The Emperor's Maid (END)

By jcrrvaa_

451K 38.4K 1.4K

Rate: 16+ Elefthería series 1 •|•|• Negeri Elefthería, penuh kebebasan dan kedamaian, dipimpin oleh empat kek... More

Author's note + P R O L O G
C H A P T E R 1 : Misi Untuk Helcia
C H A P T E R 2 : Ibukota Sylhip
C H A P T E R 3 : Tugas Pertama
C H A P T E R 4 : Melayani Kaisar
C H A P T E R 5 : Para Selir Kaisar
C H A P T E R 6 : Hukuman kecil
C H A P T E R 7 : Hukuman Kecil (2)
C H A P T E R 8 : Ayrha Selina
C H A P T E R 10 : Pelayan Tetaplah Pelayan
C H A P T E R 9 : Kecurigaan
C H A P T E R 12 : Hestia Victorin
C H A P T E R 13 : Amarah
C H A P T E R 11 : Pangeran Ancius Estev D'Ousía
C H A P T E R 15 : Godaan Kaisar
C H A P T E R 16 : Masalah Baru
C H A P T E R 17 : Harga Diri
C H A P T E R 18 : Hukuman yang Sebenarnya
C H A P T E R 19 : Pelampiasan
C H A P T E R 14 : Fokus
C H A P T E R 20 : Ambisi
C H A P T E R 21 : Istana Marine
C H A P T E R 23 : Cara Khusus Sepasang Kekasih
C H A P T E R 24 : Menarik Perhatian Kaisar
C H A P T E R 25 : Kedatangan Herios Victorin
C H A P T E R 26 : Paviliun
C H A P T E R 27 : Teman Rahasia
C H A P T E R 28 : Ingatan Buruk
VISUALISASI
C H A P T E R 29 : Syarat
C H A P T E R 30 : Putri Elea
C H A P T E R 31 : Rekan Dalam Kejahatan
C H A P T E R 32 : Pria Bernetra Abu-abu
C H A P T E R 33 : Perayaan Panen
C H A P T E R 34 : Ares
C H A P T E R 35 : Liontin Asing
C H A P T E R 36 : Festival
C H A P T E R 37 : Skenario
C H A P T E R 38 : Menyangkal
C H A P T E R 39 : Kabur
C H A P T E R 40 : Pandangan Pertama Laise
C H A P T E R 41 : Menuju Sidang
C H A P T E R 42 : Keputusan Kaisar
C H A P T E R 43 : Membawa Kabur Helcia
C H A P T E R 44 : Duel
C H A P T E R 45 : Pengkhianat
C H A P T E R 46 : Masa Lalu
C H A P T E R 47 : Masa Lalu (2)
C H A P T E R 48 : Tawaran
C H A P T E R 49 : Bertemu Kembali
INFO new story + Q&A

C H A P T E R 22 : Terjebak Sekali Lagi

8K 791 2
By jcrrvaa_

Gtau knp aku hobi up hampir tengah malem gini🤧 otak rasanya lebih encer pas malem.

Anw yg sll kasih semangat terimakasih semuanyaaa, ofc aku akan sll semangat buat tamatin cerita ini🤧👍

•|•|•

Helcia mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja dengan rasa bosan. Beberapa kali manik matanya menelusuri penjuru ruangan, berharap menemukan sesuatu yang dapat membuatnya tertarik, namun yang ada hanyalah helaan napas yang telah beberapa kali keluar dari mulutnya.

Ruangan dengan warna putih yang mendominasi juga lukisan yang menggantung di beberapa sisi tembok kini menjadi kamar barunya untuk sementara. Beberapa barang-barang di sini juga terlihat mewah, ukuran kamar pun tiga kali lipat lebih besar dari kamar di asramanya. Walau tentu saja kamar ini tidak bisa disandingkan dengan kamar milik Kaisar Alcacio, Helcia sudah sangat bersyukur dirinya bisa tidur dengan nyaman di atas ranjang empuk dengan selimut yang hangat.

Sudah larut tengah malam, namun Helcia sama sekali belum bisa memejamkan matanya. Daripada memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk, Helcia lebih memilih untuk duduk di atas sofa sembari ditemani segelas teh hangat dan kue kukis kering. Pikirannya kini kembali terpusat pada wasiat bibinya yang menyuruh Helcia untuk mengambil sebuah benda penting milik Kerajaan Alumaticia. Entah apa isinya Helcia pun tidak tau, dan entah mengapa Helcia menurut saja pada wasiat itu, padahal nyawanya bisa saja di ambang kematian.

Namun Helcia menyadari sebuah celah yang bisa saja ia masuki jika ia melakukannya dengan hati-hati, yaitu dengan memanfaatkan Kaisar Alcacio. Sebenarnya Helcia tak yakin dengan keseriusan Kaisar, ia masih bimbang apakah Kaisar benar-benar menyukainya atau sekedar main-main, namun daripada mementingkan hal itu, Helcia lebih memilih untuk memanfaatkan situasinya. Dengan mendekati Kaisar Alcacio, berusaha mendapatkan kepercayaan pria itu, maka Helcia bisa lebih leluasa untuk menelisik setiap sudut istana-istana di sini.

Sebenarnya ketimbang mendekati Kaisar Alcacio, justru pria itulah yang mendekatkan dirinya pada Helcia, membuat gadis itu tak perlu repot-repot lagi memikirkan cara bagaimana untuk mendekati pria itu. Untuk kali ini, Helcia akan menerima perlakuan Kaisar Alcacio tanpa penolakan lagi, Helcia akan mencoba lebih bersabar lagi. Tak tau mengapa dirinya benar-benar bertekad untuk hal ini, namun Helcia merasa benda yang dimaksud bibinya adalah benda penting yang berhubungan dengan kerajaannya. Rasanya seperti jika benda itu terkuak begitu saja akan membuat kerajaannya akan hancur.

Dan lagi-lagi, ini adalah permainan politik. Bahkan jika Helcia harus berurusan dengan para selir Kaisar Alcacio sekalipun, gadis itu tak akan gentar. Sampai ia tau apa isi dari 'benda' itu.

Untuk saat ini, Helcia akan berfokus pada Kaisar Alcacio, karena gadis itu sangat yakin, Kaisar adalah pisau bermata dua. Tak ada yang tau apa yang pria itu pikirkan, apalagi rencanakan. Semua yang Helcia lakukan sangat beresiko, namun jika ia tak berani mengambil resiko maka tak akan ada perubahan.

Menghela napas sekali lagi, Helcia memutuskan untuk menghabiskan sisa tehnya yang tinggal setengah cangkir, juga mengambil satu buah kukis untuk mengisi perutnya. Jika kalian bertanya mengapa ia tak menemani Kaisar di kamarnya padahal pria itu sudah memintanya tadi, yang sebenarnya terjadi adalah pria itu hanya mau menggodanya. Entah kenapa Kaisar Alcacio suka sekali menggodanya dengan hal-hal mesum yang tentu saja benar-benar membuat Helcia kesal.

Memikirkan pria itu terus bisa saja membuat kepala Helcia pecah, lebih baik Helcia mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kembali lelah. Gadis itu pada akhirnya membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk, bergerak pelan mencari kenyamanan dan kehangatan. Helcia hanya berharap semoga hari esok akan lebih baik dari hari ini.

•|•|•

Jemari lentik itu menyulam sebuah sapu tangan dengan telatennya, gerakannya begitu lembut dan ringan. Senyuman manis terpatri pada wajah cantik dengan manik mata hijau itu. Rambut lurus berwarna cokelat kepirangan miliknya terlihat berkilau terkena sinar matahari. Sesekali labium merah merekah itu bersenandung kecil menikmati suasana damai di taman yang berada di istana Glory.

Wanita itu adalah Hestia Victorin, bersantai ria di bawah pohon rindang dengan ditemani berbagai macam kue dan teh. Gaun cantik dengan dominasi warna merah muda semakin membuatnya terlihat anggun, penampilannya benar-benar mencerminkan seorang Tuan Putri. Darah yang mengalir dalam dirinya tak bisa berbohong, Hestia terlihat begitu cantik dan anggun.

"Cantik sekali, saya yakin Yang Mulia pasti akan menyukainya." Ayrha tersenyum menatap hasil sulaman Hestia yang menggambarkan sebuah bunga mawar merah dan emas.

"Aku ingin lebih dekat dengan Yang Mulia. Ayrha, ajarkan aku bagaimana caranya membuat kue yang enak!" Hestia menatap Ayrha dengan binar mata yang cerah.

"Tentu saja, Putri. Kapan kita akan melakukannya?"

"Sekarang saja, nanti malam aku ingin bertemu dengan Yang Mulia. Aku ingin memberikan sapu tangan ini dan kuenya nanti." Hestia beranjak dari kursinya setelah meletakkan sapu tangan itu dengan rapi ke dalam kotak beludru berwarna merah.

"Kalau begitu saya akan membereskan ini semua. Ayrha, ajarkan Putri membuat kue yang enak agar Yang Mulia semakin mencintai Putri." Gauri, pelayan Hestia yang lain ikut menimpali, sedikit menggoda Hestia membuat wanita itu sedikit tersipu.

"Benar, kalau kuenya tidak enak marahi Ayrha saja, Putri." Pelayan ketiga Hestia, Frida, turut menanggapi dengan kekehan pelan.

"Astaga, serahkan saja padaku." Jawab Ayrha dengan bangganya.

"Cepat Ayrha, aku tidak sabar lagi!"

"Putri, tunggu!"

Percakapan kecil itu tak sengaja tertangkap oleh Putri Elea yang sedang berjalan-jalan mengitari taman. Wanita itu berjalan menghampiri Gauri dan Frida yang sedang membereskan kue-kue dan juga teh yang masih tersisa banyak. Menyadari kedatangan salah satu selir Kaisar, Gauri dan Frida lantas memberikan salam hormat mereka untuk Putri Elea.

"Selamat pagi, Putri Elea."

"Selamat pagi juga untuk kalian berdua." Putri Elea membalas salam mereka dengan senyuman lembut.

"Kalau Putri ingin bertemu dengan Putri Hestia, dia baru saja keluar dari taman ini tadi. Masih sempat waktu untuk mengejarnya." Ucap Gauri sembari tangannya terus bergerak menyusun kue-kue itu ke atas troli.

"Oh.. Putri Hestia terlihat sangat bersemangat sekali. Aku tak sengaja mendengar dia ingin membuat kue untuk Yang Mulia." Putri Elea memulai percakapan, ia mengambil tempat duduk di atas kursi yang Hestia pakai tadi, menopang dagunya sembari manik matanya terus menatap gerak tangan Gauri dan Frida.

"Iya, saya bahkan sedikit terkejut Putri Hestia rela melakukannya demi Yang Mulia."

Putri Elea menghela napas kecil, "Yang Mulia pasti sangat menyayanginya. Putri Hestia adalah perempuan yang sangat cantik dan juga baik hati. Apalagi dia adalah putri raja, aku tak akan heran kalau Putri Hestia akan menjadi Permaisuri Kaisar kelak." Wanita itu berucap dengan manik mata yang sayu, kepalanya sedikit mendongak menatap dedaunan pohon yang sedikit bergoyang terkena sapuan angin.

"Putri ini bicara apa? Semua selir Kaisar itu semuanya cantik dan juga baik. Saya yakin Kaisar adalah orang yang adil, bahkan sampai saat ini beliau belum melantik seorang Permaisuri, saya yakin itu karena Yang Mulia ingin menjaga perasaan para isterinya." Frida tersenyum mencoba menenangkan.

"Benarkah? Aku juga ingin dekat dengan Yang Mulia, tapi aku terlalu malu bahkan sekedar untuk menatap matanya." Putri Elea tertunduk lesu.

"Putri harus terbiasa, kalau yakin, Putri pasti bisa melakukannya."

Putri Elea memilin-milin tali gaunnya, merenungi ucapan dari Gauri dan Frida. "Kalian benar. Aku ingin seperti Putri Hestia yang bisa memberi perhatian langsung pada Yang Mulia. Putri Hestia itu mengagumkan, aku iri padanya."

Gauri tersenyum mendengar majikannya yang dipuji, "tidak apa-apa, Putri. Saya yakin Putri bisa melakukannya dengan cara anda sendiri."

Putri Elea menatap lamat-lamat wajah mereka, tersenyum lembut pada Gauri dan Frida yang begitu pengertiannya, padahal ia bukanlah majikan dari mereka.

"Terimakasih, kalian membuatku lebih percaya diri. Sebenarnya aku memiliki satu permintaan untuk kalian."

"Apa itu? Sebisa mungkin akan kami lakukan."

"Jadi begini.."

•|•|•

Seberapapun Helcia bersikeras untuk tidak bertemu Kaisar Alcacio barang sehari saja, itu adalah suatu hal yang mustahil. Bahkan di hari cutinya sekalipun, wajah pria itu adalah pemandangan yang hampir mengisi setengah hari dari waktu yang Helcia lalui. Entah kenapa pria itu suka sekali meminta untuk ditemani, seperti sekarang ini. Helcia duduk manis di atas sofa yanh berada di tengah ruang kerja milik pria itu, sedangkan si pemilik ruangan sibuk berkutat dengan kertas-kertasnya yang bertumpukan seperti gunung.

Helcia sedikit dongkol, dia benar-benar bosan. Sedari tadi kegiatannya hanya meminum teh dan memakan kue. Bahkan Kaisar Alcacio tak mengajaknya berdebat kali ini, hanya meliriknya beberapa kali sejak dua jam lalu. Peristiwa yang langka, entah mengapa sejak awal kedatangannya pria itu hanya menyuruhnya untuk duduk manis dan meminum teh, tak ada percakapan lain yang biasanya mereka lakukan.

Dan sebenarnya, Helcia merasa ada yang kurang karena itu. Biasanya dirinya akan merasa kesal setiap kali berbicara dengan Kaisar, namun kali ini tidak. Pria itu hanya diam hingga membuat Helcia tanpa sadar frustasi dengan pikirannya sendiri. Apa pria itu sedang marah padanya? Memangnya dia melakukan kesalahan apa lagi?

Karena tak tahan lagi dengan keheningan ini, pada akhirnya Helcia membuka suara terlebih dulu. "Emh, Yang Mulia?"

Tak ada jawaban. Helcia merasa benar-benar diabaikan, membuat hatinya bergemuruh kesal.

"Yang Mulia?" Panggilnya sekali lagi, namun pria itu hanya menatap Helcia sesaat kemudian langsung kembali sibuk berkutat dengan kertas-kertas kesayangannya.

"Yang Mulia, anda mendengar saya, kan?" Kali ini Helcia sedikit meninggikan suaranya.

"Ada apa, Helcia?"

Helcia sedikit bernapas lega karena akhirnya pria itu membalas panggilannya. Helcia beranjak dari tempat duduknya, rasanya tidak nyaman jika mereka bercakap dengan posisi yang berjauhan seperti tadi.

"Apa saya boleh kembali ke kamar?" Gadis itu mencoba memberanikan diri.

"Kenapa? Kau tidak mau menemaniku?" Kini Kaisar Alcacio menaruh penuh perhatiannya pada Helcia, tangannya tak lagi menggenggam pena dan kertas. Pria itu menatap Helcia dengan raut wajah yang datar yang entah mengapa membuat Helcia sedikit gentar.

"Bukan begitu. Hanya saja saya rasa Yang Mulia sangat sibuk, saya pasti mengganggu. Jadi lebih baik saya kembali ke kamar saja."

Kaisar Alcacio menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya, kedua tangan bersedekap di dada dengan manik mata emasnya yang menelusuri Helcia dari atas ke bawah, seakan Helcia adalah objek observasinya.

"Yang Mulia?" Panggil Helcia sekali lagi karena pria itu yang tak mengeluarkan suaranya.

"Helcia, tidakkah kau merasa bersalah padaku?"

Helcia memiringkan kepalanya tak mengetahui, "eh? Maksudnya.."

Pria itu menghela napas pelan, "tidak peka sekali. Perkataanmu kemarin itu benar-benar melukai hatiku, kau tidak mau meminta maaf padaku?"

"Perkataan yang mana?" Lagi-lagi Helcia dibuat bingung dengan ucapan Kaisar.

"Saat di kediaman dokter Louise."

"D-di kediaman dokter Louise?" Helcia meneguk salivanya, seketika itu sekelebat ingatan mengenai dirinya yang marah-marah pada Kaisar Alcacio tercetak jelas di otaknya. Kini Helcia benar-benar merasa malu untuk sekedar mengingatnya.

"Jahat sekali. Kau bahkan melupakannya."

Seketika itu juga Helcia gelagapan, entah kenapa sekarang ini ia merasa seperti seorang yang tak tau malu. Sudah dibiarkan hidup, diobati, diberi kamar mewah dan juga makanan enak, padahal sikapnya kemarin benar-benar kurang ajar sekali.

"Maafkan saya untuk yang waktu itu. Saya tidak bermaksud mengucapkannya, saat itu pikiran saya-"

"Ssstt! Aku tak butuh permintaan maafmu."

Ucapan Kaisar Alcacio membuat wajah Helcia menjadi pucat, apa kali ini ia akan benar-benar menyusul bibinya?

"Jadi.."

"Jadi, sebagai gantinya aku mau kau memberikanku sesuatu."

"Sesuatu?"

"Kalau kau tak bisa memberikannya, kau harus menuruti semua perkataanku tanpa terkecuali, baru aku akan memaafkanmu." Tanpa Helcia sadari Kaisar Alcacio tengah menahan senyum kemenangannya, berbagai macam rencana telah tersusun rapi di otaknya.

"M-memangnya Yang Mulia mau apa?" Entah kenapa jantung Helcia berdegup kencang, ia hanya berharap Kaisar Alcacio meminta hal yang masih bisa disanggupinya. Walau dalam lubuk hatinya yang terdalam gadis itu sama sekali tak yakin.

"Aku mau kau membawakanku surat perjanjian perbudakan yang dilakukan oleh Jenderal Kekaisaran Athelion pada suku Belenia yang telah tercatat 10 tahun lalu."

Tuh kan benar, Kaisar pasti memintanya hal-hal yang tidak masuk akal. Mana Helcia tau dimana surat perjanjian itu berada? Haruskah dia berkelana sendirian menuju Kekaisaran Athelion? Tidak, Helcia sama sekali tak mau. Gadis itu sudah tau dari awal tujuan Kaisar adalah membuatnya menuruti perintah pria itu tanpa terkecuali. Permintaannya hanyalah basa-basi untuk mempermainkan hatinya. Benar-benar pandai membuat muslihat.

"Anda meminta saya hal yang sangat tidak masuk akal sekali."

Kaisar Alcacio menaikkan sebelah alisnya, "benarkah? Aku kira kau pandai menyusup ke kerajaan orang lain."

Entah mengapa perkataan itu sedikit menyinggung hati Helcia, ucapan Kaisar terasa tepat sasaran sekali.

"Mana mungkin saya bisa melakukannya."

"Kalau begitu tak ada pilihan lain, kau harus menuruti semua perintahku tanpa terkecuali dan tanpa penolakan sekecil apapun, itu kan yang akan kau lakukan?"

Helcia sedikit menegang mendengarnya, untuk kedua kalinya ucapan Kaisar terasa tepat sasaran sekali lagi. Seakan ucapannya terdapat makna tersirat di dalamnya.

"B-baiklah."

Pria itu menyeringai kecil, seperti seorang singa yang telah berhasil menangkap mangsa kelincinya, Helcia merasa dirinya telah terperangkap sekali lagi di kandang seekor singa. Begitu berbahaya dan berkuasa. Gadis itu yang hanya seekor kelinci, memangnya bisa apa di hadapan singa yang sebagai raja hutan?

•|TBC|•

Continue Reading

You'll Also Like

390K 19K 65
[Sequel of "ECCEDENTESIAST"] GIEDENSERA #1 Cinta adalah suatu misteri yang terselubung sepanjang zaman, mengendap-endap di balik penampilan dan menja...
24K 927 13
Menceritakan tentang seorang gadis cantik bernama Axella Ly'na yang terjebak di tokoh figuran tidak penting apakah Ly'na bisa menaklukan para tokoh ...
2.7M 38K 29
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
3.8K 316 95
{ Novel Terjemah } Tidak 100% sempurna terjemahkan mandiri ◇ Follow dan vote sebelum membaca ◇ Follow untuk saran novel terjemah ◇ Tidak untuk di...