menatap sengit ke arah Bagas. "Kei!" Teriak Bagas membalas teriakan Keira...