Jevano William

By devintasantoso

1.7M 124K 15.5K

Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebag... More

01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
31.
32.
33.⚠️
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41. ⛔️
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49. 🚫
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.

30.

31.4K 2.2K 398
By devintasantoso

Di perjalan pulang, Jeffrey terus saja memperhatikan gerak gerik dari putra bungsunya yang terlihat sangat gelisah,  Jeno selalu mengurut satu sama lain telapak tangannya yang di plaster berwarna putih.

" Jev. " Panggil Jeffrey, membuat Jeno tersentak kaget.

" Iy-yaa "

Terlihat sorot kedua bola mata Jeno yang menatap Jeffret dengan ketakutan dan gelisah tak tenang.

Jeffrey membawa kedua tangan putra bungsunya untuk di genggamnya, Jeno menurut tak menolak ataupun menepis tangan Jeffrey, namun Jeno enggan untuk menatapnya kembali dan memilih menatap keluar kaca jendela mobil.

Mobil yang di kendarai oleh Demian masuk ke dalam halaman rumah Tiffany, Demian mematikan mesin mobil membuat Roy segera melepaskan seltbeat dan keluar dari mobil lebih dulu untuk membuka pintu mobil dari bagian posisi Jeno.

Jeno melepaskan genggaman tangan itu dengan cukup kasar dan turun dari mobil dan berjalan cepat masuk kedalam rumah.

Tiffany menunggu di ruang tengah bersama Jevandra dan Jeandra dengan raut wajah yang terlihat khawatir, suara pintu rumah yang di buka membuat wanita cantik itu bangkit dari duduknya.

Wanita cantik yang sudah mengenakan piyama tidur itu, cukup terkejut melihat penampilan Jeno yang sangat berbeda ketika berangkat tadi, pakaian hitam itu, sudah di gantikan oleh piyama rumah sakit, dan plaster putih yang menempel di kedua tangan putranya.

Jeno berdiam di tempat ketika sang bunda berjalan mendekat ke arahnya, Tiffany langsung saja memeluk erat tubuh Jeno.

" Bun "

Tiffany melepaskan pelukannya lalu menatap lekat Jeno yang sedikit lebih tinggi darinya, membawa kedua tangan sang anak untuk memperlihatkan lukanya.

" Engga ada yang luka lagi kan? Cuman tangan kamu aja kan? Ada yang sakit engga? " Tanya sang bunda bertubi tubi, Jeno menggeleng.

" Kamu tuh! suka banget bikin bunda khawatir aja tau engga! "

" Bundanya aja yang parnoan "

" Bunda berarti sayang sama kamu Jevanoo " Ucap Tiffany menarik kedua pipi putranya yang chubby, Ia gemas dengan putra bungsunya.

" Mana papah? " Tanya Tiffany ketika tidak melihat keberadaan suaminya. 

" Ilang, di ambil setan pohon mangga. " Ucap Jeno lalu berlari menaiki anak tangga dengan cepat menuju kamarnya.

Jeno menutup pintu kamarnya dengan pelan, dan memilih untuk berganti pakaian terlebih dahulu di walk in closet, tak lama ia keluar dengan piyama tidur berwarna cream dengan motif lucu yang memenuhi piyama tidurnya. 

Jeno berjalan ke arah balkon kamar, mendorong pintu kaca ke samping dan menyenderkan punggungnya dengan pagar hitam balkon, mengeluarkan ponselnya dari saku piyama, ia harus menghubungi salah satu sahabatnya untuk menanyakan kabar Vino.

Setelah sambungan telpon tersebut tersambung, Jeno mendekatkan ponselnya ke daun telinga, lalu membalikkan badan membelakangi pintu balkon.

Haikal Jhonwiratama

" Gimana? "

" Santai, udah dapet ruangan "  

" Btw kata bang Yuda, motor Vino emang bener ada yang sabotase, kaya Dewa bilang tadi, pake semacam sabotase koneksi gituu, engga tau di sebutnya apa "

" Pokoknya gas motor Vino pas balapan di tambah kecepatan gituu, tapi bukan dari Vino, dari orang lain melalui koneksi. "

" Kata bang Yuda begitu "

" Terus Vino nya udah sadar apa gimana? "

" Sadar, sedikit sedikit mah, tadi habis operasi kecil "

" Terus lu di mana? "

" Lagi ngopi di belakang rumah sakit "

" Sini join lah bang "

" Ngopi Jen ngopi "

" Minimal mahh ngopi sama nyebat dikit "

" Ada jasjus anggur anjay! "

" Jen! Ada yang jual permen sugus! "

" Bacod ah "

Ketika Jeno hendak ingin mematikan sambungan telpon tersebut, namun, tiba tiba suara panggilan Haikal dari telpon menghentikannya, dan kembali mendekatkan ponselnya di ke telinga.

" JENOO! "

" Berisik kal. "

" Hehe sowry, gw baru inget besok kelas dua belas ngambil kartu ulangan lu dateng? "

" Engga, gw nitip ke putra kayanya. "

" Ke gw aja, tapi tf gw seratus ribu hehe "

" Minta Dewa aja di suruh Jeno gitu "

" Bener ya! "

" Iya. "

" DEWA LU DENGERKAN TADI JENO BILANG APAA?! "

" IYA! UDAH GW TF KE ELU! "

" Okey makasi sayangk much "

Jeno bergedik geli ketika Haikal mengucapkan kata tersebut, Ia langsung saja mematikan sambungan telpon tersebut, lalu melihat ke room chat kelas.

Ada info untuk kelas dua belas besok disuruh datang ke sekolah untuk mengambil kartu ulangan, berarti besok libur, tidak kegiatan belajar.

Ah~ indah sekali besok senin dan libur.

Jeno membalikkan badan dan hampir saja ia meloncat ke bawah, karna terkejut melihat Jeffrey yang sudah duduk di kursi kayu balkon kamar, dengan menatapnya datar dan kedua tangannya yang melipat di depan dada, Jeno mengusap dadanya lalu menyenderkan punggungnya di pagar balkon ia seketika lemas karna terkejut.

" Masuk kamar. " Ucap Jeffrey, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan masuk lebih dulu ke dalam kamar.

" Sumpahh lu astaghfirullah, fuck you Jeffrey!  " Ucap Jeno, mengacungkan jari tengahnya ke pada punggung Jeffrey.

" Jevano. "

" Ih Iya. "

Jeno masuk ke dalam kamar dengan kakinya yang menghentak kecil, ia menutup pintu balkon kamar lalu menutupinya dengan gorden, setelah itu berjalan ke arah Jeffrey yang menyuruhnya untuk naik ke atas ranjang.

" Kenapa sih! "

" Sudah waktunya tidur. " Ucap Jeffrey, Jeno melihat jam kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 01:45 malam.

Jeno menurut, ia juga mulai merasakan kantuk kembali, menarik selimut dan menidurkan tubuhnya di atas ranjang.

" Yaudah, ngapain masih di sini? " Ucap Jeno, yang masih melihat keberadaan Jeffrey di dalam kamarnya.

Jeffrey tak menjawab, membuat Jeno berdecak kesal, Jeffrey mematikan saklar lampu kamar dan menghidupkan lampu tidur yang berada di atas laci samping ranjang, Jeffrey berjalan ke sisi sebelah kiri Jeno ia naik ke atas ranjang dan menyenderkan punggungnya dengan kepala ranjang.

" Tidur. "

Perintah Jeffrey, membuat Jeno mendengus kecil, dan akhirnya mulai memejamkan matanya.

Jeffrey sama sekali tak ikut memejamkan matanya, ia selalu memerhatikan putra bungsunya yang tertidur pulas dengan lekat, sesekali ia mengelus rambut lebat Jeno yang mulai panjang, merasa sang putranya sudah tertidur dengan nyenyak,  Jeffrey turun dari ranjang secara perlahan, berjalan ke luar kamar dengan menutup pintu kembali pelan.

Roy sudah menunggunya di depan kamar Jeno, asisten pribadinya itu, menyerahkan sebuah ipad kepada sang tuan.

Jeffrey mengambilnya dan berjalan kearah ujung lorong lantai dua.

Layar ipad itu menampilkan sebuah vidio rekaman dimana terjadinya sebuah kecelakaan, antara motor dan gerobok buah, dan juga melihat putra bungsunya yang terus memanggil sahabatnya yang sudah berlumuran darah.

" Semuanya sudah clear, tuan. " Ucap Roy, Jeffrey mengangguk kecil, dan kembali menyerahkan benda tersebut kepada Roy.

Jeffrey melangkah kembali menuju kamar Jeno, ternyata di depan kamar Jeno sudah ada sang istri yang menunggunya.

" Jevandra and Jeandra are on their way to the mension, are you not following? " Tanya Tiffany, membuat Jeffrey menggeleng.

" Not for now, maybe tomorrow or the day after tomorrow, i will go there bring Jeno and you. " Jawab Jeffrey, yang langsung mendapat senyuman manis dari sang istri.

Jeffrey mengecup kening sang istri yang membuat Tiffany memukul dada bidangnya ia cukup malu karna ada Roy yang memerhatikannya.

" Udah ah aku mau tidur sama Jeno, kamu ganti baju dulu, baru boleh tidur sama Jeno. " Ucap Tiffany, yang langsung mendapat anggukkan dari Jeffrey.

🛡🔫

Pagi di hari senin, hari dimana minggu awal dimulai, di awali dengan kicauan burung dan cuaca pagi yang sejuk, karna tadi malam sempat di guyur hujan lebat dan angin yang cukup kencang, bahkan kini biasanya matahari sudah menampakan diri namun sekarang belum terlihat sama sekali, hanya sedikit cahaya yang terlihat karna separu tertutup oleh awan yang hitam pudar.

Tiffany sudah berkutat dengan alat dapur bersama budeh Darmi yang selalu menemaninya di dapur, tinggal satu lauk lagi untuk sarapan, yaitu cream soup ayam jagung untuk Jeno yang sengaja di masak belakangan biar nanti ketika di makan masih cukup hangat.

" Budeh, nanti malam keluarga besar mas Jeffrey akan makan malam di sini, tolong siapin bahan bahannya yang cukup ya, Deh  " Ucap Tiffany

" Iya non, nanti budeh sama agus ke supermarket "

" Makasi, Deh "

" Sama sama, non "

Tiffany mengaduk cream soup tersebut, sesekali ia menyicipinya, dan rasanya sudah cukup pas untuk di nikmati, wanita yang mengenakan apron masak itu, memindahkan cream soup ke dalam mangkok dan menatanya di atas meja makan.

" Morning mom "

Tiffany menoleh, melihat kedua putra tampanya yang datang secara bersamaan, ada yang berbeda dari Jevandra dan Jeandra.

Biasanya, kedua putranya ini setiap pagi selalu sudah rapih dengan setelan jas kerjanya, dan sebuah ipad di tangan masing masing, dan hari ini setelan jas kerja tidak melekat di tubuh mereka.

Tiffany merasa lucu saja, karna yang setiap harinya selalu melihat Jevandra dan Jeandra mengenakan pakaian formal dan sangat jarang memakai pakaian santai.

" Morning sayang. "

Jevandra dan Jeandra saling bergantian untuk memeluk tubuh sang ibunda.

" Jevano belum bangun? " Tanya Jeandra

" Belum, masih tidur sepertinya " Jawab Tiffany

Jevandra dan Jeandra memutuskan untuk duduk terlebih dahulu di kursi meja makan sembari menunggu sang adik dan papah, di temani oleh segelas teh hangat yang di buat oleh Tiffany.

" Have you taken time off?  " Tanya Tiffany, yang ikut duduk di kursi meja makan dengan mencemili cookies coklat.

" But it won't be long, only a week and even then if there are no more pests in the company. " Jawab Jeandra

" It doesn't matter what's important you can take a break for a while, don't struggle with documents anymore, enjoy your time. "

" Thanks mom. "

" My pleasure. "

"Jevano tidak sekolah mom? " Tanya Jeandra

" Libur katanya, cuman ngambil kartu ulangan aja "

" Jevano there will be a graduation test? " Tanya Jeandra kembali.

" Yapss, ulangan sekolah dan ulangan terakhir di kelas dua belas, mungkin ada lagi nanti, tes untuk masuk ke dalam universitas. " Ucap Tiffany, menjelaskan kepada kedua putranya.

Tiffany cukup maklum, karna kedua putranya saat sekolah dasar hingga kuliah, tidak pernah menjalankan pendidikan di indonesia, Jeffrey selalu mendaftarkannya di sekolah international di salah satu negara yaitu, italy dan canada.

Dua negara, yang selalu menjadi pusat tempat berpergian Jevandra dan Jeandra dari kecil.

Di negara italy, di salah satu ibu kota, tempat di mana Jeafrin dan Lisa tinggal, memiliki mension yang sangat mewah, dan di negara canada, adalah tempat di mana keluarga Jashon tinggal, Malvin lahir di canada lebih tapatnya di kota toronto.

Percakapan mereka terhenti ketika melihat kedatangan Jeffrey dan Jeno secara bersama, dengan Jeno yang masih terlihat muka bantal, padahal sudah mandi, itupun terpaksa karna Jeffrey membangunkannya, dan menyuruhnya untuk segera mandi atau hanya sikat gigi saja, Jeno lebih milih untuk mandi.

Niatnya agar dirinya kembali lebih segar namun ternyata malah salah, tubuhnya sempat menggigil di bawah air shower yang menyala, salahnya juga cuaca dingin seperti ini, tidak memakai air hangat, padahal Jeffrey sudah menyuruhnya, namun Jeno lupa.

Tiffany bangkit dari duduknya, memeluk singkat tubuh Jeno dan mengecup kening putra bungsunya, menuntunnya untuk duduk di tengah tengah antara dirinya dan Jeffrey.

Sarapan di mulai dengan sunyi, hanya ada suara jam dinding yang menemani kesunyian di meja makan, hingga akhirnya kesunyian itu hilang ketika sendok yang di pegang oleh Jeno untuk manyendok sebuah sup terjatuh ke lantai.

Jeno menunduk menatap kedua telapak tangannya yang kembali mengalami tremor di bawah meja makan, Jeffrey langsung menggenggam tangan Jeno, sangat terasa, gimana kedua tangan putra bungsunya yang bergetar.

Tiffany yang melihatnya kebingungan, dan menatap sang suami dengan bertanya.

" Papah suapi ya. " Ucap Jeffrey, yang langsung mendapat anggukkan kecil dari Jeno.

Tiffany yang melihatnya tersenyum kecil, ia senang sekali bisa melihat Jeno akur terhadap Jeffrey, tidak seperti tikus dan kucing lagi.

🛡🔫

Setelah sarapan, Jeno tidak langsung kembali ke dalam kamar, putra bungsu robinson itu memilih untuk menonton sebuah flim Transformers: The Last Knight di ruang tengah, di temani oleh anggota keluarganya.

Jevandra dan Jeandra, tadi sudah berkata bukan, kalau mereka akan mengambil cuti untuk beberapa minggu kedepan, dan menemani adik bungsu mereka di rumah.

Jeffrey, tak ikut ambil cuti, ia tetep menyuruh Roy membawa dokumen pekerjaan ke rumah, dan setiap malam akan ia cek.

Jeno duduk di tengah tengah antara Jeffrey dan Tiffany, sedangkan Jevandra dan Jeandra duduk di sofa single, punggungnya merasa pegal karna sudah cukup lama duduk dan tidak mengubah posisi apapun.

Jeno memutuskan untuk menidurkan tubuhnya atas sofa panjang, dengan paha Jeffrey yang di jadikan bantal, dan kakinya yang di taru di atas paha bunda, bukan Jeno yang mau, tapi sang bunda yang menarik kakinya agar berada di atas pahanya.

Acara menonton flim itu sedikit terganggu karna mendengar suara ponsel Jeno yang berbunyi pertanda pesan masuk, Jeno sontak bangun dari posisinya, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, ada sebuah pesan masuk yang di kirimkan oleh Putra.

Jeno membalas dengan singkat, lalu bangkit dari posisi duduknya dan melangkah dengan cepat ke arah pintu rumah, membuka pintu rumah dan melihat ke arah gerbang rumah yang sedikit terbuka, di sana ada Roy dan Demian.

" Ini temen gw, bukan buronan. " Ucap Jeno.

Roy dan Demian sontak langsung menoleh ke arahnya dan menunduk hormat, kedua asisten pribadi itu sedikit menjauh dari sana, memberikan ruang untuk sang tuan mudanya mengobrol dengan sahabatnya.

" Alhamdulillah selamet gw anjir! Lu kenapa lama sih! " Ucap Putra, dengan sedikit kesal karna ia sudah takut sekali di introgasi oleh mereka tadi.

" Nonton flim, mana kartu gw "

Putra menyerahkan sebuah lembaran kertas berwarna putih kepada Jeno.

" Perasaan Haikal dah yang mau nganter " Tanya Jeno

" IH DIA AJA NITIP KE GW SAMA PUTRA! " Ucap Haje, berteriak membuat Jeno dan Putra meringis.

Putra menggeplak kepala belakang Haje yang membuat sang empu meringis.

" Berisik nyemot! Nanti kalau kita di lemparin sendal swallow sama tetangga gimana " Ujar Putra, yang mendapat senyumnya cengengessan dari Haje.

Jeno merogoh saku celana pendeknya, lalu menyerahkan selembar uang berwarna biru kepada Putra.

" Bagi dua yaa gw lagi kismin "

" Kismin tapi punya bodyguard lu "

" Punya bokap tiri gw anjeng "

" Yahaha punya bokap tiri "

" Berisik yatim. "

" Jen.. Nangis Jen gw sumpahh " Ucap Putra, yang langsung berpura pura nangis di belakang tubuh Haje.

" Jen engga boleh nangissin anak yatim, dosa " Ucap Haje, mengelus rambut Putra

" Maap. "

" Di maapin. "

" Jevano. "

Jeno menoleh ke belakang ketika namanya di panggilnya oleh Jeandra dari pintu, Putra dan Haje melongok dari pagar rumah.

" Anjrit siapa tuh cakep banget gilaa! "

" Kok bisa bening banget ya! "

" Skincarenya air wudhu engga sih? "

" Tapi kok mirip sama you?! "

" Anak bokap tiri gw. "

" Oalah tapi kok mirip? " Tanya Haje

" Ya engga tau! Mending lu pada pulang. " Ucap Jeno, berniat mengusir mereka.

" Di usir anjir kita! " Ucap Putra, menepuk pundak Haje

" Yaudah brow balik dulu " Ucap Haje, mencium punggung tangan Jeno bergantian dengan Putra.

" Ngapain salim sih "

" Biar berkah "

" Aminn ya Allah "

Setelah motor yang di kendarai oleh Putra sudah pergi, Jeno langsung menutup pagar, dan berlari kecil mendekat ke arah Jeandra yang menunggunya di depan pintu.

" Teman? " Tanya Jeandra, yang langsung mendapat anggukkan dari Jeno.

" Masuk. "

Jeandra menyuruh Jeno masuk lebih dulu, sedangkan ia mengikuti sang adik dari belakang.

" Ada apa, Jev? " Tanya Tiffany, ketika melihat kembali keberadaan putra bungsunya.

" Putra sama Haje nganterin kertas ulangan. " Jawab Jeno, lalu kembali ke tempat posisinya yang tadi.

Jeno kembali menidurkan tubuhnya dengan paha Jeffrey yang di jadikan bantal, dan kakinya yang kembali di tarik oleh Tiffany biar berada di atas pahanya.

Jeno kembali menikmati flim robot tersebut, walaupun tadi ada beberapa scane yang tertinggal, tapi tak apa, ia bisa menonton ulang nanti.

Tangan Jeffrey terus menerus mengelus kepala Jeno dengan pelan, sesekali ia mengurut dahi sang putra, membuat sang empu, menguap karna mulai merasakan hawa kantuk yang menyerang.

Jeffrey tau, bahwa Jeno akan gampang tertidur ketika seseorang mengelus kepalanya dengan pelan, dan Jeffrey melakukan itu dengan sengaja, membiarkan putra bungsunya untuk beristirahat sejenak, mengingat pas kejadian di meja makan tadi tangan Jeno kembali bergetar, padahal semalam, ketika tidur, Jeno tidak mengalami tremor.

Jeno mulai memejamkan matanya, ia memberikan lirikkan kepada Jevandra agar mematikan flim tersebut. 

Tiffany mengambil kertas ulangan yang masih di genggam oleh Jeno, dan menyimpannya di rak bawah televisi, Jeffrey dengan perlahan mengubah posisi Jeno menjadi berada dalam gendongan koalanya, ia harus memindahkam Jeno ke dalam kamar karna sangat tidak mungkin Jeffrey membiarkan putra bungsunya tidur di atas sofa.

Jeffrey masuk ke dalam kamar setelah Tiffany membukakan pintu kamar, dan langsung membaringkan tubuh Jeno di tengah tengah ranjang, Jeno kembali menggeliat, mencari posisi nyaman, dan berakhir dengan membawa lengan Jeffrey untuk di peluk olehnya, seperti menahan agar Jeffrey tidak pergi jauh jauh darinya.

" Aihh lucunyaaa " Ucap Tiffany, dengan gemas.

Jeffrey ikut merebahkan tubuhnya di pinggir ranjang sebelah kiri Jeno, sedangkan di sebalah kanan ada Tiffany, yang sejak tadi sibuk memainkan rambut hitam lebat milik Jeno.

" Seneng engga mas, bisa akur sama Jeno kaya gini? " Tanya Tiffany, mendangak menatap suaminya.

" If possible, more than this. "

" Hahaha, semangat mas, dikit lagi Jevano bakal luluh kayanya " Ucap Tiffany, terkekeh kecil.

" Mau kemana? " Tanya Jeffrey, melihat Tiffany yang turun dari atas ranjang dan memakai sendal rumahnya.

" Mau buat brownise sebentar, Jeno sama Jeandra bilang pengen brownise, cuman aku baru ingat sekarang, mumpung nanti malam ada makan malam bersama, jadi sekalian aja. " Jawab Tiffany, membuat Jeffrey mengangguk mengerti.

" Tiff " Panggil Jeffrey, membuat langkah Tiffany yang berada di ambang pintu kamar memberhentikan langkahnya.

" Ada apa, mas? "

" Tolong, panggil Demian dan Roy untuk datang ke sini. " Ucap Jeffrey, Tiffany mengangguk, lalu menutup pintu kamar dengan rapat.

Tak lama, pintu kamar milik Jeno, di ketuk dari luar dengan pelan, setelah Jeffrey mengizinkan untuk masuk, pintu kamar itu langsung terbuka dan menampilkan asisten milik Jeffrey dan asisten pribadi milik Jeandra, Roy dan Demian.

Jeffrey perlahan menarik tangannya yang di peluk dengan erat oleh Jeno, Jeno sempat melenguh kembali namun Jeffrey bisa mengatasinya dengan memberikan usapan lembut, dan membuat bocah delapan belas tahun itu kembali tertidur dengan pulas.

" Lakukan. " Perintah Jeffrey

Roy menaru Hardcase Box berwarna hitam di pinggir ranjang, membukanya dan memperlihatkan sepuluh injeksi dan sepuluh botol vial injeksi berukuran kecil, dengan logo rumah sakit serta nama dari obat cairan bening tersebut, Roy dan Demian memakai sebuah sarung karet medisnya.

Demian mengoleskan alkohol swab di brakialis kanan Jeno, lalu Roy menyerahkan injeksi yang sudah berisi setengah dari  cairan bening, Demian mengambilnya lalu mulai memasukkan jarum tersebut kedalam kulit brakialis Jeno.

Jeno meringis, merasakan sebuah jarum yang menusuk lengan tangannya membuat kedua bola mata itu terbuka, membuat Jeffrey dengan cepat mengalingkan Demian yang tengah memasukan cairan kedalam tubuh Jeno melalui injeksi.

Benar kata Dikta bahwa suntikan tersebut akan sangat menyengat.

Jeno ingin menarik tangan kanannya, tapi langsung di tahan oleh seseorang yang berada di belakang tubuh Jeffrey.

Jeffrey mengelus dahi Jeno, membuat Jeno akhirnya kembali memejamkan kedua bola matanya.

Demian dan Roy, membuka sarung tangan karet, dan menutup Hardcase Box.

" Kami permisi tuan. " Pamit Roy dan Demian.

Jeffrey kembali menidurkan tubuhnya di sebalah Jeno, ia mengelus rambut Jeno dengan pelan, dan mulai ikut memejamkan kedua bola matanya, tidur kembali bersama sang anak bungsunya.































BAYIIII!

Continue Reading

You'll Also Like

259K 25.1K 57
"Kamu masih usia remaja, gak usah sok depresi. Disini kakak kamu yang lebih sakit" -Mama "Ma... Aku juga anakmu..." _____ Lokal vers Brotheship story...
5.7K 1K 13
Istrinya pergi karena sudah tidak tahan dengan sikap Jay. Dia meninggalkan Jay dengan bayi mereka yang baru berusia beberapa bulan. Bisakah Jay meraw...
2.6K 153 14
| Ada kata kata kasar/kotor serta kekerasan. Mohon bijak dalam membaca.| menceritakan tentang Leon yang ingin diperhatikan oleh abang pertama nya yan...
964K 61.4K 37
οΌ³οΌ¬οΌ―οΌ· οΌ΅οΌ°οΌ€οΌ‘οΌ΄οΌ₯ Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata lentik...