The Theory of Metanoia

By cheesydorian

5.4K 1.2K 5.4K

Adam Wistletone memiliki segalanya. Namun, ada satu kecacatan yang tak bisa diperbaiki seorang pun  termasuk... More

THE THEORY OF METANOIA
PROLOG
─ i: "INVISIBLE PRISONER"
─ ii: "THE KING OF YOUR COUNTRY NEED YOU"
─ iii: "THE YOUNGEST MISERY"
─ iv: "IMPOSSIBLE DUTY FOR THIS YOUNG MAN"
─ v: "THE SCALE MUST BE BALANCED"
─ vi: "WOEFUL BRAVURA"
─ vii: "UTTERED SYLLABLES AGAINST THE DOOR"
─ viii: "INTO THE NEMESIS DWELL"
─ ix: "THE UNFATHOMABLE DESTINY CARVED IN ENCRYPTION"
─ x: "THE BATTLEFIELD BEHIND CALCULATIONS"
─ xi. "RETELL SNOWFLAKES MEMOIR BEFORE ENIGMA"
─ xii: "IS THERE DOUBLE NAVAL ENIGMA?"
─ xiii: "BLAZING FIRE AND BRONZE LOGIC"
─ xiv: "IN THE PLAYFAIR CIPHER ENCRYPTION"
─ xv: "BOTH ARE PERSPECTIVES"
─ xvi: "B FOR BLITZ, B FOR BOMBE"
─ xvii: "SZCMV"
─ xviii: "PREFIX CONFERENCE"
─ xix: "A PRESENT FROM ABWEHR"
─ xx: "WAFTING PREJUDICES"
─ xxi: "THE MAN WHO CALLED HIM ICARUS"
─ xxii: "SOLSTICE SIMULATION"
─ xxiii: "FLAXEN FAREWELL"
─ xxv: "HIS UNVEIL ENIGMA"
─ xxvi: "THE EPOCH OF A REVOLUTIONARY"
─ xxvii: "KAFKAESQUE"
─ xxviii: "SACRED TESTAMENT"
─ xxix: "THE FLUSTER ALIBI"
─ xxx: "WHOSE VOICE CRIES THE AGONY OF FRONT?"
─ xxxi: "RED MENACE"
─ xxxii: "OUR ROADS EXTRAPOLATING DIFFERENT STORY"
─ xxxiii: "THE CREATOR OF IMITATION FAITH"
─ xxxiv: "A ROOM FOR TWO"
─ xxxv: "THE BOY WHO CRIED WOLF"

─ xxiv: "DECIPHER OF FALLACY"

142 26 121
By cheesydorian

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

to the cryptographer
of my enigma taksamallory
who decrypted every encryption
that i could not understand inside
of my head. thank you for the formula—
for knotting every dot to solve—
to face and admit.

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

THE THEORY OF METANOIA

CHAPTER TWENTY FOUR • DECIPHER OF FALLACY

He's not here with me.❞

        BANYAK hal terjadi semenjak Richard gagal menguji peruntungan di rumah para pemecah kode. Nasibnya saat ini mungkin tengah diaduk gelombang musim panas maupun berbaur dengan sea shanties dari kapal induk di tengah samudera. Tak ada yang tahu pasti sebab ia tak membalas surat terakhir yang Adam kirim tiga minggu silam. Fakta itu pula membuatnya menyelipkan beberapa kata di atas kertas lain untuk seseorang—beberapa orang termasuk suku kata tandus bernuansa belasungkawa.

       "Dia meninggal," tuturnya ketika Harry mempertanyakan tarikan pena dia bukan untuk menyelesaikan Enigma, melainkan menyampaikan belasungkawa.

       Kala itu bibir Harry mendetakkan ketidakpercayaan. Netra Adam pun belum beralih dari kalimat terakhir di wajah kertas yang bersuara, "Beristirahatlah dengan tenang." Tak ada air mata saat itu. Hanya kebisuan, tapi ia mengungkapkan terlalu banyak kalimat melalui air muka, bukan indra pelontar kata.

       Hingga tangan Harry mendarat di salah satu bahunya, kepala tergeleng sesaat untuk menyaksikan si lawan bicara berucap, "Kau baik-baik saja, bukan? Aku tahu soal adikmu, Adam. Aku tahu mengapa kau selalu menitipkan surat-surat itu kepada Fantine untuk dikirimkan sore hari jika kau tak sempat memasukkannya ke kotak surat sebelum pukul enam pagi. Aku tahu mengapa kau menjadi lebih gila ketimbang Alan di pertengahan Mei dalam hal menggeluti Enigma, tapi semuanya tak berakhir hanya karena dia pergi. Nyawa ribuan orang bisa kau selamatkan sebagai gantinya. Dia akan bangga denganmu dan kematiannya tak sia-sia. Dia meninggal dengan rasa hormat."

       Sepasang alis Adam berkerut menyikapi simpati digelar di setiap penjuru wajah Harry. "Apa yang kau bicarakan? Aku sedang tak membicarakan adikku ketika kukatakan dia meninggal."

       "Lalu?" Alisnya bangkit saat itu juga. Meski tangan belum hengkang dari bahu Wistletone muda.

       "Thomson yang meninggal. JJ Thomson, bukan adikku, Richard. Dia masih di Angkatan Laut. Surat terakhirnya berkata dia dipindahtugaskan ke kapal induk. Wajar jika dia tak lagi membalas suratku."

       Harry menarik diri menjauh. Tangan yang menyapa bahu Adam hengkang dari sana. Sementara itu, pasca kebisuan singkat, Adam menambahkan, "Lagi pula, ini sudah tiga bulan. Dia pasti baik-baik saja. Jika dia harus pergi ke tempat yang tak bisa kuikuti, kemungkinan aku juga akan pergi."

       Kalimat yang terucap begitu tenang terdengar mengganggu telinga Harry. Sayangnya ketika ia ingin menimpali, Adam terburu-buru memutar leher untuk menemukan atensi. "Rasa bersalah menghantuiku sejak dia harus bergabung Angkatan Laut. Maksudku, aku yang memaksanya mempelajari kriptografi agar bisa di sini, tapi perintahku terjilat ludah sendiri. Dia tak ada di sini."

       Harry belum sempat menuturkan sepatah kata manakala Adam mendorong surat ke dalam amplop sebelum bangkit dengan terburu-buru. Tungkai pun menuntunnya menuju tumpukan enkripsi hari ini. Entah dia tahu apa yang harus dilakukan atau tidak, Hugh menyadari sesuatu sehingga dia berkata, "Aku senang melihatmu bersemangat mengurai enkripsi selama tiga bulan terakhir ini, Adam,"

       Dia yang disinggung bahkan enggan memutar leher untuk menemukan si lawan bicara. Jemari sibuk berdansa dengan pena di atas kertas bernoda Enigma.

       "tapi kualitasmu menurun dan itu sia-sia. Mengapa kau tak mengambil cuti sehari saja?" sambung pria yang tengah mengutak-atik komponen Bombe di atas lantai. "Aku tak bermaksud mempermalukanmu, tapi seminggu lalu kau mengacaukan perhitunganku karena kau tulis tiga kali tiga itu enam, bukan sembilan. Pikiranmu sedang berantakan."

       Tangannya berhenti menodai kertas. Netra mencoba menemukan wajah seseorang. "Aku minta maaf untuk itu, Hugh, tapi aku baik-baik saja. Aku hanya merasa sedikit tertekan karena nyawa seseorang yang kupedulikan ada di antara enkripsi Enigma."

       "Itu bukan salahku, kau tahu itu. Aku tak pernah bermaksud menggagalkannya," tutur Alan tiba-tiba. Sama halnya dengan Hugh, beberapa komponen Enigma sedang dijabat tangan dia. "Kupikir ide soal teka-teki silang itu brilian karena kita berperang dengan waktu di sini. Kita tak punya banyak kesempatan untuk mempertimbangkan sesuatu dan rupanya, ada juga yang berhasil melewati simulasi itu. Seperti Peter misalnya."

       Pemuda—tujuh belas tahun—yang disinggung menyematkan senyuman. Pekerjaannya harus ditunda sementara bibir berkata, "Aku hanya beruntung. Sebenarnya aku tak terlalu pintar. Mengetahui Adam begitu hebat, kurasa adiknya jauh lebih baik dariku jika dia tak kehabisan waktu."

       "Kurasa dia hanya tak menduga jika tes itu berupa teka-teki silang," timpal Alan. "Lagi pula, itu idemu, bukan? Kau yang mengusulkan tes itu dan kupikir itu cara terlicik untuk meloloskan adikmu. Rupanya dia tak tahu. Tapi aneh jika kau dengan sengaja menggagalkan seseorang yang sangat kau pedulikan, bukan begitu, Adam?"

       Ia tak menjawab seolah semua kosakata di dunia hilang tak tersisa. Bahkan ketika Alan kembali memanggil, "Adam?" hanya gelengan kepala yang diberikan sebelum pena menumpuk kertas yang terlanjur dinodai perhitungan.

       "Kurasa Hugh benar. Aku butuh cuti sehari. Jika kau tak keberatan, Alan, aku ingin pulang sekarang dan kembali besok siang. Harus kulakukan sesuatu untuk mengembalikan kualitas kerjaku. Aku tak bisa terus menerus membuat kesalahan. Itu akan menyakiti diriku sendiri."

       "Baiklah," Alan menambahkan anggukkan, "perbaiki kualitas kerjamu dan kuharap kau segera pulih sebab ini sudah tiga bulan. Kau harus kembali fokus dengan Enigma karena kami membutuhkanmu dan Bombe masih jauh dari kata sempurna."

       "Tentu, terima kasih, Alan." Ia pun melenggang. Mencoba menarik kembali semua alat tulis yang berjejer di atas meja kerja. Bahkan mantel di gantungan pun telah diraih untuk membalut tubuh. Namun, suara seorang wanita mencegahnya berjalan lebih jauh.

       Ia berkata, "Kau tak bisa pulang sekarang, Adam." Tubuh diputar untuk menatap pria yang paling dekat dengan lorong menuju pintu keluar. Sementara separo apel masih digenggam dan papan berbalut puluhan catatan ada di belakang punggungnya, ia menambahkan, "Kau harus tunjukkan padaku hasil perhitunganmu terkait plugboard dan prasangka awal enkripsi yang berkaitan dengan crib. Aku harus mencoba sesuatu."

       Nyaris kata penolakan Adam utarakan, tapi Joan terburu-buru berkata, "Ayo! Berapa lama kau akan berdiri di sana?! Keluarkan semua catatanmu dan bantu aku menyelesaikan sesuatu!"

       Ia pun mendorong tungkai menuju meja kerja demi beberapa kertas dan sebuah pena. Mereka semua meluncur di atas wajah meja Adam yang seharusnya sudah istirahat sampai besok siang. Akibat dari tindakan itu, Adam menanggalkan mantel yang kembali digantung. Sementara tungkainya menuju eksistensi Joan dan semangat otak cerdasnya, Harry bergumam, "Seharian ini dia hanya menatap papan di belakang dan makan apel. Aku hampir lupa jika ada dia di Hut 8."

       Kalimat itu membuat Alan dan Peter tertawa, meninggalkan Hugh dengan urusannya yang semakin rumit, lain respons bagi Joan yang menimpali, "Aku sedang tak ingin bercanda denganmu, Harry. Lagi pula, ada banyak cara untuk mendapatkan inspirasi dan ini salah satunya. Jadi kau diam saja," tanpa menukar kontak mata dengan pria itu.

       Begitu Adam tiba dan membuka semua laci di meja dia—kecuali laci keempat yang selalu tertutup rapat—beberapa kertas kembali menyapa keduanya. Mulai dari yang paling familier hingga jarang disapa netra. Namun, ada satu catatan yang menurut Adam paling dekat dengan prasangka; kertas bernoda TA.

       "Alan berkata perhitungan itu salah. Bagaimanapun aku mencoba menghitung, TA menghasilkan TG adalah kesalahan. Dia ingin aku menghitung ulang tanpa melibatkan TA." Joan mengangguk atas penjelasan singkat itu seraya memindahkan beberapa huruf dari kertas Adam menuju kertasnya.

       "Prasangka keduaku," tutur Adam selagi menarik kertas lain dari tumpukan, "huruf awal yang sering muncul mungkin menyinggung trigram-bigram, pesan lanjutan, atau istilah militer di Jerman. SZCMV adalah kemungkinan paling dekat bahwa Jerman berhasil menyebarluaskan propaganda itu. Nyatanya mereka menggunakan huruf berulang, setidaknya lima, di awal pesan."

       Tarian pena dia semakin cepat di atas kertas. Beberapa huruf maupun angka mungkin terlihat tak masuk akal bagi Adam sebab ia hanya menyeret bibir pena alih-alih menulisnya secara jelas. Namun, Joan tahu apa yang dilakukannya dan ia bersuara, "Entah mengapa, prasangkamu soal TA yang rupanya salah justru memberiku ide. Ide yang rumit sampai-sampai kuhabiskan waktuku untuk mempelajari crib berulang kali dan para pria berpikir aku tak berguna, tapi teorema Euler tampaknya mampu membuat ideku menjadi masuk akal."

       Ia pun melanjutkan kelana Enigma. Menarik kertas lainnya untuk dinodai hingga pada lembar kelima, ia tegakkan punggung yang tertarik gravitasi meja kerja Adam. Setelah berbaris-baris huruf dan angka yang disuguhkan, Joan bisa menarik sepasang sudut bibir dengan puas.

       "Entah apa pun prasangkamu soal pengaturan plugboard, rumus yang kuhasilkan bisa membantu mengeliminasi kemungkinan plugboard. Maksudku, coba kau lihat Y di atas," pena Joan menunjuk huruf yang dimaksud sehingga netra Adam mengikuti, "kontradiksi karena Y di awal pasti salah karena P(A) tidak sama dengan Y. Itu cukup membuktikan dari awal bahwa TA memang harus ditinggalkan tanpa kau harus menghitung ulang. Ya, katakan saja ucapan Alan soal itu benar, tapi aku berhasil membuktikannya melalui rumus."

       Joan mengangkat sepasang alis beserta dua sudut bibir ketika atensinya bertabrakan dengan milik Alan. Ia bisa melihat tawa seorang pria di sana, sementara Adam mungkin menemukan sedikit obat dan pelarian dari rasa bersalah selama tiga bulan terakhir. Dengan menarik kursi yang baru saja ditinggalkan, dia berkata, "Akan kukerjakan sisanya hingga petang nanti. Dengan demikian, besok aku bisa kembali ke crib bersama Hugh."

       Wanita di hadapannya mengatupkan dua tangan. "Bukannya kau ingin cuti sehari dan kembali besok siang?"

       "Lalu akan kutelantarkan ide yang baru saja ditemukan? Itu akan menyiksaku di flat selama seharian! Kurasa cuti bisa menunggu sampai semuanya berakhir. Walaupun musim panas tahun ini juga akan berakhir. Nyatanya perang ini seperti tiada akhir. Itulah yang harus diakhiri lebih dulu."

       Joan menertawakan kalimat itu. Tangan pun menampar udara sekilas. "Kau melawak, Adam. Kau benar-benar harus beristirahat sekarang karena ucapanmu terdengar melantur."

       "Tidak," jawabnya cepat, "aku baik-baik saja dan berhenti mengkhawatirkanku. Terima kasih atas bantuannya, Joan, kau bisa selesaikan pekerjaanmu sekarang."

       "Hei, kau tak memerintahku! Aku tahu apa yang harus kulakukan." Respons itu menuntun pada pertukaran senyuman hingga angggukan, Joan berikan sekali. "Akan kutinggalkan kau sekarang. Beritahu aku jika ada sesuatu yang bisa membantu pekerjaanku."

       "Tentu."

       Begitulah musim panas tahun ini berakhir bagi para pemecah kode Hut 8. Pasca lambaian tangan Agustus dan berita kematian JJ Thomson yang mengisi wajah koran hampir setiap hari, pada musim panas berikutnya, segala hal tak akan sama lagi. Mungkin beberapa orang kehilangan sesuatu yang sangat berarti, tapi sisanya kehilangan harga diri.

◖ ᪥ ◗

A/N: lagi-lagi gabisa update tepat waktu karena rl. huft lagi banyak urusan di rl tapi mungkin ke depannya aku akan sering aktif wp lagi jadi bakalan balik baca juga. oh ya buat berita gempa bumi di cianjur, aku turut berduka cita. semoga mereka yg menjadi korban dilapangkan jalannya menuju tempat yg terbaik dan mereka yg ditinggalkan diberi ketabahan serta keselamatan, aamiin. stay safe semuanya 😊

24.11.2022

°tolong pertimbangkan untuk memberikan vote dan/atau komentar jika kalian menyukai cerita ini karena itulah bentuk dukungan kalian.
— cheesydorian

Continue Reading

You'll Also Like

3M 105K 41
"Gus arti bismillah itu apa sih?"tanya Aisyah "Dengan menyebut nama Allah" "Kalo Alhamdulillah?" "Segala puji bagi Allah "jawab ammar "Kalo subhana...
Back to the Past? By Xzvy

Historical Fiction

3.2M 259K 79
⚠️WARNING TYPO BERTEBARAN!! DIPERHATIKAN DALAM MEMBACA!⚠️ Evlleca Amoure Blean. Putri seorang Kaisar yang balik kemasa lalu untuk mengubah seluruh ki...
392K 34K 32
Kehidupan Evelyn yang sempurna berubah setelah kematian kedua orang tuanya. Ia harus menjual harta dan kediamannya untuk membayar hutang keluarga. Se...
Ken & Cat (END) By ...

Historical Fiction

7.2M 763K 53
Catrionna Arches dipaksa menikah dengan jenderal militer kerajaan, Kenard Gilson. Perjodohan yang telah dirancang sejak lama oleh kedua ayah mereka...