The Theory of Metanoia

By cheesydorian

5.4K 1.2K 5.4K

Adam Wistletone memiliki segalanya. Namun, ada satu kecacatan yang tak bisa diperbaiki seorang pun  termasuk... More

THE THEORY OF METANOIA
PROLOG
─ i: "INVISIBLE PRISONER"
─ ii: "THE KING OF YOUR COUNTRY NEED YOU"
─ iii: "THE YOUNGEST MISERY"
─ iv: "IMPOSSIBLE DUTY FOR THIS YOUNG MAN"
─ v: "THE SCALE MUST BE BALANCED"
─ vi: "WOEFUL BRAVURA"
─ vii: "UTTERED SYLLABLES AGAINST THE DOOR"
─ viii: "INTO THE NEMESIS DWELL"
─ ix: "THE UNFATHOMABLE DESTINY CARVED IN ENCRYPTION"
─ x: "THE BATTLEFIELD BEHIND CALCULATIONS"
─ xi. "RETELL SNOWFLAKES MEMOIR BEFORE ENIGMA"
─ xiii: "BLAZING FIRE AND BRONZE LOGIC"
─ xiv: "IN THE PLAYFAIR CIPHER ENCRYPTION"
─ xv: "BOTH ARE PERSPECTIVES"
─ xvi: "B FOR BLITZ, B FOR BOMBE"
─ xvii: "SZCMV"
─ xviii: "PREFIX CONFERENCE"
─ xix: "A PRESENT FROM ABWEHR"
─ xx: "WAFTING PREJUDICES"
─ xxi: "THE MAN WHO CALLED HIM ICARUS"
─ xxii: "SOLSTICE SIMULATION"
─ xxiii: "FLAXEN FAREWELL"
─ xxiv: "DECIPHER OF FALLACY"
─ xxv: "HIS UNVEIL ENIGMA"
─ xxvi: "THE EPOCH OF A REVOLUTIONARY"
─ xxvii: "KAFKAESQUE"
─ xxviii: "SACRED TESTAMENT"
─ xxix: "THE FLUSTER ALIBI"
─ xxx: "WHOSE VOICE CRIES THE AGONY OF FRONT?"
─ xxxi: "RED MENACE"
─ xxxii: "OUR ROADS EXTRAPOLATING DIFFERENT STORY"
─ xxxiii: "THE CREATOR OF IMITATION FAITH"
─ xxxiv: "A ROOM FOR TWO"
─ xxxv: "THE BOY WHO CRIED WOLF"

─ xii: "IS THERE DOUBLE NAVAL ENIGMA?"

134 39 151
By cheesydorian

┏┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┓

this chapter was written
as a tribute to hernaastuti0 and the time
she gave to support this story

┗┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┛

THE THEORY OF METANOIA

CHAPTER TWELVE • IS THERE DOUBLE NAVAL ENIGMA?

You are being confronted with dozens of poisonous fruits.

        BUTIRAN salju di luar sana tak lagi menyatu dengan udara ketika suara menghilang dari dunia meskipun tempat ini di bawah label pabrik radio. Lontaran kata penuh kisah yang menerjang sepanjang waktu bak muntahan kharisma air mancur lima puluh meter dari Hut 8, telah sirna pasca lembaran-lembaran pesan Kriegsmarine belum dideskripsi memelototi wajah ketiga pria. Semenjak Adam menarik selembar pesan Kriegsmarine, lebih dari lima gumpalan kertas telah meluncur ke tong sampah. Jalan keluar pun seolah hilang meski beberapa teorema masih singgah di kepala.

       Tungkai menjelajahi medan perang kasatmata hanya untuk menyaksikan beberapa jemari memelintir anak-anak rambut Harry atau sekadar tarian pena di atas kertas banbury. Namun, sepanjang langkah pencarian jalan keluar, semua teorema hanya bergelantung dalam kepala. Mereka enggan ditumpahkan di atas kertas untuk merangkai perhitungan; memecahkan yang tak terpecahkan—Enigma.

       Enigma, hal yang disinggung baru saja dikeluarkan dari kediamannya. Ditantang di atas salah satu meja paling belakang, telunjuk Adam berulang kali menekan tombol P sehingga huruf E menyala. Telunjuknya mengendur memudarkan nyala lampu pada huruf E. Ketika terdorong lagi telunjuk itu, justru huruf M lah yang kini menarik perhatian. Disertai lantunan rotor yang bersorak klek, huruf K kemudian unjuk gigi setelah tiga kali telunjuk Adam menghardik tombol yang sama—P.

       Alis menuntut jawaban dari permainan Jerman yang masih mendorong huruf-huruf lain di atas lampboard untuk menampakkan aura mereka. Meski hanya tombol berlabel P yang selalu Adam tekan, rotor pertama—di sisi paling kanan—terus saja bersorak klek selagi lampboard secara acak menunjukkan hasil enkripsi.

       Detik-detik dalam jam dinding terus mengalir hingga rotor kedua—yang ada di tengah—akhirnya menyampaikan pendapat melalui suara klek-nya. Untuk hasil enkripsi yang entah sudah berapa kali hanya untuk huruf P, rotor ketiga—berada di paling kiri—pun mencoba memberi Adam petunjuk sebab ketika rotor ketiga bersuara, saat itulah hasil enkripsi P kembali ke titik awal; E

       Atensi pun digeser dari deretan huruf di atas tombol menuju sisi samping mesin di mana ada lima puluh dua lubang dengan setiap dua lubang dilabeli satu huruf alfabet mulai dari A hingga Z. Plugboard, begitulah para pemecah kode memanggil bagian itu. Di mana di sana, ada beberapa pasang kabel yang mengisi lubang-lubang sunyi beralfabet.

       Mengerti dengan pengaturan sepuluh kabel plugboard yang harus dieliminasi, tungkainya menuju meja kerja dengan terburu-buru hanya untuk selembar kertas dan sebuah pena. Sekembalinya ia ke hadapan mesin Enigma, semua huruf yang dihubungkan masing-masing kabel disalin di atas kertas. Kemudian proses eliminasi singkat menyisakan kemungkinan plugboard yang paling akurat; T=A yang menghasilkan P=E.

       Tanpa bantuan sebuah kursi untuk mengurangi antusiasme dalam pemecahan sedikit bagian dari Enigma pun, tak akan menghentikan torehan pena yang menguji peruntungan sebuah perhitungan. Beberapa rangkaian huruf pun tercipta, hingga noda titik di akhir bagian perhitungan menutup jalan keluar labirin Enigma.

       Netra terpejam, bibir terkatup dan emosi meluncur dari sepasang lubang hidung. Dengan berat hati pula, pena kembali menodai ujung kanan kertas dengan hasil menyakitkan; TA = TG = failure. Fakta itu pula yang membuatnya melepas jabat tangan pena dan beralih menghardik udara.

       Lain halnya dengan Adam yang baru saja dikecewakan prasangka perhitungannya, Alan justru tampak berseri setelah membuat lingkaran hampir sempurna di atas kertas. Menyadari salah satu rekannya baru saja mengangkat sepasang alis di hadapan mesin Enigma, ia bangkit dari kursi setelah menambah beberapa catatan kecil di ujung kertas yang sama. Di saat yang bersamaan, Harry mendorong tungkai menuju Banburismus bersama beberapa kertas dalam pelukan.

       Tepukan mendarat di bahu seorang pria yang baru saja menceritakan segala hal melalui air muka. Seolah mengerti dengan setiap kerutan kekecewaan di wajah Adam, Alan mengangguk sebelum menarik kertas yang telah dinodai kemungkinan perhitungan paling tidak akurat.

       "Dua puluh enam posisi rotor. Mari asumsikan mereka memilih rotor dua, tiga dan lima untuk dipasang, lalu rotor pertama memilih angka dua belas, rotor kedua delapan dan rotor ketiga delapan belas. Nyatanya kemungkinan TA untuk plugboard justru jebakan," tutur Adam manakala sepasang netra Alan mencoba mengoreksi beberapa hal yang kemungkinan harus diperbaiki.

       Telunjuk Adam kemudian mendarat di paling atas baris asumsi perhitungan. "Jika T bukan sama dengan A, bisa jadi dia sama dengan E. Namun, jika E sama dengan T, maka P tak bisa disandingkan dengan E. Lalu asumsikan P sama dengan B, artinya B sangat mustahil berkaitan dengan X. Aku harus mengeceknya satu persatu, sekali lagi. Jika masih salah, pasti ada yang salah dengan pengaturan rotornya."

       "Tidak," sanggah Alan terburu-buru. Sepasang alis Adam pun menuntut penjelasan. "Jika asumsi TA itu salah untuk plugboard, maka jangan cek apa pun yang berhubungan dengan TA. Kau sedang dihadapkan dengan puluhan buah beracun di sebuah pohon. Entah buah mana pun yang kau petik dari pohon bernama TA, mereka semua beracun. Maka cari asumsi lain. Tinggalkan TA." Kertas itu pun dikembalikan kepada si pemilik yang masih memikirkan hal lebih luas dari kesimpulan Alan.

       Sebelum pria itu kembali ke meja kerjanya, ia bertanya, "Hasil pengulangan Banburismus empat hari silam mungkin terdengar tak berguna, tapi jika tidak salah, kita cukup menemukan banyak pengulangan huruf C di sana. Bagaimana jika kau menarik asumsi lain dari sana, Adam?"

       Pria yang disinggung pun segera mendorong tungkai kembali ke tempat asalnya. Sepanjang jalan itu, bibir berkata, "Ya, jika aku masih punya kertasnya. Kalau tidak salah, saat itu ada di Harry, bukan?" Setibanya di hadapan tumpukan kertas, sepasang tangan sibuk mengubrak-abrik lautan perhitungan.

       "Hasil pengulangan Banburismus empat hari silam ada padamu, Harry?" Pertanyaan Alan segera menarik perhatian pria yang masih bergulat dengan pengulangan-pengulangan Banburismus.

       Leher terputar, tapi kata tak kunjung terlontar. Alan dengan sabarnya menanti pria itu menjawab selagi sesekali atensi mendarat pada meja kerja Adam yang kini dipenuhi tumpukan kertas. Telunjuk Harry pun bangkit dan dia menjawab, "Um, tidak." Kepala digelengkan sekilas sebelum atensi diambil alih Banburismus. "Sudah kuletakkan di meja Adam. Itu hasil kerjamu, bukan, Alan? Kurasa Adam menumpuk itu dengan miliknya lalu memasukkannya ke dalam laci ke—"

       Sepasang bahu menjawab. Leher kembali terputar untuk berkata, "tak tahu laci ke berapa. Adam memang pria yang teratur, tapi jika sudah menyinggung kertas seperti itu, mana kutahu."

       Napas Alan terembus sebelum bibir mengutarakan, "Butuh bantuan?" manakala melihat pria di seberang tampak kesulitan mengatur berlembar-lembar kertas di atas meja.

       "Tentu saja." Melalui jawaban itu, ia mendapatkan rekan hanya untuk menemukan kertas hasil pengulangan.

       Satu persatu kertas melalui pengecekan ulang. Seharusnya mereka mudah dieliminasi untuk menemukan satu yang benar, tapi beberapa kertas memiliki tanggal yang sama dan ditumpuk di bagian yang berbeda. Wajar apabila berlembar-lembar kertas pun harus dikembalikan ke atas lantai selagi sisanya kembali dijelajah.

       "Kau menyinggung laci, Harry?" Pertanyaan itu terlontar manakala Alan menumpuk kertas terakhir.

       Harry mengangguk tanpa memutar leher untuk menatap pria itu. "Uh-huh. Saat itu kutumpuk saja di atas kertas-kertas Adam. Tak begitu tinggi, jadi dia masukkan ke dalam laci, kurasa."

       Begitu atensinya tergeser, ia sadar ada empat laci di meja Adam. Tanpa pikir panjang, ia segera menelanjangi dua laci sehingga meja Adam menampakkan lautan kertas berwarna kekuningan dengan cetakan hasil mesin ketik di wajah mereka. Beberapa menit pula, laci ketiga berhasil Alan telanjangi ketika Adam berusaha merapikan mejanya dan menata ulang semua kertas berdasarkan tanggal dan waktu ia dapatkan mereka. Namun, ketika Alan menarik laci keempat—di mana kertas dari WREN tampak lebih sedikit sehingga disela-sela si kertas tampak sebuah sampul buku yang judulnya tak terlihat—tangan Adam segera tergerak untuk mendorongnya.

       Iris Alan bergerak cepat menatap kikuknya iris Adam bergerak. Kecurigaan direfleksikan bola mata Alan, tapi Adam segera berkata, "Tak ada apa pun di sana. Laci itu berisi barang-barang pribadiku." Setelah jawaban itu pun, Adam memutar leher untuk menatap Harry di seberang meskipun jemari tak kunjung meninggalkan gagang laci untuk mencegah Alan menariknya lagi.

       "Baiklah." Kecurigaan tertabur dalam nada bicara Alan. Adam tahu itu dan ia cukup peduli. Namun, atensi berusaha diatur untuk tak menampakkan kekhawatiran atau petunjuk akan rahasia Adam yang lainnya. "Kurasa, kau harus mengecek tumpukan pesan di sisi barat mejamu."

       Penasaran jelas menggelitik hati Alan meskipun belum tentu semua rahasia Adam akan berdampak padanya. Maka demi menghindari momen saling curiga berlangsung lebih lama, Adam dengan perlahan menarik beberapa kertas di sisi barat mejanya dan kembali menjelajah. Bibir pun sempat berkata, "Lalu, bagaimana jika kau mengecek yang ada di lantai, Alan?"

       Berkat kalimat itu, Alan segera menggerakkan jemarinya untuk meraih kertas-kertas di atas lantai sementara Adam menggeser posisi untuk berdiri di hadapan gagang laci keempat mejanya.

       Ketika ketiganya tenggelam dalam pekerjaan masing-masing, isi kepala Alan justru menyimpan ribuan pertanyaan akibat tindakan Adam. Seharusnya Alan memercayai pria yang telah berbagi rahasia akan pengetahuan tentang Enigma, tetapi seolah ada hal lain yang lebih penting ketimbang Enigma berada di dalam laci itu, kemungkinan malam ini, Alan akan kesulitan tidur karenanya.

       "Aku menemukannya!" Adam mengangkat kertas itu tinggi-tinggi dengan wajah sumringah. Harry pun menampakkan ekspresi yang sama kecuali Alan yang perlahan bangkit dari jongkoknya untuk mendengar Adam berkata, "Kau bisa kembali ke kursimu, Alan. Terima kasih." Maka ia tak bisa menolak selain menyelesaikan pekerjaan dia.

       Tatkala hening dikembalikan pasca ditemukannya kertas hasil pengulangan Banburismus yang Alan singgung, Harry terpaksa bangkit dari kursinya karena suara dering telepon di meja seberang. Gagang telepon diangkat hanya untuk berkata, "Halo" dan memperdengarkan informasi yang ingin disampaikan seseorang di seberang sana.

       Setelah Harry jauhkan gagang telepon itu dari telinganya dan menutupi lubang gagang telepon bagian selatan dengan telapak tangan, ia berkata, "Ada telepon untukmu, Adam."

       Spontan, Adam mengangkat kepalanya dan pemikiran yang digandrungi kecurigaan Alan sirna sudah. "Dari siapa?"

       "Clement Attlee." Saat itu, bukan hanya iris Adam yang tampak membesar, tetapi juga milik Alan meskipun rasa penasaran jauh menggerus isi kepalanya. Oleh karena itu, ketika Adam mendorong diri menuju telepon dan meninggalkan lautan perhitungan di atas meja, hati Alan bergumam, "Adam. Dia tak datang kemari hanya untuk memecahkan kode, kurasa. Namun, untuk sesuatu yang mengejutkan."

◖ ᪥ ◗

15.6.2022

°tolong pertimbangkan untuk memberikan vote dan/atau komentar jika kalian menyukai cerita ini karena itulah bentuk dukungan kalian.
cheesydorian

Continue Reading

You'll Also Like

60.5K 4.1K 50
derasnya hujan di luar sana " tak se deras air mata kekecewaan ku pada " maafkan aku jika aku berlalu.
1.5M 107K 73
(Bakal direvisi kalo authornya gak males.) Selena, seorang perempuan nolep yg pinter, dia ber transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di buku novel...
4.2M 575K 69
18+ HISTORICAL ROMANCE (VICTORIAN ERA/ENGLAND) Inggris pada masa Ratu Victoria Sebelum meninggal, ibu dari Kaytlin dan Lisette Stewart de Vere menyer...
425K 36.1K 33
Kehidupan Evelyn yang sempurna berubah setelah kematian kedua orang tuanya. Ia harus menjual harta dan kediamannya untuk membayar hutang keluarga. Se...