REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STO...

By Taratales

3M 320K 11.9K

Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berad... More

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
CANARIA ADELIA DIRGANTARA
ALETTA DIRGANTARA
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2 [Darren's story]
EXTRA PART 3 [Darren's Story 2]
EXTRA PART 4
EXTRA PART 5
EXTRA PART 6
EXTRA PART 7 [LAST]

PART 32

53.5K 5.9K 161
By Taratales

.
.
.

Galang tampak tertegun selama beberapa saat. Senyum tenang tak lepas dari wajah Kana, dia memberi Galang waktu untuk mencerna ucapannya dulu.

"Lo..." Nafas Galang tercekat, suaranya merendah dengan raut wajah yang sudah pucat "Darimana lo tau? Dari Al ya?"

Setelah mengucapkan itu Galang termenung sejenak, pria itu menggeleng pelan dengan sorot kosong "Enggak, Al pasti bakal ngomong ke gue"

Kana tak melepas kontak matanya dengan Galang, wanita itu menatap Galang dengan tenang. Kana tidak kaget melihat reaksi Galang yang tampak berlebihan, malah Kana sangat mengerti. Itu karena sebelumnya tidak ada seorang pun kecuali Alderian yang tau bahwa G adalah Galang.

Ekspresi wajah Galang berangsur-angsur mulai dingin, matanya menyorot Kana dengan serius.

"Siapa lo sebenernya, Na?"

Sudut bibir Kana terangkat membentuk sebuah senyuman geli "Pertanyaan lo bikin gue takut Kak"

"Elu yang bikin gue takut" potong Galang cepat, pria itu menghela nafas sejenak "Gue ga akan tanya darimana lo tau semuanya, yah karena sejujurnya gue ga keberatan juga sekalipun yang lainnya juga tau kerjaan gue"

"Kenapa lo ga kasih tau aja?"

Galang menggeleng "Rencananya gue bakal bilang dalam waktu dekat, tapi setelah gue kenal Emma, gue jadi ragu lagi"

Suara Galang terdengar lesu, Kana hanya bisa diam. Mengerti ketakutan Galang yang tidak ingin membuat Emma menjauh jika sampai mengetahui siapa dirinya.

"Tapi..." Ucapan Kana menggantung, dia tampak berpikir "Aku rasa Emma bakal baik-baik aja"

"Serius?" Mata Galang langsung memancarkan binar harapan "Menurut lo dia bakal terima gue apa adanya?"

"Ya sejauh gue kenal Emma, menurut gue dia type cewe yang ga banyak nuntut sih. Dan gue tau banget dia itu pendengar yang baik, jadi gue jamin dia pasti bakal dengerin semua penjelasan lo nanti. So, lo tenang aja kak"

Galang bernafas luar biasa lega, seolah dirinya baru saja terlepas dari hukuman mati.

"Nah, jadi bisa kita balik lagi ke inti dari obrolan kita tadi?" Kana bertanya

Saat itu juga Galang mengangguk dan mulai mendengarkan semua yang Kana katakan serta kerjaan apa yang akan Galang lakukan nanti.

***

"Ta, bangun hei kita udah sampai"

Aletta mengerjap saat sebuah tangan menepuk pipinya pelan. Dia menatap Arsa sejenak lalu menoleh untuk melihat ke arah luar mobil. Arsa membantunya keluar dari mobil dan Aletta kembali mengedarkan pandangannya.

Sebuah villa yang cukup besar terpampang didepan mata, halaman yang luas juga pemandangan yang asri sangat memanjakan mata Aletta. Tapi dia mengernyit, tempat ini asing dan Aletta belum pernah sekalipun datang ke sini.

"Kita dimana?" Tanyanya pada Arsa dan Roan yang tampak mengeluarkan beberapa koper dari bagasi mobil

"Ditempat dimana mereka ga akan bisa nemuin kita" jawab Arsa berusaha menenangkan Aletta

Roan menghampiri Aletta lalu menepuk kepalanya "Kamu tenang aja. Selama kamu ada disini, ga akan ada seorang pun yang bisa ngelukain kamu"

Baru saja Aletta ingin menanyakan alasannya, suara mobil yang baru saja datang mengalihkan perhatian mereka. Sontak Aletta bersembunyi dibelakang Arsa, sambil menatap mobil itu dengan pucat.

"Gapapa Ta, itu temen aku" kata Roan sebelum menyambut pria yang baru saja keluar dari mobil

"Hei bro, apa kabar?"

"Baik sob, oh ya thanks udah mau minjemin villa lu. Gue bener-bener lagi buntu banget sekarang" kata Roan mengusap wajahnya, lelah.

Pria itu menepuk pundak Roan "Santai aja. Selama lo disini, orang-orang itu ga akan bisa nemuin lo, gue juga bakal kirim orang buat jagain tempat ini"

"Thanks banget Stev, ga salah gue minta tolong sama lu"

Arsa dan Aletta yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya langsung tersenyum canggung begitu pria dihadapan Roan berpaling pada mereka.

Menyadari kebodohannya yang lupa memperkenalkan mereka, Roan menepuk jidatnya sambil terkekeh.

"Kenalin Arsa dan Aletta, mereka yang gue ceritain beberapa hari lalu" jelas Roan

Pria itu mengangguk, tersenyum ramah serata berjabat tangan dengan Arsa dan Aletta

"Saya Steven, semoga kalian nyaman sama villanya. Kalau ada apa-apa jangan sungkan buat hubungin saya"

"Makasih banyak Pak Steven" kata Arsa sopan

Steven tersenyum, lalu kembali menoleh pada Roan "Yaudah, gue pamit ya bro. Sorry ga bisa nganterin sampe ke dalem"

"Gapapa, sekali lagi makasih"

Setelah Steven masuk kedalam mobil, Aletta tak henti-hentinya menatap mobil itu sampai hilang dari pandangannya. Entah kenapa setelah bertemu Steven, perasaan Aletta jadi tenang. Bukan berarti dia naksir Steven, hanya saja keberadaan pria itu terasa kuat sama seperti saat Aletta bertemu Alderian.

Dari penampilannya saja sudah pasti Steven berasal dari kalangan atas. Aletta tersenyum miring, benar kata Roan. Aletta tidak perlu cemas sekarang.

***

"Kenapa sih tuh orang marah-marah mulu kerjanya. Eh tapi lebih bagus marahnya gini sih, kalau marahnya langsung gantung pala gue digerbang mansion mah ngeri amat. Hadoh sebenernya gue salah apasih, pusing deh" Kana tak berhenti mendengus sepanjang jalan menuju ruangan Alderian.

Pasalnya pria itu berkali-kali me-reject panggilannya hingga Kana memutuskan untuk menghampirinya ke kantor langsung.

"Siang, Mbak Kana" sapa Celly begitu Kana sampai disana

"Siang Cel, eum saya mau ketemu Al. Dia lagi sibuk ga?" Tanya Kana melirik pintu ruangan Alderian sekilas

"Pak Al lagi ada pertemuan dengan beberapa rekan bisnis diluar, mungkin sebentar lagi Pak Al kembali. Mbak mau nunggu? Biar saya anter ke ruangan pribadi, Mbak Kana bisa tunggu disana"

"Oh gapapa Cel, saya nunggu disini aja" tolak Kana halus

"Baik Mbak"

Kana akhirnya memutuskan untuk duduk dikursi sambil mengecek ponselnya. Dia mengirimkan pesan singkat pada Al yang langsung dibaca, Kana mendengus lagi, padahal Al sudah membaca pesannya tapi tidak berniat untuk membalas.

"Nyebelin banget si" gerutu Kana pelan

BRUK!

Kana terlonjak begitu suara gubrakan kecil terdengar, dia menoleh dan refleks berlari untuk menghampiri anak kecil yang baru saja terjatuh.

"Hei, gapapa?" Kana membantu anak itu berdiri

"Gapapa Aunty, thank you" ucap anak itu dengan suara lucu nya membuat Kana seketika teringat Darren.

Kana tersenyum, dia berjongkok didepan anak itu. Dia merogoh kedalam tasnya untuk mengambil satu hansaplast. Kana menempelkan hansaplast ke lutut anak itu yang sedikit tergores.

"Nama kamu siapa?" Tanya Kana

Anak itu mengerjap sejenak lalu tersenyum lebar sampai matanya menyipit, "Elvalo, Aunty"

Kana benar-benar gemas melihatnya "Elvalo?"

Anak itu menggeleng "Elvalo"

"Ah Elvaro"

Elvaro mengangguk. Kana memegang kedua tangan mungil itu lalu bertanya "El disini sama siapa?"

"Eum.." El menatap jari tangannya "Sama Papi, Mami, Aunty Ghe"

Kana menggigit bawah bibirnya, merasa gemas. Dia memang sangat lemah terhadap anak kecil padahal dia juga punya satu dirumah "Ohya? Terus mereka dimana?"

"El!"

Baru saja Kana bertanya, dua orang wanita menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. Salah satunya langsung memeluk El membuat Kana segera berdiri untuk memberi mereka ruang.

"El, gaboleh pergi-pergi sendiri. Mami khawatir, takut El ilang" wanita yang memeluk El itu berkata dengan nada cemas

"Solly Mami" kata Elvaro segera memasang raut wajah bersalah.

"Loh ini kenapa?" Tanya sang ibu setelah melihat ke arah lutut Elvaro. Anak itu juga menunduk untuk melihat lututnya lalu memandang ibunya kembali

"El jatuh, jadi aunty kasi ini ke El"

"Aunty?"

El menoleh ke belakang menatap Kana, saat itu juga dua wanita yang sedari tadi fokus pada El langsung berpaling pada Kana.

"Aunty tadi tolong El pas jatuh" jelas anak kecil itu

"Aduh makasih ya Mbak, maaf ngerepotin" ucap salah satunya

"Ah gapapa kok" Kana balas dengan senyuman ramah

Wanita yang Kana yakin adalah ibu dari Elvaro itu tersenyum padanya "Sekali lagi makasih ya Mbak, oh iya kenalin saya Hanna ibunya Elvaro"

"Kana" ucap Kana menjabat tangan Hanna lalu beralih pada wanita di sebelahnya

"Saya Ghea, aunty nya Elvaro" ucap Ghea tak kalah ramah, melanjutkan "Saya pertama kali lihat Mbak Kana disini, Mbak Kana kerja disini?"

"Oh enggak, saya–"

"Kana?"

Ucapan Kana terpotong begitu Al datang bersama dengan beberapa pria. Salah satunya Kana tidak kenal, sepertinya rekan bisnis Alderian.

"Gila Pak Agrient, makin kece aja" tegur Ghea pada Alderian saat melihatnya.

"Cea?" Alderian sedikit terkejut melihat keberadaan Ghea disana. Padahal saat temannya datang tidak ada Ghea disana.

"Heh, masih aja manggil gue kayak gitu. Ntar gue gamon berabe" Canda Ghea menonjok pelan bahu Alderian

Kana mulai mengernyit, Cea? Gamon? Apa maksudnya?

"Kalian saling kenal?" Tak ingin penasaran, Kana langsung bertanya.

"Iya/Enggak" Alderian dan Ghea berucap bersamaan dengan jawaban yang berbeda membuat mereka saling berpandangan.

"Apa maksudnya enggak?" Ghea protes lalu berpaling pada Kana "Cuma mantan kok"

"Mantan?!"

***

"Na, kamu udah mandi?"

"Udah kok mantan"

Gerakan Alderian yang tengah mengetik terhenti, dia menghela nafas. Sejak pulang dari kantor, Kana terus menyindirnya perkara kejadian di kantor tadi. Padahal setelah Ghea mengucapkan itu, Alderian segera memberi penjelasan hingga Ghea minta maaf pada Kana.

Dari kejadian itu pula Kana bahkan jadi berteman dengan Ghea. Lalu kenapa Kana masih mempermasalahkannnya?

"Aku tidur duluan ya mantan"

Sekali lagi Alderian meringis, Kana masuk kedalam selimut, mengambil posisi membelakangi Alderian yang sedang duduk di sofa single dekat jendela. Alderian menutup laptopnya lalu mendekat ke ranjang, dia duduk diujung, menatap punggung Kana.

"Itu kan udah lama, waktu aku masih sekolah. Lagian Ghea juga udah nikah, udah punya anak juga"

"Aku tau."

"Ya terus kenapa? Kamu cemburu karena aku punya mantan sedangkan kamu ga punya?" Alderian cuma bertanya tapi sepertinya dia tidak tau kalau pertanyaannya itu membuat Kana langsung berapi-api.

Kana menyibak selimutnya dan menatap Alderian dengan sengit "Maksudnya ngomong gitu apa?"

"Lah kok ngamuk?"

"Jelaslah! Maksudnya apa coba ngomong gitu, kamu mau bilang kalo aku sirik gitu karena ga punya mantan?" Sewot Kana

Alderian terdiam, tidak tau harus jawab apa. Apa Kana lagi PMS?

"Bukan gitu Kana" Alderian menggaruk pangkal hidungnya, berusaha mencari kata-kata yang tepat "Kamu kenapa sih? Lagian ya, harusnya aku yang marah"

"Lah kenapa emangnya?"

"Kamu masih nanya kenapa? Ngapain kamu minta bantuan Galang padahal ada aku yang lebih bisa bantu kamu apalagi untuk urusan Aletta"

"Ini bukan tentang Aletta" ucap Kana cepat

"Ya terus?"

"Rahasia, udahlah mantan jangan nanya-nanya mulu deh" Kana kembali menggunakan senjatanya untuk menyindir Alderian.

Alderian membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tapi kembali diurungkan, dia menghela nafas. Mungkin mengalah lebih baik.

"Yaudah aku ga nanya-nanya soal urusan kamu sama Galang, tapi kamu jawab ini. Kamu kenapa marah-marah gitu?" Tanya Alderian selembut mungkin.

Kana mendengus, dia bersandar di kepala ranjang sambil bersedekap. Matanya memandang kearah lain, tak ingin melihat wajah Alderian.

"Kamu bilang ga punya mantan, kamu juga bilang ga pernah punya hubungan spesial dengan cewe lain, makanya aku ga pernah nanya-nanya tentang itu. Aku ceritain semua tentang masa lalu aku, cinta pertamaku, perjuangan aku selama ini demi orang itu. Kamu tau semuanya tapi aku gatau apapun tentang kamu"

Hening.

Kana penasaran bagaimana reaksi Alderian, apa pria itu marah? Mungkin Kana memang terlalu kekanak-kanakan. Kana memilin jarinya khawatir, dia tidak berani menoleh kearah Alderian dan memilih menatap sudut ruangan.

"Kamu kan udah tau semua tentang aku, apalagi yang perlu aku jelasin?"

"Hah?" Saat itulah Kana menoleh, dia melihat Alderian berdiri didepan kasur dengan senyum misterius. Pandangan Kana menurun dari wajah ke dada yang terekspos akibat tali kimono tidur yang Alderian pakai sengaja di longgarkan.

"Kamu mau tau tentang aku sama Ghea kan?" Alderian merangkak perlahan membuat Kana sontak bersikap waspada, dia menarik selimut untuk menutupi dirinya.

"Hah? Anu.. aku..." Kana melihat cela disamping, dia melirik Alderian sekilas lalu melompat untuk kabur.

"HUWA! AKU MAU KE KAMAR DARREN!" Kana menjerit begitu sebelah kakinya ditarik

"Katanya mau denger cerita aku, ayo aku ceritain sekarang" bisik Alderian

"Nggak! Nggak jadi, sumpah" Kana berusaha merangkak sekuat tenaga tapi Alderian menahan kakinya sambil cengengesan dibelakang tubuhnya.

"Posisi yang bagus, pertahanin ya Na"

Malam itu Kana menyesal sudah menganggu Alderian. Karena paginya, Emma harus kembali mengompres punggung Kana.

.
.
.

TBC

Maap-maap aja nih kalau up nya telat, soalnya bener-bener sibuk banget. Tapi aku bakal usahain buat up kayak biasanya lagi

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 137K 49
β€’Airis Ferdinand. Aktris cantik dengan puluhan mantan pacar, baru saja mendapatkan penghargaan Aktris terbaik di acara Awards international. Belum se...
2.2M 199K 37
Aurora tersenyum tipis, menatap Aric tanpa benci sedikitpun. "Aku harus apa, Ar?" Lirihnya. Aric tertegun. "Aku harus apa untuk benci kamu, Ar?" Tany...
1M 89.8K 58
[BUKAN NOVEL TERJEMAH] "Tiada kasta dalam cinta," .. Dewi Harnum adalah seorang pelayan di suatu Kerajaan. Ia selalu menggunakan selendang untuk menu...
1.4M 93.6K 40
Cerita tentang Alsya Kayesa yang berpindah raga dan menempati tubuh salah satu figuran dalam cerita yang ia baca di dark web. Lebianca Dysis sosok...