The Theory of Metanoia

By cheesydorian

5.4K 1.2K 5.4K

Adam Wistletone memiliki segalanya. Namun, ada satu kecacatan yang tak bisa diperbaiki seorang pun  termasuk... More

THE THEORY OF METANOIA
PROLOG
─ i: "INVISIBLE PRISONER"
─ ii: "THE KING OF YOUR COUNTRY NEED YOU"
─ iii: "THE YOUNGEST MISERY"
─ iv: "IMPOSSIBLE DUTY FOR THIS YOUNG MAN"
─ v: "THE SCALE MUST BE BALANCED"
─ vi: "WOEFUL BRAVURA"
─ vii: "UTTERED SYLLABLES AGAINST THE DOOR"
─ viii: "INTO THE NEMESIS DWELL"
─ ix: "THE UNFATHOMABLE DESTINY CARVED IN ENCRYPTION"
─ x: "THE BATTLEFIELD BEHIND CALCULATIONS"
─ xi. "RETELL SNOWFLAKES MEMOIR BEFORE ENIGMA"
─ xii: "IS THERE DOUBLE NAVAL ENIGMA?"
─ xiii: "BLAZING FIRE AND BRONZE LOGIC"
─ xiv: "IN THE PLAYFAIR CIPHER ENCRYPTION"
─ xvi: "B FOR BLITZ, B FOR BOMBE"
─ xvii: "SZCMV"
─ xviii: "PREFIX CONFERENCE"
─ xix: "A PRESENT FROM ABWEHR"
─ xx: "WAFTING PREJUDICES"
─ xxi: "THE MAN WHO CALLED HIM ICARUS"
─ xxii: "SOLSTICE SIMULATION"
─ xxiii: "FLAXEN FAREWELL"
─ xxiv: "DECIPHER OF FALLACY"
─ xxv: "HIS UNVEIL ENIGMA"
─ xxvi: "THE EPOCH OF A REVOLUTIONARY"
─ xxvii: "KAFKAESQUE"
─ xxviii: "SACRED TESTAMENT"
─ xxix: "THE FLUSTER ALIBI"
─ xxx: "WHOSE VOICE CRIES THE AGONY OF FRONT?"
─ xxxi: "RED MENACE"
─ xxxii: "OUR ROADS EXTRAPOLATING DIFFERENT STORY"
─ xxxiii: "THE CREATOR OF IMITATION FAITH"
─ xxxiv: "A ROOM FOR TWO"
─ xxxv: "THE BOY WHO CRIED WOLF"

─ xv: "BOTH ARE PERSPECTIVES"

124 37 175
By cheesydorian

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

continuation of the conversation
of two brothers dedicated to
rhosyng as my gratitude
for her massive support

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

THE THEORY OF METANOIA

CHAPTER FIFTEEN • BOTH ARE PERSPECTIVES

Trustworthy.

         TIDAK ada alasan yang mampu membuat Adam menumpahkan amarah dan kata berdarah untuk menyanggah label yang Richard berikan padanya. Seolah ucapan Richard sebuah kebenaran konkrit, ia hanya terdiam selagi menurunkan atensi sebelum memutar leher untuk menatap seekor bebek berenang di atas danau. Richard pun tak menyimpan penyesalan atau rasa bersalah sebab Adam tak berani menantang ucapan yang menurutnya benar. Justru, Richard merencanakan untuk mengupas tuntas sifat yang tak bersedia Adam akui tumbuh bersamanya.

       "Kau seperti korban politik uang, Adam. Suaramu dibeli sehingga kau tak bisa menyuarakan kebenaran." Itu cukup menampar Adam yang baru saja menggigit bibir dalamnya selagi jemari bergulat di dalam saku celana. "Kau pintar, kemungkinan tahu lebih banyak kebenaran tentang ayah dan dunia daripada diriku, tapi kau tak mempunyai keberanian. Revolusi hanya untuk orang-orang yang berani. Kau tak lahir untuk itu."

       "Terima kasih untuk penilaiannya," jawabnya manakala leher terputar mengembalikan atensi kepada sang adik untuk sementara, "tapi kau harus berhati-hati dengan keberanianmu karena itu bisa menyebabkan kegagalan. Kau sudah mencicipi kegagalan dan menolak belajar dari itu. Kita memang berbeda dan tak akan pernah sama."

       Pernyataan Adam mengerutkan sepasang alisnya. Namun, Adam yang kini menampakkan senyuman kecil melanjutkan, "Pengkhianat tak akan berteriak di depan orang yang dikhianatinya karena mereka tahu, mereka akan ketahuan. Jadi, mereka mengambil langkah di balik bayangan untuk mencapai cita-citanya dan mengkhianati kelompok tertentu. Dan kau," kata akhir yang diberi penekanan itu menarik perhatian Richard, "tak bisa menghentikan kapitalisme ayah jika terus menyorakinya karena kau akan ketahuan ingin melawan. Aku tak suka dengan hal-hal yang mencolok, karena itu menjadi pusat perhatian. Caraku untuk bergerak di balik bayangan cukup menyelamatkan harga diri dan upaya mewujudkan mimpiku. Kau tak bisa menyebutku seorang pengecut hanya karena aku mengambil langkah yang berbeda. Hitler harus menghargai perbedaan, dan kurasa kau juga demikian."

       Kini, justru Richard yang terdiam tak mampu melontarkan sepatah kata pun seolah menyetujui pernyataan Adam. Memori yang menyeretnya ke masa lalu pun membenarkan asumsi Adam yang mana dirinya sudah berkali-kali menerima perlakuan tak menyenangkan dari Archibald Wistletone karena aksi yang mencolok di depan mata. Sementara Adam, entahlah apa yang ia lakukan di balik bayangan untuk melawan Archibald si fanatik kapitalisme. Bahkan Richard tak bisa memperkirakan usaha apa yang sudah ia jalankan hingga saat ini untuk menampakkan anti-kapitalis yang dijunjungnya.

       "Bukankah sudah kukatakan untuk tak melawan secara langsung? Saat ini, dia punya kekuasaan dan uang. Mustahil untuk merebut itu di depan matanya. Kurasa kita sudah membahas ini di mobil hari itu. Kau sungguh keras kepala menolak nasihatku karena kau selalu ingin mengungguliku, bukan?" Lagi, pernyataan itu menarik perhatian Richard. "Kau ingin menemukan kecacatanku sehingga kau bisa menunjukkan kelebihanmu untuk menarik perhatian ayah. Itu tak akan terwujud jika begitu cara kerja seorang reformis yang kau pilih—kasatmata."

       Richard menundukkan kepala seketika bersamaan dengan bibirnya yang mengerucutkan kekesalan. Tak pernah sekalipun dalam hidupnya ia merasa terima jika Adam merendahkannya secara langsung seperti ini. Namun, menyerang secara fisik atau ucapan dalam nada tinggi tampaknya akan lebih menurunkan harga diri. Maka ia terdiam selagi hati meneriakkan sumpah serapah untuk kakak yang kelewat pintar sebagai teman obrolan.

       "Cobalah kendalikan emosi dan bakat bicaramu, Richard. Kau tak bisa mendapatkan apa yang kau mau jika kau tak persuasif dan manipulatif. Bakat bicaramu bisa bekerja dengan hal itu, dan mereka akan terwujud apabila kau mengubah sikapmu di hadapan ayah. Turuti apa yang ia mau, tusuk dia jika kau sudah memiliki kekuatan. Kurasa, kita anak paling durhaka di dunia."

       Hilang sudah kekesalan Richard karena kalimat terakhir yang Adam lontarkan. Kekehannya justru terdengar seirama dengan Adam yang mengerti ketidaksukaan Richard apabila tampak bodoh di hadapan orang lain—terlebih Adam. Apabila menyinggung Richard, rasanya Adam sudah kehilangan kekuatan untuk menjadi kolot dalam sebuah perdebatan seolah sang adik adalah pujaan hati. Bahkan hingga saat ini, analisis Adam guna menemukan penyebab di balik kepedulian yang berlebihan pada sang adik belum berhasil ia temukan.

       Pemuda yang telah menyelesaikan tawanya pun mengangguk kemudian. "Tak ada yang seperti kita. Mungkin, Tuhan memang sudah membuat takdir itu untuk menghentikan tindakan ayah yang tak kunjung diulas publik. Sebenarnya aneh jika orang seperti Attlee tak tahu soal ini. Tapi bisa saja Attlee menolak mengakuinya karena ia juga ingin mengambil keuntungan, bukan? Padahal dia pemimpin partai buruh. Namun, pekerja ayah yang dilabeli buruh dibiarkan menderita di bawah pujian yang ia lontarkan untuk ayah. Motifnya sama pula, ayah menerima pekerja di atas empat puluh tahun."

       "Ya," gumam Adam kini menyandarkan salah satu lengan pada kepala bangku taman, "dan kau tahu keuntungan apa yang Attlee perjuangkan?"

       Richard terdiam untuk sesaat. Iris tertuju pada dedaunan di atas kepala yang menari-menari menguping percakapan keduanya sementara mimik tampak memikirkan sesuatu.

       "Kau?" Adam mengangkat alisnya. "Maksudku, kau keuntungannya karena dia ingin Marlene menikah denganmu suatu hari nanti. Jika Attlee menentang ayah, maka dia tak bisa mendapatkanmu. Terkadang aku punya firasat jika Attlee menjadikanmu menantunya untuk ditarik ke lubang politik. Dia pasti tahu terkadang kau menjelma menjadi kritikus politik untuk mengkritik orang-orang pemerintahan melalui tulisanmu yang menyebut mereka sebagai metafora saja."

       "Mungkin, tapi aku tak bisa bergabung dengan politik Inggris karena aku seorang komunis. Di sebuah pertemuan politik, mereka akan membiarkanku mengungkap sudut pandang politikku, dan ucapanku kentara sekali merujuk pada komunisme. Karier politikku akan berhenti saat itu juga sementara ayah berusaha mengembalikan nama baikku bagaimanapun caranya."

       "Menarik," jawab Richard seraya mengetuk-etukkan telunjuk pada dagu. "Aku menantikan saat itu yang kutebak tak akan kau lakukan karena dirimu bekerja di balik bayangan. Terdengar seperti pengecut bagiku."

       "Tapi brilian," tambahnya cepat dan Richard tak bisa menyanggah itu. "Lalu kau sendiri. Ahli menguping, hmm?" Adiknya tak mengerti dengan tuduhan itu ketika kalimat yang Adam lontarkan tak diprediksi akan didengarnya. "Atau ahli menyelinap?"

       "Pergantian topik obrolan ini begitu cepat. Bahkan transisinya nyaris tak tampak. Kau menyinggung itu untuk kasus apa, huh?"

       Lontaran gelitik tawa Adam diperdengarkan. "Untuk kasus kau—entah bagaimana—mengetahui nomor telepon Bletchley dan meneleponku. Kurasa, aku bahkan tak memberitahumu di mana aku bekerja."

       Maka tangan Richard terlambung untuk menampar udara. Seolah percakapannya akan menjadi dongeng yang menarik, ia membenarkan posisi agar lebih menyamping di hadapan Adam. Sementara sang kakak tak memiliki alasan untuk menurunkan tarikan sudut bibir karena ia tahu, perjalanan Richard untuk mengungkap sesuatu selalu menyenangkan.

       "Jadi, saat Natal, Attlee dan keluarganya datang untuk makan malam. Tuhan! Dia mengajak kelima anaknya! Membuatku seolah memiliki lima saudara karena kami mengambil foto di sore hari begitu mereka tiba!" Tak diragukan kharisma dari pembukaan kisah Richard yang sudah mendorong tawanya untuk terlontar.

       Richard sendiri sempat tertawa beberapa saat hingga suaranya menjadi gagap untuk dibenarkan. "Setelah makan malam, ibu, Nyonya Attlee, dan Janet Attlee mengobrol di ruang rekreasi sementara aku, Martin, Felicity, Marlene, dan Allison Attlee ada di perpustakaan bersama. Kami membicarakan Operasi Pied Piper, tapi itu terlalu membosankan karena mereka justru merencanakan kegiatan selama operasi. Mereka masih anak-anak! Putri tertua Attlee dua tahun lebih muda dariku."

       Tawa Adam diperkeras bahkan gelengan kepala sempat ditunjukkan sebagai wujud menikmati kisah yang Richard sampaikan.

       "Karena aku bosan, maka kutinggalkan perpustakaan dan beralasan ingin ke kamar mandi. Tapi di ruang kerja ayah, aku mendengar obrolannya dengan Attlee yang membicarakanmu. Lalu ayah berkata kau bekerja di pabrik radio di Bletchley, maka aku mencari nomornya melalui buku telepon ayah. Awalnya aku ingin menelepon karena mati kebosanan di Norfolk, tapi kuurungkan. Akhirnya aku mendapat telepon dari Eton bahwa sekolah kembali dibuka dan aku memiliki alasan untuk meneleponmu atas nama Attlee karena aku tak ingin berpura-pura menjadi ayah."

       Dengan sisa tawanya, Adam menjawab, "Menarik." Setelah tawanya sirna, ia berkata, "Bagaimana dengan liburannya di Norfolk? Bukankah kau berkata Marlene pergi ke sana alih-alih penginapan untuk anak-anak operasi? Apakah menyenangkan?"

       "Cukup. Kami bermain kriket seharian penuh dan Janet gadis yang pintar. Aku belajar kriptografi dengannya tapi Marlene lebih suka menyulam dan membenci perhitungan. Tampaknya memang bukan tipe gadis yang akan kau sukai, eh?" Adam hanya meninggikan senyumannya. "Martin berlari sangat cepat. Kusarankan dia untuk menjadi atlit lari dan Allison suka sekali mengambilkan bola ketika kami memukulnya terlalu jauh. Itu membuat ibu memarahiku karena aku yang tertua di antara mereka."

       Adam tak bisa menyembunyikan tawa lainnya yang terlanjur dilontarkan. "Felicity tak banyak bicara dan lebih suka membantu ibu, Nyonya Attlee, dan nenek. Tapi sekalinya dia membuka mulut, kata-katanya akan membungkam mulut siapa pun. Kurasa dia pintar menyindir orang dan bukan tipe yang suka basa-basi. Dia lebih cocok untukmu ketimbang Marlene. Dia juga lebih tua begitu pula Janet. Lalu mengapa Marlene yang dijodohkan denganmu?"

       "Mengapa aku harus menjawabnya? Apa kau menyukai Marlene?" Richard menggeleng cepat. Wajahnya gelagapan ketika hati berdegup lebih kencang untuk sesaat. "Jika kau penasaran dengan jawabannya, akan kuberitahu walaupun itu tak menyenangkan."

       Sang adik membenarkan posisi duduk seolah siap mendengar kebenaran sementara Adam tak bisa menurunkan senyumannya. "Karena Marlene yang tercantik di antara mereka. Attlee sudah melirikku sejak berita soal kelebihanku dimuat di koran dan begitu ia menawarkan perjodohan, ayah lah yang memilih calonnya, bukan Attlee. Tapi untuk Attlee, tak penting siapa putrinya yang akan menikah denganku asalkan perjodohan itu tetap terjadi."

       Si lawan bicara yang terdiam karena memikirkan sesuatu kini menjawab, "Tapi Janet sepertinya menyukaimu. Maksudku, dia lebih sering menanyakan tentangmu padaku daripada Marlene. Justru Marlene tampaknya tak peduli denganmu."

       Setelah kekehan lainnya, Adam menjawab, "Apa pun keputusan anak-anak Attlee ataupun keputusanku, kami tak bisa lari dari hal yang sudah ditetapkan, bukan? Tak peduli Marlene membenciku ataupun aku yang tak bisa mencintainya, kita harus menikah suatu saat nanti. Atau bagaimanapun Janet kenyataannya mencintaiku, itu tak akan mengubah perjanjian Attlee dan ayah. Bersyukurlah kau berhasil membebaskan dirimu sendiri dari perjodohan yang hampir ayah ikat antara dirimu dengan Clara Malcolm."

       "Hail Richard. Orang-orang harus memberiku penghormatan karena berhasil menggagalkan usaha ayah untuk menjodohkan putra termudanya dengan gadis asing yang bahkan tak kuketahui ada di dunia."

       Lagi, tawa kembali Adam lontarkan seketika. Tampaknya ia bisa merasa benar-benar bahagia jika bersama Richard. Sebab selama di Bletchley pun, dia belum pernah tertawa sebanyak ini di sebuah percakapan yang tercipta. Rasanya, semua beban soal Enigma dalam kepala sudah runtuh karena sang adik yang hingga saat ini belum berhenti mengoceh.

       Sama seperti angin yang tak berhenti bertiup di pertengahan Januari, kata-kata Richard bersatu dengan itu dan Adam kesulitan menemukan celah untuk menyelipkan katanya di sana. Mengerti sang kakak ingin menyampaikan sesuatu, Richard pun bersedia menutup mulut seketika meskipun liburannya di Norfolk bersama putra-putri Attlee cukup menarik, terlebih jika Richard menyinggung kelebihan pribadi.

       "Jangan berhenti mempelajari kriptografi, mengerti?" Ia mengangguk. "Juga, kembali pelajari kalkulus tingkat lanjut termasuk statiska dan probabilitas bersyarat. Itu semua akan kau butuhkan untuk bisa menghindari perang. Jangan berhenti belajar hingga surat dariku kau terima. Kemungkinan Mei aku akan mengirimnya. Setidaknya, kau harus menyelesaikan pendidikanmu lebih dulu."

       "Mengapa harus mempelajari itu semua? Kau tak harus mengetahui kalkulus untuk membuat radio. Maksudku, limit, integral, diferensial terlebih statiska dan probabilitas bersyarat, untuk apa? Kau membuatku semakin penasaran dan tipuanmu semakin kentara. Kau tak membuat radio di sana, bukan?" Adam hanya tersenyum. "Apa yang kau lakukan di sana jika itu menyinggung perhitungan? Tak mungkin kau menentukan harga radio dan memperkirakan untung-ruginya."

       Gelengan Richard saksikan bersamaan dengan kekehan yang sukar hilang. "Tidak!" Suaranya meninggi karena tawa yang mendorong Richard untuk menarik sepasang sudut bibir. "Maksudku, ya. Ya, aku membutuhkan perhitungan untuk bekerja di sana karena aku bekerja di bagian dalam, bukan di pabriknya."

       "Dan apa yang orang bagian dalam lakukan jika itu menyinggung radio dan perhitungan?"

       Meskipun sudut bibir tak pergi ke arah sebaliknya, itu tak menghapus tanda tanya Richard di saat Adam di ujung tanduk untuk memberitahu kebenaran yang justru ia alihkan melalui kalimat, "Kami mengirim pesan soal perang melalui sambungan radio untuk membantu Operasi Pied Piper dan Angkatan Laut Inggris di divisiku. Jadi, bersediakah kau bergabung Angkatan Laut jika gagal bekerja di Bletchley? Ya, kita bisa berkomunikasi melalui pesan itu agar kau merasa aman dan dekat dengan rumah."

       "Apa sesulit itu untuk bekerja di sana sehingga kau memberikan saran dan rencana kedua jika gagal? Rasanya aku lebih nyaman mengirim pesan soal perang ketimbang ikut perang. Dan Angkatan Laut? Itu akan membuatku sama seperti ayah. Aku tak ingin melakukan hal yang dilakukannya."

       Embusan napas pun menggantikan senyuman Adam yang sempat merekah. "Tapi kau harus, Richard. Hanya dengan cara itu kau akan baik-baik saja karena aku bisa mengawasimu," suaranya menghilang ketika netra berkedip gagal menyangkal fakta, "mungkin," sambungnya sehingga Richard melebarkan bola mata.

       "Tapi jangan khawatir, kau tak akan kehilanganku dan akan kupastikan kau pulang masih bernyawa." Itu kalimat yang Adam lontarkan melalui bibirnya. Sementara yang ia lontarkan melalui hati mengatakan, "Hanya jika aku berhasil memecahkan Enigma. Dan aku akan bekerja keras untuk memecahkannya jika kau terpaksa ikut perang."

       Hilang sudah afeksi mereka untuk melanjutkan topik serupa atau menggantinya dengan sesuatu yang lebih menyenangkan. Terlebih ketika Richard menundukkan kepala dan menampakkan kekhawatiran sehingga Adam hanya bisa terdiam menunggunya melontarkan isi hati yang Adam ketahui pastilah tak senang mendengar kalimatnya baru saja.

       Ketika atensi menabrak milik Adam, ia berkata, "Bisakah tak membicarakan ini sekarang? Aku sedang tak ingin membicarakan perang karena aku yakin bisa menguasai segala hal yang kau katakan untuk bergabung denganmu."

       Tangan Adam terulur untuk meremas pelan bahunya mencoba menguatkan. Tarikan sudut bibir menuju angkasa pun ditampakkan ketika salju perlahan-lahan kembali berjatuhan. Mengingat sebuah permainan baru saja menyentil kepala Adam, ia segera berkata, "Dan permainan jangka panjang itu, Richard. Kukatakan soal pekerjaanku di Bletchley dan kau sudah berjanji untuk merahasiakannya atau kau harus membunuh dirimu sendiri."

       Berkat topik baru yang diangkat, Richard berhasil menampakkan senyuman tipis. "Aku tak berencana memberitahu orang lain tentang itu. Dan aku tak akan mati hanya karena melanggar janji. Aku ingin dipercaya, jadi aku tak akan melakukan hal yang paling kau takutkan untuk alasan yang tak kuketahui."

       Telapak tangan segera Adam jauhkan dari bahu Richard. "Itu tak penting dibicarakan karena nantinya kau akan tahu jika sudah menjadi bagian dari pabrik radio itu. Sedangkan yang terpenting adalah hal yang baru saja kau singgung; bisa dipercaya."

◖ ᪥ ◗

29.7.2022

°tolong pertimbangkan untuk memberikan vote dan/atau komentar jika kalian menyukai cerita ini karena itulah bentuk dukungan kalian.
cheesydorian

Continue Reading

You'll Also Like

BITTER TRUTH [END] By Angel

Historical Fiction

8.5M 1.1M 91
"Buktikan bahwa bukan kau yang meracuninya dengan pedang ini" ucap Duke Hevadal dengan wajah yang sedingin dinginnya pada putri kandungnya sendiri El...
558K 72.8K 57
Jenaka adalah seorang kutu buku yang tengah mempersiapkan Ujian Akhir Sekolah. Jenaka tinggal bersama nenek buyutnya yang mengidap Dementia. Suatu ha...
575K 27.5K 44
"Anjing sekali everybody, yakali gue tidur langsung beda dunia" Bagaimana jadinya seorang Queena Selvi Dealova Kenward jiwa masa depan bertransmigras...
4.2M 575K 69
18+ HISTORICAL ROMANCE (VICTORIAN ERA/ENGLAND) Inggris pada masa Ratu Victoria Sebelum meninggal, ibu dari Kaytlin dan Lisette Stewart de Vere menyer...