KUTUB UTARA [On Going]

By raramawmaw

152K 7.8K 952

Suka sama tetangga sendiri? Kenapa tidak? Inilah Adinda Cempaka Kalisya. Gadis 21 tahun yang sejak lulus SMA... More

01. PROLOG
02. WELCOME BACK TO INDO
03. MEET HIM
04. SAMUDRA MARAH?
05. KECEWA
06. AMBISI DINDA
07. BOBO BARENG?
08. UNGKAPAN
09. HAMPIR MENYERAH
10. BALIK LONDON?
11. KASIH SAYANG DINDA
12. BABY SITTER
13. NGE-MIE BARENG
14. SISI LAIN SAMUDRA
15. PESTA?
16. CALON?
17. FIRST KISS
18. GO TO PACET
19. AIR TERJUN
20. BOBO BARENG, LAGI
21. ALL YOURS
22. SIAPA DIA?
24. KEDATANGAN FARAH
25. MEET HIM AGAIN
26. PERASAAN ANDRA
27. KENAPA BEGINI?
28. Ke Gep!
29. Minum susu
30. Gara-gara kebab!
31. Ustadz ganteng
32. Samudra cemburu
33. Bocil cemburu
34. Kena prank!
35. punya dua anak dadakan
36. Secuil kenangan bersama Dinda
37. Tumbuh dewasa bersama

23. TERBONGKAR

3.4K 190 8
By raramawmaw

Halooo! Long time no see ><

Jangan lupa di vote Yaa, komentar juga dong!

Happy reading ❤️

•••

BUGH!!

"Ahss..." Ringis seorang laki-laki disaat mendapatkan beberapa Bogeman dari sang ayah.

Lelaki tersebut hampir tidak bisa berdiri karena dihajar habis-habisan oleh sang ayah yang telah mengetahui semua perbuatannya.

Semua itu terjadi tanpa disengaja. Berawal dari asisten rumah tangga yang menemukan sebuah testpack bergaris dua di dalam toilet rumah Adiwijaya.

Sontak hal tersebut membuat seisi rumah gaduh dan mencari tahu, siapakah pemilik benda dengan hasil positif tersebut.

Dari sini kalian pasti sudah bisa menebak, benar, itu milik Dinda. Setelah satu bulan ini ia sering merasakan gejala seperti mual, pusing, dan sering lelah. Itu membuatnya teringat dengan benda kecil yang sempat ia beli setelah peristiwa itu terjadi.

Hasilnya positif, Dinda hamil, darah daging Samudra.

Mengetahui hal tersebut Dinda sama sekali tidak terkejut, karena ia sudah yakin dari awal bahwa semua ini akan terjadi kepadanya. Namun ia hanya takut, Dinda takut kalau-kalau Samudra tidak mau bertanggung jawab. Meskipun semua itu tidak akan terjadi, mengingat Samudra juga sudah mulai menyukainya.

Dan saat ini Dinda sedang berada di kamar bersama Azizah agar gadis kecil tersebut tidak menyaksikan pemandangan memilukan yang terjadi di ruang keluarga. Dimana bukan hanya ayah Samudra, melainkan ayah tiri Dinda pun turut menghajar pria bertubuh tinggi itu.

Dinda kecewa dengan dirinya sendiri, ia kecewa karena tidak bisa menjaga kesuciannya. Dinda telah menghilangkan mahkota berharganya dengan cuma-cuma.

"Bunda," panggil Azizah.

Dinda menoleh, tersenyum kearah bocah kecil nan menggemaskan tersebut.

"Iya, Sayang?"

Azizah menunjukkan jemarinya kearah pintu kamar, yang terdapat sosok perempuan paruh baya berdiri disana.

Dinda terdiam, ternyata itu Mamanya. Ghea, wanita tersebut berjalan mendekati putrinya, duduk di pinggiran kasur.

Ghea tidak berbicara, hanya helaan napas berat yang ia keluarkan, cukup menjadi pertanda bahwa ia sangat kecewa kepada putri satu-satunya itu.

"Mama nggak bisa bilang apa-apa lagi. Terserah kamu mau apa, mama kecewa sama kamu."

Sebisa mungkin Dinda menahan air mata yang terasa mulai berat dan ingin meluncur ke pipinya. Kedua matanya memandang takut dan khawatir sosok mama yang selama ini memandangnya dengan sayang, namun kini pandangan tersebut beruba dingin dan acuh.

"Maafin Dinda, Ma." Dinda menunduk lesu, berusaha mengontrol emosinya. Ia terlihat baik-baik saja, namun sebenarnya Dinda sangat hancur.

"Mama cuma bisa do'a in yang terbaik buat kamu, dan anak kamu. Dan untuk kedepannya..." Ghea nampak berat untuk melanjutkan perkataannya.

Sedangkan Dinda menatap lurus, menunggu kelanjutan dari ucapan mamanya.

"Untuk selanjutnya, jangan pernah datang ke rumah Mama. Dan jangan pula manggil saya Mama, atau nganggep saya Mama kamu." Ucapnya perlahan setelah menghela napas panjang.

Hal tersebut sontak membuat Dinda tumbang, air matanya terjatuh ketika mendengar pernyataan pahit yang amat menusuk dari sang Mama. Surganya, wanita yang telah melahirkannya, dan wanita yang telah menyayanginya.

"Ma..."

"Maaf, saya harus pergi."

"Mama... Maafin Dinda, Ma.." mohonnya kini terduduk memegangi kaki sang Mama.

Namun lihatlah, Ghea bahkan tidak perduli. Wanita tersebut melenggang pergi begitu saja dari pandangan Dinda yang kini menangis tersedu-sedu di atas lantai.

"Ma-afin Dinda, Ma.. hftt!" Isaknya mengusap air matanya.

"Bunda, Jangan nangis..." Azizah merosot dari kasur dan duduk di samping Dinda, memeluk sayang Bunda asuhnya dari samping, sembari mengusap air mata Dinda.

"Makasih, Sayang." Dinda mengangkat dan memangku tubuh mungil Azizah.

Baiklah, ini semua adalah resiko yang harus Dinda terima. Jangan lupa bahwa semua yang menimpanya saat ini adalah hasil dari perbuatannya sendiri di masa lalu.

Dinda hanya berusaha untuk menguatkan dirinya, agar bisa bertahan dan menjalani hidup untuk kedepannya.

Diusapnya dengan kasar air mata yang memenuhi pipinya, kini Dinda beralih menggendong Azizah dan membawanya kembali ke tempat tidur. Ini sudah pukul sembilan malam, Dinda harus kuat, ia tidak boleh lemah. Dengan sisa isak tangisnya, ia mulai mem puk-puk paha Azizah agar gadis kecil tersebut tidur.

___

"Dinda..."

"Din. Bangun, sayang." Sayup-sayup terdengar suara seorang perempuan yang juga tengah mengusap lembut kepalanya.

Dinda membuka mata, mata sembabnya melihat sang calon mertua, yaitu Helna. Benar, calon mertua. Karena Samudra akan menikahi dirinya hari ini juga.

Ia dan Samudra akan melangsungkan akad nikah sore nanti, dan untuk ramai-ramainya akan menyusul.

"Bangun, Sayang." Lagi-lagi Dinda menatap senyum indah yang disajikan wanita tersebut padanya.

Air matanya kembali luruh, mengingat kini ibu kandungnya sendiri sudah enggan untuk tersenyum kepadanya seperti yang saat kini dilakukan Helna. Helna pun memahami keadaan Dinda, ia sangat mengerti kehancuran Dinda.

Wanita dengan daster panjang tersebut duduk di pinggiran kasur disaat dinda sudah duduk. Tangan agak keriputnya menghapus air mata Dinda, dan sesekali mengelus pipi basah itu.

"Yang kuat, ya, Sayang? Ada Tante, Om, sama Azizah."

Dinda hanya mengangguk sambil menghapus kembali air mata yang seakan tidak ingin berhenti.

"Sekarang ikut Tante kebawah, yuk!" Ajaknya diangguki Dinda.

Mereka berdua pun turun kebawah. Ketika sampai dapur, Dinda melihat beberapa piring makanan yang sudah tersaji, juga satu gelas susu berwarna merah muda.

Dinda mengernyitkan keningnya. "Kenapa udah Mateng, Tan? Dinda nggak bisa bantu dong?"

Helna hanya tersenyum, "Nggak apa-apa. Kamu duduk dulu, terus minum susu pregnant yang udah Tante bikinin."

Oh? Jadi itu susu pregnant? Tapi kenapa pink? Dinda tidak suka warna pink. Dan juga Dinda penginnya susu rasa cokelat, bukan stroberi. Tapi ya sudahlah.

"Setelah ini kamu mandi terus siap-siap, ya? Kita akan ke dokter." Ujar Helna disaat Dinda meneguk susu pregnant nya.

"Ngapain, Tan?" Tanya Dinda.

"Cek kandungan, Din." Setelahnya, Dinda hanya menganggukkan kepala, sampai seorang lelaki datang.

"Anak kamu juga jangan lupa, ajak dia. Dia juga harus dibawa ke Dokter," ujarnya.

Dinda baru ingat bahwa semalam Samudra dipukul habis-habisan, pasti saat ini sedang kesakitan. Dinda pun berdiri dari duduknya, ingin memeriksa keadaan Samudra.

"Kemana, Din?" Tanya Helna.

Dinda nampak terdiam sejenak. "Em, Dinda mau mandi, Tan," dustanya.

Setelah mendapat anggukan dari Helna, Dinda langsung saja kembali ke kamarnya dengan Azizah. Namun setelah itu, ia mengendap-endap menuju kamar Samudra, yang kebetulan pria tersebut tidur di kamar lantai dua.

Ceklek...

Masuk kedalam dengan perlahan, Dinda tidak mendapati keberadaan seseorang. Apakah Samudra tidur di kamar bawah? Namun setelah ia masuk lebih dalam, ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Pasti itu Samudra.

Dinda duduk di sofa single medium size di sisi jendela, mengelus perutnya yg sudah mulai keras. "Sehat-sehat ya, Nak. Bunda sayang sama kamu," monolognya dalam hati.

Tak lama kemudian, seorang laki-laki keluar dari kamar mandi dengan sempoyongan. Memahami kesulitan yang dialami Samudra, Dinda pun langsung bangkit dan membantu pria tersebut berjalan.

"Maafin Dinda, ya, Bang. Dinda ceroboh naro testpack di kamar mandi. Dinda bener-bener lupa," sesalnya.

Samudra masih diam, ia sedang menahan rasa sakit yang ia rasakan. Terbukti dari ringisan yang selalu ia tampakkan. Setelah berhasil duduk di atas kasur, Dinda mengambil handuk kecil dari tangan Samudra. Perempuan itu mulai menggosok rambut basah Samudra.

"Shhh..." Lagi-lagi Samudra meringis, membuat Dinda menghentikan sejenak kegiatannya.

"Pasti sakit banget. Aku bener-bener minta maaf, Bang." Dinda menatap sendu kedua mata Samudra.

Pria tersebut tersenyum dan menggeleng. "Bukan salah kamu. Salah kita berdua. Salah saya."

"Kalo aku nggak lupa buang testpack pasti kamu nggak akan babak belur begini."

"Kata siapa?" Samudra meraih kembali handuk dari tangan Dinda, kemudian menuntun perempuan tersebut untuk duduk di sampingnya.

"Cepat atau lambat, saya pasti dapet Bogeman," Ucapnya disusul dengan kekehan kecil karena sudut bibirnya masih terluka.

"Dinda ambilin salep, ya?" Antusiasnya bersiap bangkit, namun Samudra segera menolak.

"Nggak usah. Kita, 'kan mau ke Dokter. Sekalian diobatin disana aja," ucapnya yang hanya bisa diangguki oleh Dinda.

Dinda tertegun, kala merasakan sentuhan dari tangan dingin Samudra. Lelaki tersebut mengelus perutnya, dan hal tersebut membuat mata Dinda berkaca-kaca.

Samudra bingung, lantas meraih kedua pipi Dinda. "Kenapa nangis?" Tanyanya.

Dinda menggelengkan kepala. "Nggak tau." Jawaban tersebut cukup membuat Samudra tertawa. Lucu sekali Dinda ini, jadi pengen cepet-cepet halal in. Eh? Belum halal juga udah jadi , sih.

"Ya udah, siap-siap, gih!"

"Iya."

___

"Gimana, Dok?"

"Janinnya sehat. Usianya tujuh Minggu, kalau dihitung dari hari terakhir datang bulan."

"Dalam usia yang masih rentan ini, usahakan agar tidak terlalu kelelahan, dan tidak terlalu banyak pikiran. Karena itu bisa mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan si jabang bayi," jelas sang Dokter dengan tangan yang masih menempelkan sebuah alat di perut Dinda.

Dapat Samudra lihat sebuah titik kecil yang tidak lain adalah calon buah hatinya. Untuk kedua kalinya, ia merasakan sesuatu yang mengharukan, yang membuat perasaannya campur aduk.

"Kamu lihat itu, Nak. Kamu bakal punya adik!" Cecar Helna bersemangat kepada Azizah yang kini sedang ada di gendongannya.

Senyum manis nan lucu itu seketika merekah, merosot turun dari gendongan sang Oma dan mendekat kearah brankar. "Bunda, izah mau naik!" Ucapnya.

Dengan sigap, Samudra mengangkat tubuh Azizah dan meletakkannya di samping tempat Dinda berbaring.

Tangan kecil Azizah tergerak untuk menyentuh permukaan perut Dinda. "Bunda? Izah mau punya adik kecil? Yeayyyyyyy!!!!!" Serunya sangat antusias membuat brankar sedikit bergetar.

"Sayang, jangan gitu. Nanti kamu jatuh," tutur Samudra, kembali menggendong Azizah.

"Papa, adik izah laki-laki apa pelempuan?" Dinda tersenyum gemas mendengar penuturan Azizah, begitu juga dengan Samudra.

"Belum tahu, Sayang. Adik kamu masih kecil," jawab Samudra apa adanya.

"Ya udah kalau gitu, setelah ini kita bisa langsung pulang." Helna membantu Dinda bangun lantas mereka bersiap untuk pulang.

___

"Papa! Nanti malam izah mau bobo sama Papa sama Bunda! Boleh, Pa?" Tanya Azizah disaat mereka sedang berjalan melewati koridor.

Samudra melirik kearah mama dan papanya, kemudian kearah Dinda. "Nanti, ya, Sayang?"

"Otey, Papa!"

"Izah nggak pengen Bobo sama Oma, Sayang?"

"Engga! Oma kalo Bobo ngigo!" Ucap Azizah dengan polosnya membuat semua orang tertawa, tak habis pikir dengan perkataan bocah tersebut.

Disaat mereka asik bercanda ria, tanpa sengaja Helna menyenggol seorang perempuan hingga perempuan tersebut terjatuh.

"Astaghfirullah? Maaf, mbak. Saya nggak sengaja," ucapnya khawatir lantas membantu perempuan tersebut berdiri.

"M-Mas Samudra?"

___

Hayoloh siapa lagi itu? Hahaha

SPAM VOTE DAN KOMENTAR UNTUK NEXT!

See you next time ✨

Continue Reading

You'll Also Like

352K 39.4K 22
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
552K 1.8K 13
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...
2.6M 124K 55
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
858K 109K 37
Sebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai ya...