Jevano William

By devintasantoso

1.7M 125K 15.6K

Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebag... More

01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
33.⚠️
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41. ⛔️
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49. 🚫
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.

32.

27.6K 2.1K 213
By devintasantoso

Setelah amanat kepala sekolah telah selesai, siswa dan siswi kelas XII jurusan ipa maupun ips di bubarkan barisan, dan di perbolehkan untuk kembali kerumah masing masing, karna informasi yang di sampaikan dari guru guru telah usai, dan tinggal melaksakan ulangan sekolah semester akhir di minggu depan, yang tinggal di hitung hari.

Tapi sebagian dari mereka mumutuskan untuk jajan terlebih dahulu di kantin sekolah, mengabsen setiap stand jajanan kantin, sebelum mereka lulus dari sekolah tercinta ini.

Jeno dan ketiga sahabatnya melangkahkan kakinya masuk ke area kantin yang cukup ramai, dengan Ardan dan Haikal yang berjalan di depannya, sedangkan Jeno di belakang berjalan berdampingan antara Dewa dan Naomi.

" Kaya biasa yaa, udah gw list di grub Dew " Ucap Ardan, kembali memasukan ponselnya kedalam saku celana sekolahnya, setelah tadi memberikan sebuah pesan list makanan di grub chat mereka berempat.

" Shiap, gw pesen dulu ya " Ucap Dewa, yang berjalan menghampiri stand kantin dengan Naomi yang mengikutinya.

Jeno duduk di pojok dan di sampingnya ada Haikal serta Ardan sedangkan nanti Dewa duduk di hadappan mereka dengan Noami yang berada di sampingnya.

Tak lama pesanan mereka sudah datang dengan Dewa dan Naomi yang masing masing membawa satu nampan yang di atasnya berisi makanan yang tadi mereka pesan.

Haikal menyodorkan Jeno sepiring dimsum yang berisi empat potong dengan isi yang berbeda dan minumnya ice chocolatos matcha.

" Mau coba? " Tanya Naomi kepada Dewa

" Boleh. " Jawab Dewa, Naomi menyendokkan sesendok nasi goreng lalu menyuapkannya kepada sang kekasih.

Kemersaan mereka membuat tiga pemuda yang berada didepan mereka menatap dengan tak sahabat.

" Pait pait pait pait "

" Makasi sayang.. " Ucap Dewa, memeluk Naomi singkat dari samping

" Najis najis najis "

" Gumoh gw gumoh "

" Mereka itu orang orang iri, engga usah di denger yaa sayang nanti kamu masuk angin " Ucap Dewa, membuat ketiga sahabatnya sudah ancang ancang ingin membunuhnya di tempat.

" Hubungannya sama masuk angin apa tolong "

" Pindah tempat aja lah  "

" CANDA ELAH CANDA! " Panik Dewa ketika melihat Ardan, Haikal dan Jeno yang sudah berdiri dari duduknya, mereka bertiga kembali duduk.

" Sirik banget lagian ngeliat orang pacaran "

" Diem, gw lempar garpu dimsum nih?! " Ucap Ardan yang sudah ancang ancang ingin melemparkan garpu dimsum milik Jeno ke arah Dewa.

" Maap "

" Di maapin "

" Kalian jadikan mau ke rumah sakit? Soalnya gw udah pesenin dessert engga banyak sih, tapi semoga aja cukup buat di sana "  Tanya Naomi

" Jadi, nanti juga mampir ke mini market, bawain orang sakit harus ada pocari sweat sama roti " Ucap Haikal yang langsung mendapat ancungan jempol dari Ardan.

" Ih iya ya anjir kalau engga bawa itu kaya kaga jenguk orang sakit "

Jeno merapihkan piring dan gelas bekas miliknya, lalu meminta tissue basah milik Naomi untuk mengelap tangannya yang tadi terkena saos dimsum.

Mereka sudah menghabiskan makan siangnya dengan nikmat dan setelah membuat perut mereka kenyang, Jeno serta ketiga sahabatnya memutuskan untuk langsung keluar kantin dan menuju parkiran sekolah untuk menunggu Naomi yang sedang mengambil dessert di sahabatnya.

Di parkiran motor sudah lumayan sepi mungkin sudah banyak yang pulang hanya sisa beberapa unit motor yang terparkir, Naomi berjalan cepat menuju sang kekasih yang sedang menunggunya di parkiran motor.

Naomi menyerahkan paper bag berwarna pink muda kepada Dewa.

" Kamu pulang sama siapa? " Tanya Dewa

" Sama Delle, sekalian mau main ke rumah juga katanya, yaudah ya kalian hati hati di jalan "

" Iya cantik, hati hati juga ya pulangnya "

Naomi menjadi salah tingkah mendengar perkataan kekasihnya, ia memutuskan berlalu dari sana.

" Anjay bisa salting juga sih mamih "

" Lucu banget ya pacar gw "

" Nanti juga putus " Celetuk Ardan, membuat Dewa menatapnya sengit. 

" Gw mampir mini market dulu beli makanan buat bocah sono " Ucap Ardan lalu memakai helm full facenya.

Hari ini remaja yang memiliki keturunan darah china itu tidak membawa motor besarnya, tadi pagi ia memutuskan meminta bareng dengan Haikal yang satu jalur dengan rumahnya.

" Kiw aa Dewa engga mau bagi duit? " Ucap Haikal, dengan mencolek genit bahu Dewa.

" Anjing lu tau anjing engga. " Ucap Dewa dengan nada terdengar kesal, namun ia tetap mengeluarkan dompetnya dan memberikan Haikal kartu debit miliknya.

" Tau, sejenis ikan kan? "

" Hah? " Ardan mengkerutkan dahinya mendengar perkataan Haikal yang sulit di mengerti.

" Anjing laut "

" BODO AMAT ANJIR BODO AMAT! "

Dewa melemparkan kunci motor miliknya  kepada Jeno yang langsung di tangkap tepat sasaran, Jeno naik ke motor besar milik Dewa, lalu memakai helm yang memang sengaja Dewa bawa dua untuk Jeno dan dirinya.

" Gw tunggu di parkiran rumah sakit yaa " Ucap Jeno, yang langsung mendapat anggukan dari Ardan dan Haikal.

Dua motor besar itu mulai meninggalkan lingkungan sekolah dengan melajukan kecepatan yang cukup tinggi di tengah jalan raya, hingga di pertiga lampu merah mereka berpencar, dengan Haikal dan Ardan yang berbelok ke kiri untuk mampir sebentar di mini market, sedangkan motor Dewa yang di kendarai oleh Jeno berhenti tepat di mana lampu lalu lintas berwarna merah.

" Lu udah izin sama om Jeff kan Jen? " Tanya Dewa, sedikit mencodongkan tubuhnya kedepan agar Jeno mudah mendengar.

" Udah, kenapa emangnya? "

Sebelum menjawab, Dewa menoleh ke belakang kembali melihat empat mobil berwarna hitam yang berhenti tak jauh di belakang mereka.

" Diikutin dari keluar gerbang sekolah "

Jeno membuka visor helm lalu melihat dari kaca spion motor, pantulan kaca spion itu memperlihatkan empat mobil hitam yang terlihat tak asing di matanya, lalu setelah itu ia mendengus kesal.

" Anggap aja mereka engga ada udah, males banget gw "

" Wokeh, gas aja kita mah "

🛡🔫

Ruang baca yang berada di bawah anak tangga kini menjadi tempat kerja sementara untuk Jeffrey yang memustukan beberapa hari kedepan akan bekerja di rumah, semua map dokumen perusahaan kini sudah berada di tangan Jeffrey yang beberapa hari lalu di biarkan menumpuk di ruang kerja.

Tiffany mendekat ke sang suami dengan sebuah ipad yang berada di tangannya.

" Mas, di bagian design ini banyak kesalahan yang harus di bahas, dari harga juga " Ucap Tiffany, tangannya terulur menunjukan sebuah ipad yang menyala.

Jeffrey mengalihkan perhatiannya dari layar laptop yang menyala di hadapannya, dan kini ia menatap layar ipad yang berada di tangan sang istri, jarinya memperbesar sebuah gambar yang berada di layar Ipad.

" Kamu bisa mengatur jadwal meetingnya untuk besok? "

" Bisa, via zoom mas? "

" Ya. "

" Aku catat ya di jadwal kamu "

Jeffrey mengangguk lalu kembali fokus dengan layar laptop di hadapannya, Tiffany kembali ketempatnya.

Ketukan pintu ruangan membuat atensi sepasang suami istri itu teralihkan, Jeffrey menghentikan jari jemarinya menari di atas keyboard, sedangkan Tiffany mematikan ipad lalu bangkit dari duduknya guna untuk membuka pintu ruangan.

" Siang tuan. "

Roy menunduk hormat kepada Jeffrey.

" Kamu bisa keluar sebentar, Tiff. " Ucap Jeffrey, Tiffany mengangguk.

Sebelum keluar ruangan Tiffany membawa ipad untuk kerjannya yang sebentar lagi akan selesai, setelahnya ia keluar ruangan dengan menutup pintu rapat.

Jeffrey bangkit dari duduknya, ia berjalan mendekat ke arah kaca besar yang menampilkan sebuah taman samping rumah tempat biasa dimana Jeno bermain jika bosan, bahkan bola basket yang waktu itu Jeno mainkan di biarkan tergelatak begitu saja di pinggir kolam renang.

Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana hitam kerjanya, kedua bola matanya menatap dengan tegas ke arah depan.

Jeffrey melirik sekilas ke arah Roy yang sudah berdiri di belakangnya dengan tangannya yang melipat ke belakang.

" Laporkan. "

Setelah mendengar perintah sang tuan, Roy maju selangkah untuk menyerahkan sebuah map berwarna coklat kepada sang tuan, Jeffrey mengambilnya lalu mengeluarkan isi dari dalam map tersebut, terdapat beberapa lembar foto putra bungsunya.

Lembar pertama adalah sebuah tempat sampah yang berada di kamar putra bungsunya, didalam tempat sampah itu banyak sekali batang rokok yang sudah pendek pendek, dan beberapa bungkus rokok berwarna putih dan biru yang sudah kosong.

Di lembar kedua, adalah foto hari ini, dimana anak bungsunya tengah berdiri bersama ketiga sahabatnya ditengah lapangan sembari mendengarkan amanat dari kepala sekolah yang berdiri di hadappan para murid murid.

Dan di lembar ketiga adalah Jeno yang baru saja keluar dari area sekolah dengan mengendarai sebuah motor besar.

Gurat marah langsung terpancar dari aura wajah Jeffrey, rahangnya terlihat semakin tegas, bahkan lembaran foto tersebut digenggam dengan sangat erat olehnya, hingga sedikit lecak.

Jeffrey kembali ke arah meja kerjanya, ia mengambil kasar ponsel miliknya yang tadi tergeletak di atas meja, lembaran foto itu di banting di atas meja olehnya, dan kini ponselnya ia dekatkan ke daun telinganya setelah sambungan telponya tersambung.

" Jemput Jevano jam satu siang " Ucap Jeffrey.

Setelah mendapat jawaban singkat dari putra sulungnya, Jeffrey mematikan sambungan telpon tersebut dengan sepihak.

Jeffrey melirik tajam asisten pribadinya, membuat Roy yang sudah mengerti dengan lirikan tersebut langsung menunduk hormat dan melangkahkan kakinya keluar luar ruangan.

Setelah terdengar pintu ruangan tertutup kembali, Jeffrey kembali melihat lebaran foto pertama, sampah batang rokok yang banyak sekali, yang di temukan oleh Alex ketika menggeledah kamar Jeno.

Bukan sekali atau dua kali Jeffrey mendapat laporan dari asistennya, bahwa Jeno sering sekali terlihat merokok, entah itu di sekolah atau di luar sekolah bahkan sepertinya di rumah juga, karna sampah batang rokok banyak sekali di dalam tempat sampah yang berada di kamar mandi Jeno.

Mungkin, memang sudah saatnya ia memberikan peringatan pertama untuk Jeno, putra bungsunya.

🛡🔫

Parkiran motor yang berada di bawah gedung rumah sakit swasta yang berada di pusat ibu kota kini terlihat sangat ramai dan penuh.

Sudah hampir sepuluh menit lebih Jeno dan Dewa menunggu Ardan dan Haikal namun, dua pemuda itu belum terlihat batang hidungnya sama sekali.

" Borong mereka Dew haha " Ucap Jeno, setelah melihat motor besar milik Haikal masuk ke dalam parkiran motor.

" Aga ngelunjak emang, tapi engga pa-pah aku mah ikhlas "

Haikal memarkirkan motornya sedikit jauh dari jarak motor Dewa yang terparkir, karna mememang lahan parkir di samping motor Dewa sudah di isi oleh pemilik motor lain.

Ardan turun dari motor dengan kedua tangannya yang penuh membawa kantong plastik dan tote bag belanjaan, tangan kanan menenteng sebuah plastik cukup besar berwarna putih dengan logo mini market di tengah, sedangkan tangan kirinya menenteng tote bag berwarna hitam dengan logo M di tengah yang berisi junk food.

Ardan menyerahkan satu kantong plastik berwarna putih kepada Dewa.

" Sumpah kaya mau piknik engga sih? " Tanya Ardan, yang baru saja tersadar bawaan mereka lumayan banyak.

Dari cemilan, makanan berat, serta makanan manis.

" Iya, cuman piknik kita kali ini aga laen, karna di rumah sakit "

" Udah kan yaa? Yuk masuk sekarang aja, sih farrel udah kasih tau ruangannya nih " Ucap Haikal

Mereka akhirnya berjalan ke depan pintu masuk rumah sakit, sepanjang jalan mereka menuju pintu masuk rumah sakit, mereka sesekali membaca sebuah banner yang terpajang di depan rumah sakit besar ini.

Ternyata rumah sakit ini sering kali mendapat penghargaan yang luar biasa karna pelayanannya, dan kondisi rumah sakitnya yang bersih serta mewah ini, bahkan ada beberapa dokter di sini yang di undang ke acara televisi seperti di wawancarai seputar kesehatan di program televisi.

Dua penjaga yang berdiri di depan pintu masuk itu mencegat mereka dengan ramah, untuk memeriksa tas yang mereka bawa di cek satu persatu.

" Emang tampang kita tampang tampang teroris ya Dan? " Bisik Haikal ke Ardan.

" Kayanya Kal "

Setelah tidak di temukan barang yang membahayakan, dua penjaga itu mempersilakan mereka untuk masuk, namun dua penjaga itu tiba tiba sedikit membungkukan badan ke arah Jeno, membuat Jeno langsung salah tingkah.

Ketika melewati meja registrasi juga sama, dua wanita yang berpakaian seperti perawat menunduk hormat ke arahnya, membuat Jeno hanya bisa tersenyum kikuk.

" Lu engga lupakan Jen, ini rumah sakit milik siapa? " Tanya Dewa, membuat Jeno menoleh ke arahnya.

" Punya kakek lu anjir, noh liat! " Jawab Dewa menunjuk sebuah spanduk yang menjuntai dari atap gedung paling atas ke bawah.

" LAH ANJ--HMPP?! "

Mulut Haikal langsung di bekap dengan telapak tangan milik Jeno.

" Kaget kan? Sama gw juga kaget tadi pas bacanya, dan bodohnya kita juga baru sadar sekarang anjir " Ucap Dewa

" Berarti lu waktu sakit kemarin di rawat di sini? " Tanya Ardan yang sedari tadi sibuk memakan yupi berbentuk cacing.

Jeno mengangguk lalu melepaskan bekapannya dari mulut Haikal, dan mengelap telapak tangannya ke jaket milik Dewa.

" Asyu kali kau! "

" Berobat di sini pake bpjs engga yaa "

" Rumah sakit kaya mall gini ya lur, apa kaga betah tuh pasien "

" Kenapa kita baru sadar ya cok kalau ini rumah sakit kakeknya sih Jeno, kali aja  Vino dapet diskon gitu "

Kini mereka berdiri di depan sebuah lift yang tertutup rapat, ada lima lift yang berjejer, dari lift khusus untuk staff rumah sakit, dan lift umum.

Haikal sudah menekan tombol dan ternyata pintu lift langsung terbuka, ke empat pemuda itu langsung masuk ke dalam lift dan Haikal menekan tombol ke lantai empat.

" Anjirr sepuluh lantai gilaaa! Rumah sakit apaan sepuluh lantai?! " Suara Haikal menggema di dalam ruangan kotak besi tersebut.

" Ada indomaretnya engga sih di atas, makanya ada sepuluh lantai "

" Anjir bisa jadi "

Pintu kotak besi itu terbuka lebar, mereka  keluar satu persatu dari dalam sana, di depan lift sudah ada anggota dari club motor Vino, Farrel, yang menunggu mereka karna tadi Haikal mengabarinya.

" Woi Rel, sehat? " Haikal dengan akrab merangkul bahu Farrel.

" Sehat gw mah kal, yang sakitkan ketua gw "

" Owh iya bener "

" Bisa buruan engga, gw laper mau makan! " Keluh Ardan, ia sejak tadi memang menahan lapar.

" Buru dah Rel tunjukin Vino dimana, dari pada kena maung sih Ardan lo "

Farrel jalan lebih dulu menyusuri lorong lantai empat yang terlihat sangat sepi dan sunyi, namun tidak lupa dengan bau obat yang sangat ciri khas dengan rumah sakit.

Melewati beberapa ruangan yang pintunya tertutup rapat, akhirnya mereka sampai di depan ruangan dengan pintu berwarna putih susu dan tertempel nomer ruangan 008 dan nama pasien yang berada di bawahnya.

Farrel membukakan pintu ruang rawat tersebut, membuat yang berada di dalam ruangan menoleh ke arahnya, ada tiga anggota motor Vino yang sudah datang lebih dulu yaitu, Januar, Felix, Angga.

Dewa dan Ardan menaru bingkisan mereka di lantai ruang rawat yang beralas karpet.

Haikal berjalan mendekat ke arah Vino yang sedang terbaring di atas brankar pasiennya.

" Assalamualaikum pak haji, gimana kabar, masih inget kita engga? "

" Masih lah, lu kira gw amnesia?! "

" Masa?! "

" Gw siapa? " Haikal menunjuk dirinya sendiri.

" Haikal. "

" Owh iya bener masih inget, berarti kecelakaannya kurang parah ya Vin? "

" Anjing "

" Monyet "

" Babi "

" Biawak "

" Kadal "

" TEROS! TEROS LANJUTIN ABSEN KEBUN BINATANGNYA! " Ucap Ardan, menatap Vino dan Haikal dengan garang.

" Maap ka "

" Di maapin "

Lalu Ardan ikut duduk di atas karpet dengan yang lain, baru ingin membuka kotak bungkusan yang berisi ayam namun suara Jeno menghentikannya.

" Gw minta waktunya buat ngobrol sama Vino sekarang bisa? " Jeno bertanya kepada yang lain.

" Bisa, kita keluar dulu kalau gitu " Ucap Aiden, bangkit dari duduknya.

Haikal menarik lengan Ardan agar keluar dari ruangan Vino, Ardan menatap makanan yang tergeletak di atas karpet dengan sedih.

Pintu ruangan tertutup rapat dari luar, dan di ruang rawat hanya ada leader dan captain dari dua club motor yang berbeda.

Jeno menaru tas sekolah di atas sofa kulit yang berada didekat tembok, tak jauh dari brankar Vino, merebahkan tubuhnya di atas sofa empuk tersebut. 

" Okey, gw akuin gw kalah dibalapan motor kali ini, uang udah gw transfer ke rekening lu, sesuai perjanjian waktu itu  " Ucap Vino, lalu menunjukkan bukti lewat ponselnya, Jeno hanya melirik layar ponsel Vino sekilas.

" Keadaan lu gimana? " Tanya Jeno, mengalihkan pembicaraan.

" Lebih baik, lu gimana? Kata bang Yuda lu sempet tremor "

" Tremor gw udah ilang, cuman suka muncul tiba tiba " Ucap Jeno, mengamati dengan serius kedua telapak tangannya.

" Motor lu kata bang Aldi engga bisa di benerin sama sekali, mending lu beli baru aja. "

" Emang gila sih yang sabotase anjing banget "

" Engga lu cek dulu pas awal? " Tanya Jeno

" Gw cek okey okey aja, bahkan Farrel sampe ikut cek "

" Emang udah takdir lu kalah dari gw "

" Bajing "

Jeno tertawa kecil mendengar umpatan yang keluar dari mulut Vino.

" Jen "

Jeno menoleh melihat Vino yang menatap ke arahnya dari kejauhan.

" Apa sih anjing liatnya engga usah gitu nyet, gw engga demen sama lu "

" Badjing banget emang lu Jen sialan "

" Hahaha, gw tau maksud lu, club motor lu mau gabung ke club motor gw? "

Vino yang mendengarnya cukup terkejut, Jeno cenayang kah bisa membaca pikirannya.

" Kok tau? "

" Tau lah "

" Gampang itu mah, gw minta pendapat dulu sama senior, walau gw captain tapi leader gw masih senior jadi engga bisa seenak itu nerima musuh masuk ke dalam club  "

" Iya, bismillah biar musuh gw berkurang walaupun satu doang " 

" Musuh di bayakkin, nyawa tuh pikirin hampir melayang kalau engga gw bacain al fatiha waktu itu mah "

" Anjir, romannya doanya manjur ya pak haji "

" Iyalah gw kusyu banget bacanya "

Jeno bangun dari posisinya, sedikit meregangkan tubuhnya yang terasa pegal.

" Gw panggil bocah ya, udah engga ada yang mau di bicarin soal club lagi kan? "

" Engga. "

Jeno mendekat kearah pintu ruang rawat, membuka pintu itu dengan lebar dan melihat para sahabatnya yang tengah terduduk dilorong lantai depan ruang rawat Vino.

" Anjir macem gembel "

" Emang cocok Jen? " Tanya Aiden

" Cocok. "

" Sialan. "

" Hahaha udah mending masuk lu pada, malu di liattin perawat sama dokter kalau lewat  "

Jeno mempersilakan mereka untuk masuk kedalam ruang rawat, setelahnya Jeno menutup pintu dengan rapat.

🛡🔫

Mobil yang di kendarai oleh Demian berhenti tepat didepan lobby rumah sakit Alexson, Demian turun lebih dulu lalu membukakan pintu mobil sebalah kiri untuk Jevandra, sedang di sebalah kanan, di bukakan oleh Alex.

Para penjaga yang berdiri di depan lobby itu langsung menunduk hormat ke arah cucu pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja.

Jevandra dan Jeandra mulai masuk ke dalam gedung rumah sakit milik sang kakek, beberapa staff rumah sakit yang berpapasan denganya langsung menunduk hormat, tak ada respon apapun dari mereka, dua putra Jeffrey itu hanya menampilkan ekspresi wajah datar yang sama persis seperti milik Jeffrey.

Sekitar ada tiga bodyguard yang mengikuti mereka dari belakang, sedangkan Alex memimpin jalan lebih dulu di depan kaka beradik itu.

Alex menekan tombol lift dan tak lama pintu lift khusus itu terbuka, asisten pribadi milik Jevandra itu masuk lebih dulu, lalu mempersilakan Jevandra dan Jeandra untuk masuk, di susul dengan ke tiga bodyguard yang berdiri di depan mereka.

Jevandra melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 13:15 siang.

" Looks like this will be the last time Jevano will play outside the house. " Ucap Jevandra

" Why, dad knows something? " Tanya Jeandra, Jevandra mengangguk.

Pintu lift sudah kembali terbuka, mereka keluar dari sana lalu menelurusi lorong ruang rawat yang sepi hanya ada dua perawat wanita yang berjaga didepan depan.

Ruangan yang mereka tuju akhirnya ketemu, Alex mengetuk pelan pintu bercat putih tulang itu tak lama pintu itu terbuka dari dalam.

Kebetulan sekali, yang membuka pintu ruang rawat itu adalah Jeno, adiknya.

Raut wajah Jeno terlihat terkejut, pemuda itu menoleh ke belakang melihat para sahabatnya yang masih asik bermain game lewat ponsel ada juga yang masih nyemil nyemil kecil.

Jeno keluar ruangan lalu menutup pintu dengan rapat agar para sahabatnya tidak mendengar percakapannya dengan kedua kakanya.

" Pulang. " Terdangar nada suara yang terdengar tegas dari putra sulung Jeffrey.

" Kenapa, tadi pagikan udah izin katanya boleh main " Ucap Jeno, sehalus mungkin, ia tak mungkin meninggikan suaranya di depan Jevandra Jeandra karna situasi lingkungan, dan tentu saja dengan rencananya agar bermain sepuasnya tanpa gangguan. 

" Pulang, Jevano. "

" Tadi pagikan udah izin, lu berdua liat sendiri kan di meja makan. "

" Pulang. "

" Gw tuh cuman mau main, kenapa sih! " Ucap Jeno, yang kini sudah tersulut emosi dan menatap kesal Jevandra dan Jeandra.

" Pulang. Sebelum kaka paksa, Jevano. " Ucap Jevandra kembali membuat Jeno berdecak semakin kesal bahkan kini ia menghentakkan kakinya di lantai, lucu.

Jeno masuk kembali ke dalam ruangan, ia mengambil kasar tas sekolahnya yang tergeletak diatas sofa.

" Gw balik duluan. "

" Balik sama siapa lo? " Tanya Dewa

" Setan! " Jawab Jeno, sengaja di tinggikan agar orang yang berada di depan mendengar, kali aja saja mereka tersadar.

Setelah punggung Jeno lenyap tertutup pintu ruang rawat, Dewa bangkit dari duduknya dan meninggalkan makannya sejenak, ia membuka pintu ruangan dan langsung menutupnya kembali dengan cukup kencang.

" Di jemput siapa Jeno? Kakanya? " Tebak Ardan, yang langsung di angguki oleh Dewa. 

" Serem bor gilaa hawanya masih ketinggalan didepan " Ucap Dewa, lalu kembali duduk di tempatnya dan melanjutkan memakan chicken spicynya.

Kotak besi berjalan yang di masuki oleh Jeno berhenti ketika layar dekat tombol angka menunjukkan angka satu, pintu terbuka lebarJeno berjalan cepat keluar dari lift meninggalkan Jevandra dan Jeandra yang tertinggal di belakang.

Sampai diluar gedung rumah sakit, Jeno melihat Demian yang membukakan pintu mobil untuknya, Jeno masuk kedalam mobil disusul oleh Jevandra yang duduk di depan samping Alex, sedangkan Jeandra di belakang bersama Jeno.

" Jalan. " Perintah Jevandra

Mobil hitam tersebut mulai meninggalkan perkarangan rumah sakit dengan satu mobil hitam yang mengikuti di belakang.

Sepanjang jalan pulang menuju rumah, mobil yang di kendarai oleh Demian di penubi oleh kesunyian, tidak ada yang saling bicara satu sama lain, bahkan Jeno lebih fokus menatap jalan raya lewat kaca mobil yang jika di liat dari luar sangat gelap.

Jevandra sesekali menoleh kebelakang memastikan sang adik dengan baik.

Hingga akhirnya mobil yang di tumpangi oleh mereka sampai di perkarangan halaman rumah, Jeno buru buru keluar dari mobil dan menutupnya dengan kasar membuat Jevandra dan Jeandra menghela nafas kasar melihatnya.

" Let dad take care of it. " Ucap Jevandra

Mereka berdua turun dari mobil, lalu menyusul sang adik yang sudah masuk ke dalam rumah lebih dulu. 

Tiffany bangkit dari duduknya ketika mendengar suara pintu rumah yang di buka cukup kasar, wanita cantik itu langsung tersenyum ketika melihat putra bungsunya yang ia tunggu sedari tadi sudah pulang.

Tiffany mendekat ke arah Jeno, membawa masuk tubuh Jeno kedalam pelukannya.

Jeno segera melepaskan pelukan itu dengan cukup kasar, membuat Tiffany yang  melihatnya cukup terkejut.

" Jev, kenapa? "

" Bun, Jeno engga suka ya kaya gini! Jeno cuman mau main bun, mau liat Vino yang lagi sakit, itu juga tempatnya di rumah sakit milik papahnya om Jeff! "

" Jeno juga udah izin tadi pagi dibolehin main, kenapa sekarang di suruh pulang?! "

" Waktu main Jeno keganggu karna mereka! "

Setelahnya Jeno memustukan untuk meninggalkan sang bunda diruang tengah, Tiffany memejamkan matanya ketika mendengar suara pintu kamar yang di tutup dengan kasar.





























Continue Reading

You'll Also Like

179K 10.3K 20
Renjun mengira jika ia menikah di usia muda ia akan terlepas dari sangkar emas yg membelenggu hidupnya. Nyatanya itu hanya angan-angan yg tidak pern...
5.4K 186 6
Apo Nattawin jongcheveevat adalah anak tunggal pasangan dr mewgulf ia bersikap seperti anak kecil Krn selalu di manja orang tuanya dia jg sangat cant...
6.6K 518 28
THRILLER - ROMANTICE 🖤🔫 [Mengandung alur 18+] ✓ Mohon Bijak Dalam Membaca :) . . Siapa bilang jiwa psikopat itu hanya bersikap pendiam, dingin, dan...
280K 1.1K 14
masih lanjutan dari oneshoot yang di hapus lagi dan lagi 😌 Karina X All Mature content 🔞🔞🔞