Segitiga Sama Sisi

By PaprikaMerah

258K 13.2K 277

"Aku suka sama bossku sendiri itu wajar kan? Dia ganteng, charming, bijaksana tapi ya gitu dia nggak suka sam... More

Prolog
Bagian Pertama
Bagian Ketiga
Bagian Keempat
Bagian Kelima
Bagian Keenam
Bagian Ketujuh - Dave POV
Bagian Kedelapan - Bima POV
Bagian Kesembilan
Bagian Kesepuluh
Bagian Kesebelas
Bagian Keduabelas
Bagian Ketigabelas
Bagian Keempatbelas
Bagian Kelimabelas
Bagian Keenambelas
Bagian Ketujuhbelas
Bagian Kedelapanbelas
Mohon Maaf Lahir Batin
Bagian Kesembilanbelas
Bagian Keduapuluh
Bagian Keduapuluhsatu
Bagian Keduapuluhdua
Bagian Keduapuluhtiga
Bagian Keduapuluhempat
Bagian Keduapuluhlima
Bagian Keduapuluhenam
Bagian Keduapuluhtujuh
Bagian Keduapuluhdelapan
Bagian Keduapuluhsembilan
Bagian Ketigapuluh
Bagian Ketigapuluhsatu
Bagian Ketigapuluhdua
Bagian Ketigapuluhtiga
Bagian Ketigapuluhempat
Bagian Ketigapuluhlima
Bagian Ketigapuluhenam
Bagian Ketigapuluhtujuh -epilog-

Bagian Kedua

8.7K 443 3
By PaprikaMerah

Sial, kenapa Bima ada disini dan memasang senyum evilnya yang bikin aku mual. Mau tidak mau aku duduk namun tidak dekatnya. Ogah kalau harus duduk berdekatan dengan spesies makhluk seperti Bima.

"Jorok banget sih anak gadis belum mandi jam segini. Kalo mandi malam-malam bisa reumatik loh." katanya dengan cengiran lebar melebihi senyum tiga jarinya model.

Ih siapa sih dia sok banget mengatur kebiasaanku. Niatnya kan aku mau mandi eh dia malah datang tanpa diundang.

"To the point. Apa yang kamu mau?" tanyaku sinis. Loh-loh kenapa Bima malah pindah ke sebelahku.

"Aku cuma mau bersilaturahmi saja sama kamu. Mungkin kita jodoh ya bisa ketemu lagi."

Huweekkk. Aku sangat membenci seringainya itu loh. Kenapa sih dia suka sekali bersikap itu padaku. "Gingga, maafin aku yang dulu pergi begitu saja."

Saking membosankannya, aku hanya memutar bola mataku.

"Aku anggap itu nggak pernah terjadi Bim. So, time's up. Aku capek dan mau istirahat."

Aku segera beranjak dari sofa dan akan meninggalkannya sendiri di ruang tamu.

"Besok pagi aku jemput kamu disini. Nggak pakai penolakan. Katakan pada mama mu aku pamit."

Langkahku sukses terhenti. Kakiku berjalan ke arahnya yang sudah pergi menuju halaman tempat dimana mobilnya terparkir.
Double sial ini namanya.

Kapan ada kesempatanku untuk merebut hati Dave kalau ada Bima yang senantiasa akan menghantuiku. Ini tidak bisa dibiarkan!!

Tadinya aku pikir dengan mendengarkan lagu-lagu milik Metalica akan membuat otakku sedikit plong. Ternyata tidak sama sekali justru sekarang otakku jadi kusut.

Tapi apa benar kalau besok pagi Bima akan menjemputku? Tidak, bukannya aku mengharapkan justru aku berharap sebaliknya.

+628235656547 : Good Night My Sweetheart :*

What??!!! Siapa sih nih sok-sokan mengirimiku pesan seperti ini. Satu menit kemudian panggilan masuk ke handphoneku dan dari nomor yang sama.

"Selamat malam Gingga cantik" Tunggu! Ini pasti Bima. Siapa lagi kalau bukan si makhluk PHP itu.

"Ada apa? Ngantuk nih!" jawabku.

"Masa sih? Bukannya kamu lagi mikirin aku ya?" aku mendengar kekehan dari ujung sana. Cih.

"Geer banget sih jadi laki. Tutup telponnya atau-"

"Atau apa?"

Atau apa? Aduh..kenapa jadi speechless begini sih.

"Yaudah tutup telponnya bareng ya. Satu..dua.."

Tut..tut..tut.. macam anak SMA kasmaran saja. Tutup telpon pakai acara gombal begitu. Poor me.

**

Aku terlambat! Aku terlambat! Bisa bisa aku dipotong gajinya sama Dave. Ah tidak mau, bulan ini tas keluaran terbaru harus aku dapatkan sebelum Sinar dan Indri mengambilnya.

Aku mengambil pakaianku asal di lemari. Cukup simple dengan blouse berwarna merah dan skinny skirt. Make-up pun aku hanya membubuhi lip gloss dan sedikit bedak tabur. Biar di kantor saja aku make-upnya. Itupun kalau tidak terlambat dan Dave belum datang.

Pasti mama dan papa sudah berangkat kerja karena aku hanya melihat satu gelas susu coklat yang sudah dingin lalu meneguknya dengan terburu-buru.

"Makanya jangan begadang. Begini nih jadinya." sebuah suara bass mengagetkanku. Ternyata lagi dan lagi ada Bima yang sedang asyik duduk di teras dengan sebuah majalah di tangannya.

Lalu dia melipat majalah itu dan menyeruput tehnya. Teh? Siapa yang membuatkannya? Apa dia sendiri yang masuk ke dapur dan membuat teh. Terserah yang penting aku harus sampai di kantor.

"Hey Gingga tunggu!" teriaknya. Masa bodo, aku tidak menoleh ke arahnya. Sampai sebuah tangan menarik lenganku.

"Aku antar cepet pakai ini." dia memberikanku helm. Dia naik motor? Bagus lah, aku akan sampai tepat waktu. Aku salah memakai rok ketat naik motor. Berkali-kali aku harus menahan nafas karena Bima sungguh gila mengendarai motor. Dia pikir dia itu titisan Valentino Rossi, huh? Memang sih aku menyuruhnya cepat tapi kan tidak seperti ini pula. Mama..tolong Gingga!!

"Thanks ya. Aku buru-buru nih. Sekali lagi terima kasih." kataku sembari mengembalikan helm miliknya.

Aku langsung menuju lift dan naik ke lantai dua. Dalam lift aku terus saja berdoa agar Dave belum sampai. Kurang lima menit lagi apa aku tepat waktu.

Ting! pintu lift terbuka dan aku hampir terjengkang karena tepat dihadapanku sekarang berdiri sosok dewa Yunani nan tampan siapa lagi kalau bukan Dave Maharaja.

"Kamu terlambat sepuluh menit Gingga." katanya. Sekali lagi aku melirik jam tanganku. Terlambat sepuluh menit bagaimana. Jam ku saja baru pukul 07:56.

"Gajimu saya potong dan beli jam baru karena jam kamu sudah terlalu tua." cibirnya.

Kalau saja aku tidak menyukainya, jelas-jelas aku akan mengetuk kepalanya dengan tas ku.

**

Perutku lapar karena tadi pagi hanya minum susu. Ini kenapa layar komputerku isinya website makanan semua? Membuatku semakin lapar saja. Aku melirik jam yang berada di meja kerja dan jarumnya menunjuk pukul 10:30. Baru jam segitu? Kenapa waktu berjalan sangat lambat. Aku pikir sudah jam dua belas.

Beruntung boss Dave sedang tidak di kantor, aku pun jadi bisa sedikit bernafas sambil malas-malasan. Aku menyangga kepalaku diatas kedua tanganku yang aku jadikan tumpuan.
Duuhh perih sekali perutku. Bisa-bisa aku kena mag kronis.
Aku mengendus sesuatu. Aroma mie ayam tertangkap hidungku. Apakah ini hanya khayalanku yang sedang dilanda lapar.

Ini bukan ilusi karena sebungkus mie ayam mampir di mejaku. Aku mendongakan wajah dan melihat Bima tersenyum ke arahku. Buru-buru aku berdiri dan merapikan pakaianku.

Bisa-bisa dia melaporkan kemalasanku tadi pada Dave.

"Aku tahu kamu lapar. Karena tadi pagi kamu nggak sempat sarapan kan." kata Bima.

Aku mendelik curiga ke arahnya. Jangan-jangan mie ayam ini sudah diberi obat aneh-aneh.

"Aku tahu loh apa yang ada di otakmu." katanya lagi.

Aku menciut di tempat. Antara ragu dan lapar akhirnya aku menerima bungkusan mie ayam itu dari tangan Bima.

**

Sepulang dari kantor, aku menunggu angkot di depan. Biasanya aku akan pulang bareng dengan kedua temanku. Tapi mereka justru dijemput pacarnya masing-masing. Nasib jadi jomblowati itu seperti ini.

Mereka dengan mudahnya dapat gandengan baru setelah putus dari mantannya. Sedangkan aku? Hanya satu orang yang dulu aku suka ternyata eh ternyata ya begitulah.

Sekarang gebetanku Dave. Sepertinya akan lebih susah mendapatkan hati boss tampanku itu.

Tinn..suara klakson membuatku kaget. Aku dibuat sadar dari lamunanku. Mobil Pajero putih yang aku kenali sebagai milik Bimatrya Yulastanto.

Mau apa dia? Dia turun dari mobilnya dan menghampiriku.

"Ngapain disini? Kalo ketangkep satpol pp bahaya" ledeknya.

Sialan memangnya aku ini pedagang kaki lima?
"Ayo aku anter kamu pulang." tanganku diseret paksa oleh Bima.

Sekuat hati aku meronta agar dia mau melepaskan tanganku. Tapi sia-sia karena tenaganya kuat seperti Hulk.

"Ada apa ini?" suara seksi milik Dave menghentikan kami. Aku menoleh dan benar saja tepat di belakangku Dave menatap bingung adegan tarik menarik antara aku dan Bima.

Untung saja Bima melepaskan pegangan tangannya dan ini aku manfaatkan untuk berlari ke arah Dave.

"Boss saya takut. Dia maksa saya buat pulang bareng." kataku.

Boss gantengku itu menatap mataku seakan mencari kebenaran.
"Bukan kamu yang menggoda dia kan?" tanyanya judes.

Apa? aku yang menggoda cowok PHP itu? Mana mungkin ya sorry banget. Aku masih punya harga diri yang jauh lebih tinggi dari gajiku.

"Boss kok gitu ngomongnya?" tanyaku dengan gemetar. Rasanya aku ingin menangis karena dicurigai menggoda cowok lain oleh gebetan sendiri rasanya sangat menyakitkan.

"Untuk lo Bim, biar gue yang antar karyawan gue sendiri. Kalo ada apa-apa kan perusahaan juga yang repot." ujar Dave. Dasar pelit, uang terus yang dia pikirkan.

Aku mengikuti langkahnya menuju mobil SUV miliknya. Lagi-lagi suasana terasa awkward tanpa pembicaraan apa-apa antara aku dan Dave. Lagipula kami mau bicara tentang apa. Toh, selama di kantor pun jarang kami bicara kalau tidak ada yang penting.

"Dia beneran teman satu angkatan kamu?" tanya Dave tiba-tiba.
Aku yang belum siap dapat pertanyaan justru memasang wajah bodoh.

"Saya pikir kamu pintar tapi ternyata kamu lemah ya daya tangkapnya."

"Lah boss aja yang main tembak pertanyaan gitu. Harusnya kan panggil dulu nama saya baru nanya. Itu jauh lebih bagus." balasku dengan nada tenang.

Terdengar dia menghela nafas kasar. Good job Gingga, kau bisa membuatnya mati kutu.

"Turun kamu."

"Apa?"

"Saya bilang turun. Toh Bima nggak mengikuti kita kok."

Dasar raja tega. Aku diturunin di pinggir jalan dan mana ada taksi atau angkot disini. "Turun kata saya. Saya baru ingat kalau ada urusan jadi nggak mungkin saya mengajak kamu."

Dengan sangat amat terpaksa aku turun dari mobilnya. Biarin saja kalau ada apa-apa denganku, aku akan menuntut ganti rugi pada perusahaannya. Lihat saja.

Tring! aku akan minta jemput sama Satria, adikku. Ah kenapa tidak kepikiran dari tadi.
Aku mencari satu persatu nama Satria. Setelah ketemu, aku buru-buru memanggilnya.

"Halo Sat, kamu udah pulang sekolah kan?" cerocosku.

"Udah mbak. Kenapa?" tanyanya.

"Jemput mbak ya di..dekat tempat bimbel Primagama. Kamu tau nggak? Dekat sekolah SD apa gitu." kataku sambil celingak celinguk seperti orang tersesat.

"Yah mbak, aku emang udah pulang dari sekolah tapi belum sampai rumah. Aku masih di rumah temen dan jauh banget kalo mau kesana"

Astaga adikku! Jelasin panjang-panjang ujungnya nggak bisa jemput. Lihat saja nanti akhir bulan, nggak akan aku kasih uang jajan.
Aku matikan sambungan telponku dengan Satria. Bikin pulsaku habis saja.

Ini dimana sih. Kok sepi banget ya. Mana angkot tidak ada. Ojek pun tidak ada. Lalu sebuah mobil BMW hitam berhenti di depanku. Turunlah seorang pria kurus dan memeriksa mesin. Sepertinya mobilnya mogok.

Dari pintu belakang turunlah seorang nenek yang terlihat masih nampak sehat dan cantik. Huwaaa.... Aku lihat nenek-nenek itu menenteng tas mahal yang aku tahu hanya limited edition.

"Ada apa pak? Kenapa mobilnya?" tanya nenek itu. Daripada aku memikirkan tas oh maksudku nenek itu, lebih baik aku memikirkan bagaimana caranya aku pulang. Hari pun mulai gelap.

Aku duduk di pinggir trotoar dan duduk sambil meluruskan kakiku yang pegal akibat heels yang aku pakai.

"COPET!!! TOLONG COPET!!" teriak nenek tadi. Aku menengok ke arahnya sambil menunjuk ke seorang pria berkaos putih yang sedang berlari dengan tas mahal milik si nenek. Gila nih copet tahu saja harga tasnya selangit makanya diembat. Ih copetnya berlari ke arahku dan..pletak! aku lempar heels ku ke kepala copet sialan itu. Dia tersungkur. Aku mencoba menyelamatkan tas si nenek dan tidak lupa mengambil heels ku yang sangat berguna.

**

Vomment please...

_Paprika Merah__

Continue Reading

You'll Also Like

108K 4.6K 31
Karna gue punya komitmen buat nggak sama lo lagi -Derlan Erlanino. Please love me again, im sorry -Difa Maharani. Percaya atau tidak, sesuatu yang di...
5.6K 1.4K 38
Sagara, seorang mahasiswa semester lima jurusan teknik informatika. Dia memiliki otak yang cerdas dan termasuk pemuda yang tampan, bahkan kaya raya...
26.9K 1.9K 56
Sebuah Cafe bernuansa cokelat dan dipenuhi dengan semerbak aroma Cappuccino Freddo menjadi saksi bisu pertemuan Radella Embun Pandhita dengan seseora...
58.4K 10.6K 70
Xero. Satu kata yang bisa mendeskripsikan dunia. Xero adalah salah satu orang yang ingin menuntut semesta karena terlalu menyukai nama Mamanya. Dia...