The Emperor's Maid (END)

By jcrrvaa_

451K 38.4K 1.4K

Rate: 16+ Elefthería series 1 •|•|• Negeri Elefthería, penuh kebebasan dan kedamaian, dipimpin oleh empat kek... More

Author's note + P R O L O G
C H A P T E R 1 : Misi Untuk Helcia
C H A P T E R 2 : Ibukota Sylhip
C H A P T E R 3 : Tugas Pertama
C H A P T E R 4 : Melayani Kaisar
C H A P T E R 5 : Para Selir Kaisar
C H A P T E R 6 : Hukuman kecil
C H A P T E R 7 : Hukuman Kecil (2)
C H A P T E R 8 : Ayrha Selina
C H A P T E R 10 : Pelayan Tetaplah Pelayan
C H A P T E R 9 : Kecurigaan
C H A P T E R 12 : Hestia Victorin
C H A P T E R 13 : Amarah
C H A P T E R 11 : Pangeran Ancius Estev D'Ousía
C H A P T E R 15 : Godaan Kaisar
C H A P T E R 16 : Masalah Baru
C H A P T E R 17 : Harga Diri
C H A P T E R 18 : Hukuman yang Sebenarnya
C H A P T E R 19 : Pelampiasan
C H A P T E R 14 : Fokus
C H A P T E R 21 : Istana Marine
C H A P T E R 22 : Terjebak Sekali Lagi
C H A P T E R 23 : Cara Khusus Sepasang Kekasih
C H A P T E R 24 : Menarik Perhatian Kaisar
C H A P T E R 25 : Kedatangan Herios Victorin
C H A P T E R 26 : Paviliun
C H A P T E R 27 : Teman Rahasia
C H A P T E R 28 : Ingatan Buruk
VISUALISASI
C H A P T E R 29 : Syarat
C H A P T E R 30 : Putri Elea
C H A P T E R 31 : Rekan Dalam Kejahatan
C H A P T E R 32 : Pria Bernetra Abu-abu
C H A P T E R 33 : Perayaan Panen
C H A P T E R 34 : Ares
C H A P T E R 35 : Liontin Asing
C H A P T E R 36 : Festival
C H A P T E R 37 : Skenario
C H A P T E R 38 : Menyangkal
C H A P T E R 39 : Kabur
C H A P T E R 40 : Pandangan Pertama Laise
C H A P T E R 41 : Menuju Sidang
C H A P T E R 42 : Keputusan Kaisar
C H A P T E R 43 : Membawa Kabur Helcia
C H A P T E R 44 : Duel
C H A P T E R 45 : Pengkhianat
C H A P T E R 46 : Masa Lalu
C H A P T E R 47 : Masa Lalu (2)
C H A P T E R 48 : Tawaran
C H A P T E R 49 : Bertemu Kembali
INFO new story + Q&A

C H A P T E R 20 : Ambisi

8.9K 823 23
By jcrrvaa_

"Marahnya sudah selesai, Sayang?"

Bisikin menggoda itu mengalun lembut di telinga Helcia. Namun tetap saja pikirannya terus merutuki kebodohan yang ia lakukan, bagaimana mungkin dirinya tak menyadari gaun tidurnya terbuka hingga menampilkan tubuh bagian atasnya? Daripada salah tingkah, rasa malu akan kecerobohannya lebih mendominasi.

Entah apa yang Kaisar pikirkan tentang dirinya saat ini. Ditambah lagi dirinya yang marah-marah pada Kaisar dengan frontalnya. Namun satu hal yang cukup membuat Helcia kembali kesal, bagaimana mungkin Kaisar masih bisa menggodanya di situasi seperti ini? Apalagi memanggilnya dengan sebutan 'Sayang', sebenarnya apa yang pria itu pikirkan? Atau jangan-jangan Kaisar ingin bermain-main dengan dirinya untuk terakhir kalinya sebelum menebaskan pedang pria itu pada lehernya?

Apa kali ini kepalanya benar-benar akan terpisah dari tubuhnya?

"Tolong jangan menggoda saya." Ketus Helcia.

Kaisar Alcacio terkekeh pelan, "wajahmu merona, Helcia."

"I-itu bukan urusan anda! Lebih baik Yang Mulia cepat membunuh saya."

Mendengar perkataan Helcia entah mengapa membuat perasaan Kaisar tak senang, "sayang sekali, tapi aku sedang tidak ingin repot-repot mengayunkan pedangku saat ini."

"Maksudnya.."

"Maksudnya, aku tidak ingin membunuh calon kekasih rahasiaku."

"Saya bukan calon kekasih rahasia anda!"

"Kalo begitu kau kekasih rahasiaku."

"Eugh.." Helcia memalingkan wajahnya, tak berniat kembali berdebat dengan Kaisar Alcacio. Tubuh dan pikirannya terlalu lelah untuk itu semua.

"Untuk sementara jangan lakukan pekerjaan apapun sampai kau benar-benar sembuh dan tinggallah di kediaman dokter Louise."

"Kenapa anda tidak membunuh saya saja?" Gumam Helcia dengan risau.

"Kenapa aku harus melakukannya?" Kaisar Alcacio balik bertanya, namun tak ada jawaban yang keluar dari mulut Helcia.

Pria itu menghela napas pelan, "aku akan membersihkan namamu. Tidak akan ada yang berani menghinamu. Jadi jangan khawatirkan hal itu." Ucap Kaisar seolah-olah pria itu tau isi pikiran Helcia.

"Kenapa Yang Mulia selalu tau apa yang saya pikiran?" Gadis itu mendongakkan kepalanya, menatap wajah Kaisar Alcacio yang tertutupi topeng.

"Memangnya itu penting?"

"Tentu saja, itu sedikit menyeramkan."

"Hm.. itu karena aku bisa membaca pikiran orang-orang." Kaisar Alcacio tersenyum miring, namun jawaban itu membuat Helcia membulatkan kedua matanya terkejut.

"B-benarkah?"

"Tentu saja."

"Jadi.."

"Tentu saja aku berbohong, pffth.." pria itu menahan tawanya melihat reaksi Helcia yang nampak begitu shock, lalu digantikan dengan raut wajah kesal.

"Kenapa kau sangat terkejut? Kau menyembunyikan sesuatu dariku, Helcia?" Pria itu berbisik pelan, mendekatkan wajahnya pada Helcia membuat hidung keduanya hampir bersentuhan. Terpaan napas hangat berbau mint dapat Helcia rasakan di wajahnya, sejenak gadis itu terpana akan mewahnya warna mata yang dimiliki pria itu.

"Tidak. Tentu saja tidak." Helcia dengan cepat menyanggah, menggelengkan kepalanya pelan berusaha meyakinkan Kaisar.

Hening beberapa saat sebelum Helcia kembali membuka suaranya, "Yang Mulia, saya ingin mengundurkan diri sebagai pelayan anda."

"Katakan sekali lagi."

"Saya ingin mengundurkan diri sebagai pelayan anda." Helcia menatap mata Kaisar Alcacio dengan berani, suaranya terdengar begitu yakin dan mantap. Namun reaksi berikutnya yang Kaisar berikan seketika membuat nyalinya menciut.

"Lakukanlah kalau kau tidak mau hidup dengan tenang, Helcia. Kau pikir aku akan mengizinkanmu?" Pria itu menatap tajam Helcia, labiumnya membentuk garis lurus, begitu datar dengan perkataan yang dingin.

"Kenapa tidak? Yang Mulia bisa mencari pelayan perempuan yang lain jika anda mau, kan?" Gadis itu kembali memberanikan dirinya, sejenak ia meneguk salivanya yang terasa kering dengan susah payah.

"Kalau aku maunya dirimu, bagaimana?"

"Tapi saya-"

"Kau tidak berniat membuatku mengurungmu di kamarku kan, Helcia?" Tangan yang terasa hangat dan kasar itu mencengkeram pelan pinggang Helcia, membuat gadis itu merinding seketika.

"T-tidak."

"Aku tarik ucapanku sebelumnya, aku akan menyiapkan kamar di istana Marine untukmu. Kau tidak perlu menginap di kediaman Dokter Louise."

"Eh? Tapi kan saya-"

"Tidak ada kata tapi."

"Bagaimana jika selir-selir Yang Mulia kembali memiliki kesalahpahaman pada saya?" Helcia meremas kuat jubah tidur yang Kaisar kenakan, entah kenapa sekarang rasanya gadis itu seperti menjadi selingkuhan suami orang. Walau mungkin bisa saja dibilang seperti itu.

"Helcia, menurutmu seberapa besar pengaruh selir terhadapku?"

"Huh? Emh.."

"Tidak ada. Aku bisa melakukan apapun yang ingin kulakukan tanpa terkecuali, karena aku yang berkuasa disini. Biarkanlah mereka salah paham padamu, karena itu memang benar. Asalkan mereka tidak mengambil tindakan lebih jauh seperti yang Putri Illiana lakukan."

"Baiklah.." ucap Helcia dengan pasrah, walau sebenarnya ia sedikit tergelak dengan perkataan Kaisar. Mau tidak mau Helcia harus menurut pada pria itu, karena ia tak tau apa yang akan Kaisar Alcacio lakukan jika dirinya tak menuruti perkataannya.

"Jangan memikirkan apapun dan fokus saja untuk kesembuhanmu. Aku akan menyuruh pelayan untuk membawakan makanan."

"Kalau begitu saya ingin mengganti pakaian dulu," Helcia menatap Kaisar dengan raut yang meminta pria itu untuk keluar dari ruangannya. Gadis itu tak mau mengatakannya langsung karena takut Kaisar Alcacio akan tersinggung dengan ucapannya.

"Mau ku bantu melepaskan pakaianmu?" Bisikan dengan nada menggoda itu mengalun lembut di telinga Helcia, membuat bulu kuduknya berdiri dengan wajah yang merona merah.

"Tidak perlu! Saya bisa melakukannya sendiri."

"Benarkah? Tanganmu kan sedang sakit, benar tidak mau?" Labium itu menyeringai pelan, Kaisar Alcacio tampak sangat menikmati raut wajah Helcia yang bercampur antara kesal dan malu. Entah kenapa dia senang sekali menggoda Helcia.

"S-saya bisa meminta bantuan Dokter Louise."

"Nanti kau akan merepotkannya, loh. Dokter Louise juga masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dia lakukan."

"Akan lebih merepotkan kalau Yang Mulia yang melakukannya."

"Kalau hanya melepaskan satu helai pakaian bukan masalah untukku. Lagipula.." pria itu menggantung ucapannya, tersenyum misterius pada Helcia yang entah mengapa membuat jantung gadis itu berdebar lebih kencang.

"L-lagipula apa?"

"Tidak, bukan apa-apa." Walau Kaisar mengatakannya dengan senyuman manisnya, entah kenapa hal itu justru membuat Helcia takut. Otaknya seakan bisa merasakan adanya bahaya yang bisa datang kapan saja dari pria yang sedang memangkunya saat ini.

Kaisar Alcacio mengangkat tubuh Helcia dengan lembut, menaruhnya di atas ranjang secara perlahan. Pria itu mengelus pelan surai panjang Helcia lalu menghirupnya dengan lembut, menikmati aroma manis yang keluar dari surai Helcia.

"Mulai nanti malam kau akan tinggal di istana Marine. Aku akan menyuruh Airos untuk menyiapkan semuanya." Kaisar Alcacio menundukkan wajahnya menatap Helcia yang duduk di ranjang dengan tubuh yang masih dibaluti oleh selimut. Manik emasnya dapat melihat tangan Helcia yang menggenggam erat selimut itu agar tak jatuh lagi hingga memperlihatkan tubuh atasnya. Sepertinya gadis itu sangat waspada.

"Bagaimana jika ada yang bertanya?"

"Katakan saja aku membutuhkanmu setiap saat karena hanya kau lah satu-satunya pelayan pribadiku, maka dari itu agar aku mudah memanggilmu, kau kuizinkan tinggal di istana Marine."

Helcia mengangguk paham mendengar jawaban Kaisar yang masuk akal, "tapi saya hanya akan tinggal di sana sampai saya sembuh, kan?"

Kaisar Alcacio terdiam sesaat, "kita lihat ke depannya."

Bukannya memberikan jawaban yang pasti, Kaisar malah mengecup pipi Helcia sesaat lalu langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. Sedangkan gadis itu dalam hati menggerutu kesal akan perlakuan Kaisar Alcacio yang masih saja seenaknya. Belum lagi pria itu memberikannya jawaban yang ambigu, namun hatinya sedikit bernapas lega setelah Kaisar keluar dari ruangan. Entah kenapa pundaknya terasa lebih ringan. Berdua bersama Kaisar di dalam satu ruangan membuatnya merasakan atmosfer yang lebih menekan.

•••

Tangisan itu terdengar pilu, memenuhi seisi ruangan dengan ornamen-ornamen mewah yang mendominasi. Namun sayangnya, beberapa barang terlihat pecah dan berserakan di atas lantai. Tepukan kecil yang berusaha menenangkan sang puan bahkan tak membantu apapun, dadanya terlalu sesak untuk ia memperhatikan sekitarnya.

Putri Illiana Zexius, wanita itu duduk di lantai dengan tangan dan kepala yang bertumpu pada sisi ranjang. Tubuhnya terlihat gemetar dengan isakan yang terus menerus keluar. Semua selir berkumpul di dalam kamarnya, berusaha menenangkannya sebisa mungkin, walau semua itu Putri Illiana hiraukan.

"Yang Mulia mungkin sedang lelah dan memiliki banyak pikiran, makanya dia memutuskan hukuman itu tanpa berpikir panjang." Ucap Putri Pheony yang masih berusaha menenangkan Putri Illiana.

"Tidak apa-apa. Mungkin dengan sedikit bujukan Yang Mulia akan mengerti." Tambah Putri Elea.

"P-padahal kan aku hanya salah paham, kenapa harus sampai seperti ini? Bahkan Yang Mulia menyuruhku meminta maaf pada pelayan itu.. memangnya ada majikan yang merendahkan dirinya untuk pelayannya?" Putri Illiana mengangkat wajahnya, matanya terlihat begitu sembab dengan hidung yang memerah. Labiumnya juga nampak bergetar setiap kali ia bersuara.

"Benar, menurutku juga itu terlalu berlebihan. Memangnya harga diri pelayan itu lebih penting daripada kita? Dia hanya rakyat jelata yang kebetulan bisa menjadi pelayan Yang Mulia. Aku takut dia akan lebih besar kepala karena masalah ini." Putri Siona mengangkat suara, raut wajahnya terlihat tak senang dengan apa yang ia bicarakan. Bahkan dahinya ikut mengerut kesal mengingat Helcia yang menurutnya selalu menempel pada Kaisar Alcacio.

"Putri-putri sekalian, kalian tidak mau kan kalau pelayan rendahan itu merebut hati Yang Mulia? Kalau begitu kenapa kita harus diam saja? Bukankah kita harus melakukan sesuatu?" Putri Pheony berusaha menarik para selir Kaisar untuk melakukan sesuatu daripada hanya diam melihat semuanya mengalir begitu saja. Putri Pheony termasuk salah satu selir yang paling ambisius dengan keinginannya, apalagi jika itu menyangkut Kaisar Alcacio, pria pujaan hatinya.

"Apa yang bisa kita lakukan?"

"Tentu saja banyak, namun yang paling utama, kita harus melakukannya dengan halus." Putri Pheony tersenyum menatap para selir di hadapannya, wanita itu terlihat begitu yakin dengan perkataannya.

"Sepertinya aku tau.."

"Emh.. maaf mengganggu pembicaraan kita, tapi aku ingin bersiap untuk menyambut kakakku yang akan datang tiga hari lagi, jadi.. aku harus pergi sekarang. Semoga cahaya Exousía selalu menyinari putri-putri sekalian."

Hestia yang sedari tadi diam kini mengangkat suaranya, memberikan salam dengan anggunnya untuk berpamitan pada para selir Kaisar yang lainnya.

"Kalau begitu berhati-hatilah." Putri Elea tersenyum, melambaikan tangannya pelan menyambut kepergian Hestia. Sedangkan yang lain hanya menjawab secara singkat, berbeda dengan Putri Siona yang diam-diam menatap tak suka pada Hestia.

Sedari tadi pikiran Hestia terus berkecamuk. Bahkan telinganya sama sekali tak mendengarkan percakapan para selir lainnya mengenai masalah yang dialami oleh Putri Illiana. Pikiran wanita itu terus tertuju pada Helcia dan Kaisar, lebih tepatnya hubungan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka yang selama ini Kaisar dan Helcia sembunyikan.

Hestia tentu saja merasa cemas seperti yang dirasakan para selir lainnya, namun wanita itu lebih suka memikirkan atau melakukan sesuatu dengan sendiri, karena sejatinya wanita itu sama sekali tak peduli dengan apapun selain dirinya sendiri. Sifat egois yang sudah mendarah daging di keluarga Victorin benar-benar melekat pada dirinya.

Entah dia yang menginginkan Kaisar bagaimanapun keadaannya, ayahnya yang berambisi untuk menjadikannya permaisuri Kekaisaran Exousía, kakaknya yang hanya peduli pada kerajaannya ataupun Helcia yang kabur dari kerajaan karena mementingkan dirinya sendiri. Hanya ikatan darah yang menghubungkan mereka, selain itu mereka hanyalah orang asing yang mementingkan dirinya sendiri.

Mendengar rumor Kaisar yang memperlakukan Helcia dengan spesial membuat hatinya dirundung gelisah. Padahal sebelumnya ia sudah mengingatkan Helcia untuk tidak dekat-dekat dengan Kaisar Alcacio, namun sepertinya perkataannya itu Helcia hiraukan. Bahkan kini Hestia merasa adiknya telah mengkhianatinya, menusuknya dari belakang demi mengambil pujaan hatinya.

Walau Helcia adalah adiknya sekalipun, Hestia sama sekali tak peduli. Jika Helcia bisa, maka dirinya harus melampaui Helcia. Ia bahkan tak peduli dengan rencana para selir Kaisar yang entah apa isinya, Hestia akan mengambil hati pria itu dengan caranya sendiri. Hingga akhir pun, Hestia hanya ingin Kaisar Alcacio menjadi miliknya.

•|TBC|•

Entah kenapa aku ngerasa helcia yg jadi pelakor secara ga langsung🤧😭 Tp gapapa, kapan lagi bisa deket sm kaisar y kan😏

See u~!!

Continue Reading

You'll Also Like

32.1K 2.1K 26
"Love is a struggle between two give up or persist." *** Pertolongan yang Sergev berikan pada Angeline tidak gratis. Selain menjadi sekretaris, Serge...
2.6M 38K 29
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
23.9K 921 13
Menceritakan tentang seorang gadis cantik bernama Axella Ly'na yang terjebak di tokoh figuran tidak penting apakah Ly'na bisa menaklukan para tokoh ...
390K 19K 65
[Sequel of "ECCEDENTESIAST"] GIEDENSERA #1 Cinta adalah suatu misteri yang terselubung sepanjang zaman, mengendap-endap di balik penampilan dan menja...