Honne | NJ √

By deimondkim

13.8K 1.4K 383

[ BTS - NamJin ] "Kau yakin dia memilihmu bukan karena kasihan atau sekadar tanggung jawab?" "Ya. Aku yakin."... More

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

11.

496 61 20
By deimondkim

" ... itu ...."

"Kalian bukan hanya sekali bersenggama, bukan? Tentunya, kau tahu suara siapa itu."

" ... "

"Tak mau tahu dengan siapa dia tengah saling beradu mesra? Atau, kau menolak percaya?"

"Tidak. Itu suaranya dan aku percaya dia punya alasan di balik semua itu."

"Mencoba naif?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Apa yang kupercaya, sangat jauh dari hal yang kau tunjukkan padaku."

"Bahkan menolak kecewa? Perasaanmu baik-baik saja sekarang?"

" ... "

"Bersikap tegar akan membuatmu tambah menggelikan, Baek Seokjin."

"Bohong jika tidak merasa apa-apa, tapi aku tidak keberatan jika kau menganggapku demikian. Aku tahu siapa suamiku."

"Benarkah? Termasuk kegiatan amoralnya tadi?"

"Dia pasti punya asalan. Itu hanya tindakan reflek semata. Aku yakin bukan dia yang meminta pertama."

"Kau ... masih membelanya setelah kuberikan bukti nyata kalau suamimu hanya berucap dusta? Dia kurang berusaha mencarimu dan malah menindih anak didiknya sendiri di atas sofa rumah kalian!"

"Namjoon juga manusia. Pikirannya kalut. Dia hanya melampiaskan, bukan terbuai rayu picisan. Kau cuma menunjukkan bagian buruknya, bukan keseluruhan cerita."

"Oh, hebat. Hebat sekali. Opini bulat yang sungguh berdedikasi. Otakmu benar-benar telah dicuci. Apa kau sungguh-sungguh menerima sabotase keadaan cacatmu seumur hidup? Perlukah kujabarkan ulang kalau kau sengaja diarahkan agar menyusulnya menggunakan kendaraan yang sudah disabotase itu agar kau celaka? Lidahnya itu tajam dan mulutnya manis beracun! Kau koma dan semua rasa bersalahmu itu tidak pantas untuknya! Kau adalah korban! Kau sampai punya suara-suara iblis dalam kepalamu itu karena dirinya! Tidakkah—"

"Aku percaya padanya. Apa pun yang kau katakan, takkan mengubah keyakinanku."

" ... ya, benar. Yang buta bukan hanya matamu kurasa. Tubuh dan jiwamu juga sudah rusak."

"Kau salah. Namjoon justru membuatku hidup, bukan sebaliknya."

" ... apa? Apa yang kalian punya, yang tak kupahami? Apa yang kulewatkan?"

"Cinta."

"Heh. Betapa manisnya. Oke, baiklah. Kau menang, tapi, kau tetap di sini dan akan kunikmati lagi, seberapa jauh sintingnya suamimu."

"Ap-tunggu! Tidak, kumohon. Jangan—"

"Aku masih punya urusan dengannya, Manis. Karena cinta  milikku sudah dirampas olehnya, aku harus membalas dengan cara yang sama. Tenang. Aku tetap takkan menyentuhmu, hanya akan menyimpanmu selama mungkin, sampai Si Sialan itu gila sepenuhnya."

"Tidak! Kumohon! Jangan lakukan ini! Balas dendam takkan membuatnya  kembali, bukan?"

"Iya. Kau benar."

"Jadi, kumohon. Biarkan aku pulang. Namjoon—"

"Harus kubuat gila sampai dia meminta kematian karena dirimu."

"Jangan! Kumohon, jangan. Aku mohon. Aku mohon padamu. Jangan lakukan ini ...."

"Tidak. Dia harus tahu, rasanya kehilangan seorang yang tersayang itu seperti apa ."

.

"Katakan padaku! Di mana Gloss?! KAU TAHU MAKSUDKU! KAU PUNYA KONEKSI DENGANNYA!" Namjoon meremas kerah baju tahanan itu yang bertambah robek lebar. Menolak melepaskan cengkeramannya walau dua petugas sudah menariknya sekuat tenaga.

Begitu pun narapidana yang malang itu. Petugas di bagian dalam tengah berusaha melepaskannya dari cengkeraman penuh amarah. Bahkan, telat sedetik saja dari reflek, leher narapidana itu pasti jadi sasaran. Selama tujuh menit penuh, adegan tarik menarik juga ributnya teriakan yang bercampur dari tegur peringatan juga sembur frustasi, memenuhi keadaan tenang ruang kunjungan rumah tahanan itu.

Jungkook datang tepat waktu untuk membantu melerai juga menyadarkan Namjoon dari situasi. Total butuh tiga orang dewasa ditambah seorang pemuda nyaris dua puluh untuk menghentikan Namjoon. Kepala penjaga, terpaksa memerintah untuk memborgolnya sampai amarah Namjoon mereda. Jungkook sampai memohon juga menegosiasi agar senjata api tidak digunakan untuk meredam keadaan, sampai akhirnya Namjoon bersedia bekerja sama, kembali tenang dan mudah diajak komunikasi seperti sebelumnya, mereka meninggalkan lokasi. Lebih kepada Jungkook yang terus memaksa agar Namjoon mau beranjak dari sana. Ketika kendaraan yang diambil alih kemudi oleh Jungkook itu telah berlalu sekian kilometer, Namjoon meminta agar mereka menepi.

Namjoon hanya mengenakan kaus dan sweatpants, sepatu dikenakan asal, rambut yang sudah panjang melewati kening dan nyaris menutup matanya tidak disisir, dibiarkan acak juga tanpa merapikan wajah lesu yang dipenuhi janggut kumis kelimis. Dia menatap ke kejauhan. Matahari telah tinggi di langit, di singgasananya. Membuat pantulan sepasang mata yang biasa menyala tajam, berubah sembab muram.

"Hyeong."

" ... si berengsek itu, setidaknya pernah melihat Gloss. Alamat lamanya, atau nomor telepon. Aku bisa melacak dari sana, tapi jawabannya selalu sama. Tidak tahu. Fucking asshole! I ... I can't ... oh, my. I should break his neck!" Namjoon mengusap wajah dengan kasar lalu memukul-mukul dashboard  sampai Jungkook menghentikannya.

Namun, Namjoon segera menepis kesal, seolah dari sana akan muncul percikan api yang membakar. Namjoon meminta Jungkook agar tidak melakukan kontak apa pun dengannya. Kedatangan pemuda itu yang mendadak, kini menjadi pengalih perhatian. Sepasang mata yang merah sembab karena kebanyakan meratap juga kurang terlelap itu, perlahan membuat Jungkook tidak tenang di tempat.

"Aku ... aku tadi dari rumahmu, Hyeong. Mooni nyaris mati lemas kalau aku tak datang dan aku—"

"Kalau kau minta disetubuhi lagi, jangan pernah menginjakkan kakimu di rumahku juga pulang sekarang juga ke Busan."

"Hyeong ...."

"Melihatmu sekarang, hanya menambah sesak di dadaku. Kau seharusnya tidak kusentuh dengan ... astaga," Namjoon menyisir rambutnya ke belakang dan meremas keras, berpaling ke kaca depan, tidak benar-benar melihat kendaraan yang lalu-lalang, " ... apa yang sudah kulakukan padamu? Pada Seokjin. Seokjinku yang entah di mana sekarang dan ... dan, oh, ya Tuhan, bagaimana bisa kulakukan semua itu?"

"Hyeong—” Jungkook terkesiap karena pergelangannya diremas kuat. Rasa nyeri mulai menjalar, tapi dibiarkan. "Hyeong, tenanglah."

"Tidak. Aku tidak seharusnya demikian. Aku telah berdosa besar dan kau enyahlah dari hadapanku. Sebelum aku berubah pikiran."

Buku-buku jemari Namjoon memutih dan perlahan tangan Jungkook mati rasa, tapi tidak ada dari keduanya yang memusingkan hal itu.

"Sekarang." Namjoon melepaskan Jungkook, berpaling darinya. "Keluar."

Jungkook menyentuh bekas cengkeraman, merasakan bagaimana aliran darahnya kembali lancar. Tatapan lurus ke Namjoon yang menolak melihatnya.

"Hyeong  membuangku di tengah jalan?" Namjoon bergeming. Lengan bagus yang menyeruak dari kaus pendek itu, tampak berkedut karena menyandarkan siku ke bingkai jendela, mengusap-usap dagu. Sangat mengundang keinginan untuk melemparkan diri ke arahnya, Jungkook berpikir dalam hati.

"Hyeong ...."

"Keluar, Jungkook."

"Apa memang aku pantas dibuang setelah dimanja di atas ranjang?"

Namjoon mengepalkan jemari, tidak lagi mengusap dagu.

"Baiklah. Aku memang kelewatan tapi, aku jujur peduli. Aku ingin membantu sebisaku dan mendapati Hyeong  tak di rumah dalam keadaan kacau begini, sungguh membuatku resah. Makanya ..., Hyeong?" Jungkook reflek meraih kenop saat Namjoon membuka pintu, sudah hendak menyusul, tapi ternyata pria jangkung itu memutari mobil menuju ke sisinya. Jungkook bergeming.

"Hyeong?" Pintu di sisi Jungkook terbuka.

"Keluar."

"Tidak. Aku takkan membiarkanmu sendirian, Hyeong. Kita pergi sama-sama ke mana pun yang Hyeong  inginkan."

Jungkook tahu-tahu dicengkeram kerah bajunya dan dengan mudah digencet ke badan mobil. Namjoon menatapnya lelah.

"Kalau kau peduli, berhenti datang dengan semua makananmu."

"Tapi ...."

"Aku takkan semudah itu mati. Sebelum kegilaanku tambah parah dan semakin sulit kubedakan mana waras mana sinting, kau sebaiknya jauh-jauh dariku. Apalagi setelah perbuatan kotorku padamu, kau harusnya jijik padaku."

Jungkook menggeleng. "Tidak, Hyeong. Aku tulus. Aku menyukaimu dan—" Mendadak Namjoon memukul atap mobil, memotong ucapannya.

"Cukup sampai di sana. Kau, jangan temui aku. Terima kasih dan maafkan aku, Jungkook." Namjoon menarik pemuda itu sampai menjauhi kendaraannya, lalu menutup pintu setelah menduduki kemudi, menginjak pedal gas, melaju pergi dari sana.

Jungkook yang sendirian, serasa jadi anak hilang, tapi tidak juga. Dia kecewa. Bukan marah. Dia sedih. Tidak sampai menangis. Dia khawatir juga kembali resah. Sampai akhirnya dengan menggebu berjalan berlawanan arah sambil mengeluarkan ponsel. Menekan tombol panggil ke nomor yang sesaat lalu dihubunginya.

Nada tunggu tak pernah membuatnya frustasi seperti sekarang. Sampai nyaris dirinya mengumpat dan kembali mengulang panggilan, sambungan dijawab dari seberang.

"Dia membuangku di tepi jalan! Kau puas? Dia sungguhan sinting sekarang dan menolakku datang sekadar membuatnya tetap hidup! Apa yang harus ku—hah? Seming—astaga, kau bergurau, 'kan? Baru tiga hari saja, dia nyaris membuat anjingnya mati. Bahkan kalau tidak ada aku mungkin—" Jungkook mendadak berhenti jalan. Dia menipiskan bibir, berkacak pinggang, napasnya semakin cepat. Kalau tidak sedang mendengar suara tenang di seberang yang berujar tanpa belas kasih, juga karena telah berhutang budi, dia sudah pasti menutup sambungan dan segera menyusul Namjoon tanpa peduli akan ditendang sungguhan.

"Itu maumu? Tidak. Aku setuju selama hal itu wajar, tapi aku bakalan berhenti kalau sampai dia dalam bahaya. Serius. Jangan mengujiku juga. Terlepas dari apa yang sudah kau lakukan untukku, aku tetap akan berpihak padanya. Kau dengar? Dan, terakhir, aku akan melakukannya. Puas?" Jungkook memutus sambungan tanpa menunggu balasan. Dia pun berlalu dari sana.

.

Berlanjut ....

.
.
.

[Senin, 04072022.]

.

(I won't say anything.)

Continue Reading

You'll Also Like

21.5K 3.2K 8
"Selamat datang di Magic Shop. Tempat bersantai dengan segelas teh tanpa batas refill dan buku-buku dengan segala jenis bahasan. Lengkap. Atau mungki...
5.6M 297K 57
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1.5M 21K 39
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
73.7K 4.4K 12
'Ah tolong janganlah menciumku. Melihat wajahmu saja menggetarkan hatiku...'