Strong Girl Michella (END)

بواسطة oktavia5918

177K 8.6K 3K

[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] { Harap tinggalkan jejak dengan cara memberi vote dan komen disetiap part} Bagaima... المزيد

Prolog
1.Pagi Yang Sial
2.Teman Baru
3.Ketos Sialan!
4.Kenakalan Michel
5.Perjodohan
6.Terima atau Tolak?
7.Pertemuan Dua Keluarga
8.Meminta Restu
9.Permainan Kata
10.Perpustakaan
11.Digrebek Guru
12.Trut or Dare
13.Married
14.Malam Pertama
15.Perkara Baju
16.Michel dan Kebodohannya
17.Gombalan Maut
18.Membaca Pikiran Cowo
19.Setitik Rasa
20.Hari Boker Sedunia
21.Kenyataan Pahit
22.Tamparan Keras
23.Mencoba Bangkit
24.Teman Laknat!
25.Salah Siapa?
26.Sang Penolong
27.Tumbuh Rasa?
28.Surat Perjanjian
29.Why?
Dikasih Info Maszehhh...
30.Perdebatan
31.PDKT
32.Selfie
33.First Kiss
34.Mall
35.Aurel's Birthday
36.Drama Kantin
37.Sasimo dan Gigolo
38.Bullying {1}
39.Khawatir
40.Bullying {2}
41.Skorsing
42.Penjelasan
43.Nobar
44.Skin to Skin
45.Permintaan Maaf
46.破壊の火
47.Manja
48.Pasar Malam
49.Salah Paham
50.Camping
51.Pertengkaran
53. Pengorbanan
54.Jauh Berbeda
55.Sakit
56.Cerita Masalalu
57. Bertemu Mama
58.Bunuh Diri
59.Retaknya Persahabatan
60.Berita Kematian?
61.Putus
62.Rumah Kedua
63.Kecurigaan Nathan
64.Kerandoman Devano
65.Urgent
66.Penusukan
67.Selamat Jalan, Aurel!!
68.Toxic Relationship
69.Malaikat Pelindung
70.Cerai??
71.Penyelidikan
72.Fakta Mengejutkan
73.Menepati Janji
74.Michel Pulang
75.Bertemu Kembali
76.Sama-Sama Berjuang
77.Bertukar Peran
78.Perjuangan Devano
79.Duel Basket
80.Misi Penyelamatan
81.Yang Terbaik (END)
EPILOG
EXTRA PART??

52.Michel Hilang

2.4K 101 58
بواسطة oktavia5918

"Jika kamu tidak dicintai oleh seseorang dengan cara yang kamu mau, maka cintailah cara dia mencintaimu."
-Devano Albert Wijaya-

------------------------------------------------------------------------

Happy Reading!!!

Michel tengah berjalan seorang diri disisi hutan untuk mencari kayu bakar. Sedari tadi bibirnya tak henti-hentinya mengumpati satu nama.

"Heran gue sama Devano, tuh orang hobi banget bikin gue kesel. Udah ga bisa menetap di satu pilihan, selalu pengen menang sendiri, suka main tangan, udah gitu mau sok-sok posesifin gue lagi. Maksudnya apa coba?"

"Ngelarang gue buat deket sama kak Nathanlah, pake segala ngaku-ngaku kalau gue hamil anak dia lagi waktu gue ngobrol sama cowo. Giliran dia bisa dengan bebas mesra-mesraan bareng Aurel. Ga adil banget, anjirrr."

Krekkk...

Ocehan Michel terhenti saat mendengar suara injakan ranting. Michel spontan menengok ke belakang, sepi, tidak ada seorangpun selain dirinya. Lantas, siapakah yang menginjak ranting tadi?

Perasaan Michel mendadak tidak enak, apa mungkin ada orang yang mengikutinya? Tapi buat apa?

Michel sedikit mempercepat langkahnya, hingga tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya menggunakan sapu tangan.

"Mpftttttt..."

Michel menepuk tangan kekar yang membekap erat mulutnya. Ingin mengigit telapak tangan untuk membebaskan diri, tapi terhalang oleh sapu tangan.

Tak kehabisan akal, Michel pun dengan gesit menginjak kaki pria paruh baya itu dan menyikut perutnya dengan keras. Hingga terdengar suara erangan dari si pelaku.

Saat Michel ingin kabur, teman dari pria bertopeng itu sudah lebih dulu meraihnya. Tubuh Michel dihempaskan, hingga menabrak sebuah pohon besar di belakangnya.

Kedua tangan Michel dikunci dikedua sisi kepala, agar Michel tidak mempunyai akses untuk kabur. Michel terus meronta, sungguh saat ini ia sangat ketakutan.

"Siapa lu sebenarnya? Ada urusan apa sama gue?"

Pria itu tertawa dan menatap remeh pada Michel yang berada dalam kungkungannya. "Lu ga perlu tau siapa gue, yang pasti lu akan habis ditangan gue."

"Cemen banget lu, beraninya cuma sama cewe. Mana pake topeng segala lagi. Biar apa begitu?"

"Kalaupun lu ga pake topeng juga gue ga akan tertarik sama lu. Udah deh, gausah sok misterius gitu, kebanyakan drama banget hidup lu!"

"Sialan, lu nantangin gue?!" Bentak pria bertopeng itu. Michel benar-benar gadis yang menyebalkan.

"Kalau iya, kenapa? Gue sama sekali ga takut sama cowo ga jelas asal usulnya kayak lu. Datang tak diundang, pulangnya kesasar dikuburan. Udah kayak jalangkung aja, lu. Ehh, tapi emang mirip sih. Ups...."

Pria itu menggeram kesal, ia semakin erat mencengkram kedua tangan Michel yang berada di kedua sisi kepala Michel. Pria itu semakin mengikis jaraknya dengan Michel.

"Gimana kalau kita main-main sebentar, baby girl? " Bisikan ditelinga Michel, membuatnya bergidik ngeri. Sepertinya pria muda didepannya ini benar-benar sudah tidak waras!

"Mau main apa? Engklek? Polisi-polisian? Sepak takraw? Atau kasti aja? Biar sekalian gue getok kepala lu."

"Gimana kalau kita main sesuatu yang bisa bikin lu teriak keenakan dibawah gue?"

"Udahlah bos, langsung gas aja. Cewe kayak dia ga akan kapok kalau belum dikasih pelajaran." Kompor pria paruh baya yang membekap Michel tadi.

Disaat pria muda itu semakin mendekatkan tubuhnya untuk menggerayahi tubuh Michel, saat itu juga Michel melancarkan aksinya. Dengan gerakan cepat, Michel membenturkan kepalanya dengan kepala si pria itu. Tak berhenti sampai situ saja, Michel juga menendang keras area sensitif pria muda itu, hingga membuatnya oleng.

Melihat celah untuk kabur, Michel memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri dari kedua pria bertopeng itu. Michel berlari tanpa arah. Tak peduli jika nantinya ia akan tersesat, yang ada dipikirannya kini hanya satu, ia harus bisa lolos dari kedua penjahat itu.

"Ayah-bunda, Michel takut. Dev, tolongin gue," Batin Michel.

"JANGAN KABUR LU!!!"

Kedua pria bertopeng itu terus berusaha mengejar Michel. Michel terlalu fokus berlari, hingga tak menyadari ada sebuah lubang kecil didepannya. Michel terjatuh saat tak sengaja menginjak lubang itu.

"Mau lari kemana lagi lu? Sekarang lu udah ga bisa kabur lagi."

Michel terus merangkak mundur saat kedua preman itu semakin mendekat padanya. "J-jangan apa-apain gue, gue mohon!"

"Gausah takut gitu, gue cuma mau bersenang-senang sama lu, baby girl."

Pria muda itu berjongkok, menyetarakan tingginya dengan Michel. Ia meraih dagu Michel yang langsung ditepis empunya.

"Sttt, gausah sok jual mahal gitu. Nanti juga lu bakal ketagihan main sama gue."

"Bacot lu, kampret!"

Michel dengan cekatan melempar segenggam tanah tepat di kedua mata pria itu.

"Arghhhh, mata gue!"

"Baru juga kelilipan dikit, masa udah teriak-teriak kek ibu-ibu mau lahiran. Gimana kalau gue colok? Mati mungkin?"

"Sialan! Mata gue perih banget," Rintih sang pria.

"Cuma perih doang kan? Kalau udah buta kabarin, ye? Yaudah kalau gitu gue pamit dulu, mau nyari harimau, siapa tau dia berkenan buat mangsa lu."

Michel bangkit dan melambaikan tangannya seraya mengedipkan sebelah matanya, genit. "Bye-bye monyet ileran. Gue doain, semoga lu ketemu buaya ya? Siapa tau lu mau silaturahmi sama keluarga."

"Lu ngapain diem disitu? Kejar!!!"

"Ehh, i-iya bos!" Pria paruh baya itu berlari kelimpungan mengejar Michel.

Rasanya sangat tidak mungkin jika ia terus berlari, tenaganya sudah terkuras habis akibat pertengkaran tadi. Michel harus segera mencari tempat untuk bersembunyi sebelum dua penjahat itu menemukannya.

***

Disisi lain, Lia dan Aurel tengah sibuk mendirikan tenda untuk mereka tidur. Terlalu sibuk, hingga tak menyadari waktu sudah menunjukkan pukul 13.23 siang.

Saat sudah selesai mendirikan tenda, Aurel baru menyadari bahwa Michel belum juga kembali sejak tadi. Kemana perginya gadis itu?

"Li, Michel kemana ya? Dari tadi gue belum lihat dia."

"Ehhh, iya juga ya. Gue juga belum lihat dia. Terakhir waktu dia cari kayu bakar buat gantiin lu. Tapi masa selama ini, sih?"

"Duh, kok perasaan gue jadi ga enak gini. Jangan-jangan terjadi sesuatu lagi sama, Michel?"

"Jangan asal ngomong, Rel. Gue yakin Michel pasti bisa jaga diri."

"Gue tau, tapi tetep aja gue khawatir sama dia."

"Yaudah, mending sekarang kita bagi tugas. Lu laporin soal Michel ke Pak Muhidi. Ntar gue bilang ke kak Vano masalah ini." Aurel mengangguk setuju. Kemudian kedua gadis itu berpencar untuk menjalankan tugas masing-masing.

***

"Kak Vano!!"

Lia berlari tergesa-gesa menghampiri Devano yang tengah sibuk berkutat dengan sekumpulan kertas ditangannya.

Merasa namanya dipanggil oleh seseorang, Devano menoleh dan mendapati seorang gadis yang berlari kearahnya dengan wajah panik yang begitu ketara.

Sesampainya dihadapan Devano, Lia meletakkan kedua tangannya di lutut dengan nafas tak beraturan. Ia menyeka keringat yang mengalir didahinya.

"Kenapa?"

"Bentar kak, bentar. Gue nafas dulu,"

Setelah dirasa nafasnya sudah mulai kembali normal. Lia membenarkan posisinya menjadi tegak dan menatap Devano dengan cemas.

"Michel kak, Michel. Bahaya kak, siaga lima!!!!"

"Michel? Siaga lima? Lu ngomong apaan, sih?"

"Anuu, kak, aduhh gimana ya ngomongnya?" Lia panik sendiri.

"Anu-anu, kenapa sih? Yang jelas dong, kalau ngomong!" Kan, Devano jadi kesal sendiri.

"MICHEL HILANG, KAK!!!"

***

Tanpa pikir panjang, Devano berlari ke arah hutan untuk mencari sang istri. Perasaan marah, cemas, takut, khawatir, semua campur aduk.

Devano merasa bodoh karena tidak bisa melindungi Michel. Ia terlalu lalai, hingga menyebabkan Michel hilang. Harusnya ia bisa lebih ekstra menjaga gadis itu.

Ini semua salahnya, jika saja ia lebih protektif terhadap Michel. Mungkin sampai sekarang, gadis itu masih ada di sampingnya. Dalam dekapannya.

"Michel lu kemana, sih? Balik Chel, jangan bikin gue khawatir."

Devano terus merapalkan kata maaf. Ia terlalu cemas dengan keadaan Michel. Bagaimana jika Michel sedang dalam bahaya? Hutan ini terlalu luas, pasti banyak binatang buas yang bisa memangsa nya kapan saja.

Tidak-tidak, Devano harus bisa berpikir positif. Michel gadis yang kuat, ia pasti bisa jaga diri. Michel akan baik-baik saja, iya yakin itu.

"MICHEL? LU DENGER GUE KAN? CHEL, JAWAB!"

"MICHEL, GUE MINTA MAAF KALAU TADI GUE UDAH KASAR SAMA LU."

"CHEL, GUE MOHON LU BALIK! JANGAN GINI CHEL, JANGAN BIKIN GUE KHAWATIR."

"MICHEL, LU PASTI BAIK-BAIK AJA KAN?"

"GUE GA AKAN MAAFIN DIRI GUE SENDIRI, KALAU SAMPAI TERJADI SESUATU YANG BURUK SAMA LU."

"CHEL? TOLONG JAWAB GUE KALAU LU DENGER SUARA GUE!!!"

Devano terus berteriak disepanjang jalan yang ia lewati. Devano menengok ke kanan-kiri. Sesekali, ia juga menengok ke arah jurang. Berjaga-jaga jika saja Michel jatuh terpeleset disana.

Waktu sudah mulai sore, sebentar lagi malam akan tiba. Devano harus segera menemukan Michel, apapun caranya.

Michel takut gelap, Devano tau itu. Maka dari itu, Devano bertekat, ia tidak akan berhenti sebelum bisa menemukan Michel.

Devano kembali meneriaki nama Michel. Ia terus merapalkan doa dalam hati, semoga Tuhan segera mempertemukannya dengan sang istri.

"Michel, lu dimana sih?"

Devano mulai putus asa, sudah lebih dari 2 jam ia mencari Michel, tapi belum juga membuahkan hasil. Tubuhnya mulai lelah untuk berjalan, tapi ia tidak boleh menyerah. Ini semua demi Michel. Devano harus bisa bertahan dan menemukan Michel.

Devano terus berjalan, feelingnya mengatakan ia harus berjalan ke arah sungai. Dengan bermodalkan nekat, Devano berjalan mengikuti instingnya.

Benar saja, di pertengahan jalan, Devano melihat seorang gadis tengah meringkuk di sebuah pohon besar.

Devano sangat mengenali orang itu, dari potongan rambutnya, sepatu yang dikenakannya, bentuk tubuhnya, bahkan bandana yang dikenakan gadis itu. Tidak salah lagi, itu pasti Michel.

Devano berlari menghampiri gadis yang menenggelamkan kepalanya di lipatan kaki. Devano mengelus rambut yang tergerai indah itu.

Merasa ada orang yang mengelus rambutnya membuat Michel mendongakkan kepalanya. Ia terkejut bukan main saat mendapati Devano ada disana.

Michel mengucek kedua matanya, saking tidak percayanya dengan apa yang ia lihat di hadapannya. Tidak mungkin, Devano mau repot-repot mencarinya. Mustahil.

"Ga mungkin Dev ada disini, dia kan ga peduli sama gue. Gue pasti cuma halusinasi. Yang berdiri di hadapan gue pasti cuma bayangan Dev aja atau mungkin penunggu disini yang nyamar jadi Dev."

Devano terkekeh mendengar racauan yang terlontar dari bibir Michel. Gadis ini memang aneh, masa Devano disamakan dengan dedemit. Tapi kelakuannya emang mirip sih, ehhh....

"Chel, ini beneran gue. Gue dari tadi kelimpungan nyariin lu. Lu kemana aja sih? Kan gue udah bilang, jangan jauh-jauh dari gue. Bandel banget jadi cewe."

Michel bergeming seperti orang dongo. Otaknya belum bisa menangkap apa yang terjadi.

"Chel, kenapa diem? Gamau peluk gue, hmmm?"

Devano merentangkan kedua tangannya dengan senyum yang tak luntur sedari tadi. Kali ini ia benar-benar tulus, tidak lagi terpaksa.

"Sini, peluk dulu!"

Devano membantu Michel berdiri, setelah itu ia membawa tubuh ramping Michel ke dalam pelukannya. Membenamkan kepala Michel didadanya.

Ia meletakkan dagunya dipuncak kepala Michel. Mengelus lembut rambut yang tergerai indah. Devano menyalurkan kehangatan ditubuh Michel yang bergetar hebat.

Devano tidak bodoh untuk melihat Michel yang tengah ketakutan. Ia tau betul, Michel sedang tidak baik-baik saja.

"Gue takut Dev, mereka jahat sama gue. M-mereka mau lecehin gue. Gue takut." Michel semakin mengeratkan pelukannya.

Hati Devano mencelos mendengar gumaman Michel. Sebisa mungkin ia menetralkan emosinya. Ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan apa yang sudah terjadi. Michel pasti masih syok.

Devano janji, ia akan mencari siapa dalang dibalik semua ini. Devano tidak akan tinggal diam. Siapapun yang mengusik ketenangannya akan hancur.

"Stttt, tenang ya? Gausah takut. Gue disini, Chel. Gue disini buat lu." Devano mengelus punggung dan rambut Michel secara bergantian.

Setelah dirasa Michel mulai tenang, Devano mengurai pelukannya. Ia menangkup pipi Michel dan mengelus nya dengan kedua ibu jarinya.

"Tadi diapain aja sama mereka?"

"T-tadi mereka bekap mulut gue, terus gue dipepetin ke pohon. Tangan gue juga dikunci diatas kepala biar gue ga bisa ngelawan."

"Gue hampir dicium dan di lecehin sama mereka. Untung gue bisa ngelawan. Coba kalau engga? Gue gatau nasib gue bakal gimana. Gue takut Dev, mereka jahat."

Devano kembali memeluk Michel. Hanya sebentar, karena Michel sudah lebih dulu mengurai pelukan mereka.

"Bagian mana aja yang disentuh sama mereka?"

"Disini, sini, sini," Michel menunjuk bibir, bahu, dan pergelangan tangannya.

"Disini juga," Tunjuk Michel di dagunya. Ia mengadu pada Devano seperti seorang anak kecil.

Devano terkekeh geli. Ternyata gadis setomboy Michel bisa lucu juga. Devano jadi gemas sendiri.

"Utututu, kacian banget bayi gue. Coba sini deketan, gue mau ngomong." Michel mendekat kearah Devano.

Cupp.. Cupp... Cupp...

Michel melotot kan kedua matanya saat melihat Devano mengecup lembut kedua bahu, tangan, dagu, dan terakhir bibir. Hanya ciuman ringan.

Devano menyatukan pipinya dengan Michel dan berbisik lirih ditelinga Michel. "Ngilangin bekas."

Terlalu sibuk dengan dunianya, hingga tanpa mereka sadari ada sesuatu yang mengintai keduanya dari jauh. Bersiap memangsa salah satu diantara keduanya.

Hingga akhirnya......

***

Huwaa gimana part ini? Suka ga?

Kira-kira siapa yang nyuruh pria bertopeng tadi untuk mencelakai Michel? Tebak dong!!!

Penasaran ga sama kelanjutannya?

Seperti biasa 20 vote dan 25 komen untuk lanjut ke chapter selanjutnya.

Kalau udah tembus target, baru aku up.

(Lucu ya mereka kalau lagi akur)

Oke deh, cukup segini dulu untuk hari ini.

See you next time:)

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

RAPUH! بواسطة Daa

قصص المراهقين

250K 18.2K 67
"Kaca yang telah retak memang tak bisa disatukan kembali. Sekalipun bisa, wujudnya tak 'kan seutuh dulu. Mudah rapuh, seperti kata maaf pada sebuah p...
141K 8.5K 18
Bayangan Ateez menjadi seorang suami
MARSELANA بواسطة kiaa

قصص المراهقين

1.3M 74.4K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
AGATHA [END] بواسطة Dhe_arm21

قصص المراهقين

262K 12.9K 86
"AGATHA CALLISTA PUTRI" Seorang,gadis cantik yang tinggal di sebuah panti asuhan yang bernama "Kasih Indah". Panti asuhan itu menjadi saksi bisu tent...