Grapefruit & Rosemary

By bebeklucu

153K 22.6K 1.9K

Yuniza mempunyai masalah. Dia harus segera menemukan calon suami dan menikah. Waktunya terus berjalan dan per... More

0
1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35a
35b
35c

8

4K 636 73
By bebeklucu

Terlalu marah.

Itulah yang Yuniza rasakan. Dia telah bekerja keras sepanjang akhir pekan untuk menyusun rencana pendekatan ke Adnan. Dia juga susah payah mengatur waktunya supaya sempat memasak untuk dikirimkan ke Adnan di saat jadwal kuliahnya tengah padat menjelang UTS. Dan apa yang pria itu lakukan? Dia berbohong. Lokasi tujuan masakannya bukanlah tempat kerja Adnan.

"Lo marah karena dibohongi atau lo marah karena masakan lo bisa jadi salah alamat?" Deyon bertanya di sela-sela suapan pempek.

Yuniza mendelik, tapi bibirnya kelu untuk menangkis tebakan Deyon sebab keduanya benar. Dia balik menatap garang piring pempek di hadapannya yang belum tersentuh.

Keysha menyenggol Deyon dan memberikan lirikan memperingati. Dia sudah bersusah payah mengajak Yuniza keluar dari kamar setelah mendekam akibat syok yang diterima usai pulang dari kantor fiktif Adnan. Dia berusaha memperbaiki mood Yuniza dengan membawanya ke rumah makan pempek favorit mereka sejak kecil.

"Gue harus tahu di mana cowok ini kerja," gumam Yuniza. Tangannya mengepal ketat sendok seakan sendok itulah pelaku sakit hatinya.

"Kamu punya cara?" Keysha bersemangat.

Yuniza tersenyum miring. Sepanjang hari mendekam dalam kamar, dia memanfaatkan waktunya untuk menjadi ahli nujum. Dia mengangkat ponsel dan menunjukkan layarnya pada Keysha dan Deyon yang duduk di seberang meja.

"Linkedin?" Deyon bertepuk tangan. "Cerdas banget lo!"

Keysha membelalak terpukau. "Kamu kepikiran nyari data diri Adnan di situ?"

"Aku nggak bisa berdiam diri aja setelah dibohongi." Yuniza kembali merasakan kegetiran itu. Dia sempat berbesar hati bakal diterima Adnan sebab setiap kali dia bertanya soal makanan kirimannya, Adnan selalu menjawab 'Sudah sampai. Thx.' lewat pesan singkat.

Yuniza salah sudah percaya diri bisa menggaet Adnan. Dia bahkan mengubah gaya rambutnya secara permanen di salon untuk memberinya kesan lebih dewasa. Pada dasarnya Yuniza memiliki rambut panjang lurus. Dia mengganti gayanya menjadi setengah bergelombang. Dia juga membeli beberapa pakaian yang dinilai lebih dewasa. Harapannya besar Adnan akan menyukai penampilannya dan tidak mendebat soal umur lagi.

"Lo mau nyamperin cowok ini terus ngelabrak dia?"

Yuniza meletakan ponselnya menghadap bawah. Dia menusuk pempek dengan keras. "Gue mau ngasih kejutan."

"Wow." Deyon melirik Keysha. "Gue siap jadi sopir."

"Itu emang kewajiban lo." Yuniza berdecak. Kalau bukan karena keteledoran Deyon, dia tidak perlu bertingkah gila mengejar pria asing untuk dijadikan suami.

"Kapan kamu mau ke sana?" tanya Keysha.

Kedua tangan Yuniza bertautan dan dijadikan tumpuan dagu. Dalam tekad yang baru kali ini dia miliki, dia menjawab, "Aku harus menyiapkan sesuatu. Setelah persiapanku selesai, aku kasih tahu kapan bakal ke sana."

Keysha mengangguk singkat. Matanya melirik sekilas ponsel Yuniza dengan sepasang alis bertaut. Ada keraguan tercetak di keningnya.

MoM

Adnan tersentak melihat rangkaian bunga dalam pot besar berlapis kertas metalik di mejanya. Dia mundur dan berbalik ke Gita yang meja kerjanya persis di depan ruangannya. "Itu ... dari mana?"

"Saya terima pagi ini. Ada nama pengirimnya dan ditujukan untuk Bapak." Gita segera bangkit dari kursinya. Dia mengikuti Adnan yang masuk ke ruangan. "Saya sudah cek ke sekuriti yang menerima, menurut kurirnya dia juga kurang tahu siapa yang mengirimkan karangan bunga ini."

Adnan memerhatikan karangan bunga itu. Bunga peony dan baby breath artificial yang dipadu permen-permen berbentuk bintang warna merah serta kukis jahe beruang. Firasat Adnan meruncing. Dia menyambar surat yang ditancap di belakang kukis. Kemudian menoleh ke Gita. "Apa kamu baca isi amplop ini?"

"Belum, Pak. Saya hanya melihat nama yang tertera di amplop." Gita menunjuk huruf di amplop.

U.N.Za.

Sudut bibir Adnan bergetar. Dia salah telah meremehkan gadis itu. Semestinya dia sadar kegilaan apa yang bisa diperbuat perempuan itu sejak pertemuan mereka waktu itu. Adnan mempersilakan Gita kembali bekerja. Dia mengusap wajahnya. Awal pekannya dimulai dengan kegilaan baru. Gadis ini benar-benar susah dikalahkan, nilainya.

Adnan mendaratkan bokongnya di tepian meja persis di sebelah karangan bunga. Dia menarik satu lolipop dan mengarahkannya ke lampu. Senyumnya terbit.

Dia harus memukul mundur gadis itu. Tidak boleh ada lagi harapan kosong yang dia tuai.

Permen itu ditusuk kembali ke karangan bunga. Dia menarik ponselnya dari saku celana. Untuk pertama kalinya, dia menekan ikon hijau berlogo telepon pada nama kontak Cewe Gila.

"Halo," sapa Adnan. Pada dering ketiga, teleponnya diangkat.

"Apa hadiah saya sudah sampai?"

Suara penuh percaya diri orang di seberang membuat Adnan tersenyum geli. "Sudah. Terima kasih untuk hadiahnya."

"Mas nggak penasaran gimana saya bisa kirim ke alamat kantor Mas?" Ada penekanan keras pada kata alamat kantor Mas yang disengaja.

Adnan tahu maksud perempuan itu. "Jadi, kamu sudah tahu alamat kantor saya?"

"Kalau gitu, saya harus kirim paket saya ke mana? Kantor yang ini atau kantor yang itu?"

"Saya mau ketemu kamu." Adnan mengindahkan pertanyaan sarat sindiran tadi.

"Apa ini tandanya kita terkoneksi? Saya baru mau kirim paket saya SEN-DI-RI. Apa mau ketemu sekalian?"

Adnan ingin tertawa. Dia menangkap situasi ini konyol. Gadis itu mengingatkannya pada kelakuan anaknya setiap kali ngambek. "Kamu mau datang ke kantor saya?"

"Saya sudah di depan kantor Mas Adnan."

Gila. Gadis ini benar-benar gila.

Adnan menggeleng tak habis pikir. "Oke. Ayo ketemu sekarang kalau kamu nggak sibuk. Ada tempat yang ingin saya tunjukkan ke kamu."

"Oke." Suara di seberang penuh kemantapan.

"Saya tunggu kamu di lobi." Adnan mematikan teleponnya. Dia menyisir singkat ruang kerjanya, lantas keluar. Dia mengordinasikan beberapa pekerjaan secara cepat ke Gita selama dia meninggalkan kantor. Gita bekerja efisien dan cepat tanggap. Dia mencatat semua pesan Adnan dengan baik.

MoM

Yuniza duduk sendirian di sofa yang tersedia di lobi kantor Adnan. Dia telah mengusir Deyon dan Keysha pulang, walau sedikit ragu mereka akan mengikuti ucapannya. Paket besarnya diletakan di meja bundar di hadapannya. Sesekali mata resepsionis meliriknya penasaran setelah dia meminta izin duduk di situ untuk menunggu Adnan.

Apa Adnan adalah pria beristri? Dugaan itu sempat mampir di benak Yuniza melihat gerak-gerik mencurigakan si resepsionis.

Adnan muncul lima menit kemudian. Resepsionis dan sekuriti yang menjaga area lobi menyapa penuh hormat.

Yuniza berdiri. Dia yakin pada penampilannya pagi ini. Dia memakai dress baru, berias, dan memakai parfum mahal kakaknya. Dia juga memperoleh pujian kakak ipar dan ayahnya yang menguatkan keyakinannya bahwa dia sempurna untuk perang ini. Perang sakit hatinya yang harus dibayar kontan oleh Adnan.

"Ayo." Adnan bersikap dingin.

Yuniza menangkap pergelangan tangan Adnan yang terlapis kemeja lengan panjang. "Saya bawa ini. Bisa tolong bawakan?"

"Ini apa?" Adnan bertanya sekaligus mengangkat kotak besar di meja.

Yuniza merapat untuk berbisik, "Opsi kue pernikahan."

Adnan membelalak. Dan Yuniza segera buang muka. Dia tidak mau berdebat di depan umum.

Adnan memimpin jalan keluar dari gedung menuju parkir mobil yang persis di depan pintu masuk. Adnan mempersilakan Yuniza masuk ke mobil di saat dia menyimpan kotak kue di bangku belakang.

Mereka berkendara keluar dari kawasan pabrik. Ini merupakan kali pertama Yuniza datang ke Cikupa. Dia biasanya senang memandangi jalan, gedung, dan alam saat datang ke tempat baru. Untuk kali ini berbeda. Dia membawa misi besar dan butuh konsentrasi.

"Kita mau ke mana?" tanya Yuniza.

"Kamu sudah mengirimkan CV kamu. Sekarang giliran saya mengenalkan diri saya, tapi nggak pakai CV." Adnan menoleh sekilas sambil tersenyum.

Jantung Yuniza berdebar melihat senyum manis Adnan. Dia segera membuang muka karena takut tertangkap basah telah terpesona. Ada rasa malu mengakui bahwa dia adalah perempuan yang mudah tergoda pria tampan.

"Apa saya mau dikenalkan ke keluarga Mas Adnan?" duga Yuniza.

"Ya."

Yuniza bersorak dalam hati. Lelahnya terbayar. Dia akan diajak berkenalan dengan keluarga Adnan. Bukankah itu pertanda dia diterima?

Perasaan riang itu luntur tatkala mobil yang dikemudikan Adnan berhenti di dekat sekolah TK. Yuniza memohon penjelasan Adnan lewat tatapannya.

"Ini sekolah anak bungsu saya. Sekarang dia kelas TK B." Adnan menunjuk bangunan yang ada di seberang mereka. Adnan mengurai senyumnya yang manis. "Saya mau tunjukkan ke kamu sekolah anak saya yang lain."

Hati Yuniza mencelos. Adnan telah memiliki anak yang sekolah di TK. Dan dia masih punya anak lain. Apa anak lainnya sekolah SD?

Mereka tiba di SMP. Yuniza lemas. Dia tidak menyangka Adnan sudah punya anak SMP.

"Di sekolah ini, anak perempuan saya satu-satunya sekolah kelas dua." Adnan masih tersenyum. "Kamu belum capek, kan?"

Yuniza kelagapan. Pikirannya kacau dan dia belum siap ditanya. "Ah, em, belum," jawabnya tergagap.

"Kita ke satu tempat lagi."

"Ke mana?"

Jawaban itu diperolehnya 40 menit kemudian ketika mereka tiba di depan SMA yang terkenal di ibukota. Bahu Yuniza merosot. Dia tidak siap dengan serangan yang diberikan Adnan.

"Anak kamu sekolah di sini?" tanya Yuniza datar. Dia telah kehilangan gairah hidup. Mentalnya ditendang keras oleh kenyataan.

"Ya. Anak sulung saya. Cowok." Adnan memutar duduknya menghadap Yuniza. "Kayaknya anak saya lebih cocok manggil kamu kakak dibandingkan mama."

Yuniza kehilangan kata-kata.

Recipe #9

Roasted garlic butter parmesan potato

###

15/09/2022

Guys, nanya beneran...
Umur 14 tahun tu kelas berapa smp sih?

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 249K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
6.9M 47.3K 60
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
2.3M 106K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
159K 10.1K 22
Akankah kisah tragis terulang kembali? °°° 'Hikayat cinta Sang Iblis', lanjutan dari cerita 'Di bawah naungan Sang Iblis' Cover by Pinterest and Me