Blue

Par Ddiasya

131K 15K 2.9K

Saat Hatake Kakashi menolak perintah pernikahan dari Godaime, Sakura harus mencari cara agar pria itu mau mem... Plus

Prolog
Awal
Misi tingkat A
Hari Pertama
Permainan
Insiden
Kecewa
Jejak
Perjalanan ke Takigakure
Awal Rasa
One Step Closer
Blood
Masalah
Rencana Jahat
Pengumuman
Masa Lalu
Just for fun
Kebangkitan Siluman Naga Berkepala Delapan
Di Ambang Batas
Segel Terakhir
Selongsong Kosong
Daisuki
Rencana yang Menyesatkan
Tanzaku di Ranting Bambu
Malam yang Istimewa
Secuil Ingatan yang Hilang
Pulang
Babak Baru
Q n A
Tidak Ada Judul
I Love You So
Bayang Ketakutan dan Penyesalan
Menggantung Rasa
Gembok Rasa
Ternyata ia bukan rumah, hanya sekadar tempat singgah
Dinding Rahasia
Batas yang Jelas
Bunga yang Gugur
Dua Wajah Pias
Darah Dalam Tubuh
KLTK (Kenangan Lama Teringat Kembali)
Semangkuk Rasa
Feeling Blue
Darah
Mesin Waktu
I Wanna Love You but I Don't Know How
Hujan Tidak Benar-benar Datang
Setiap Bahu Memiliki Beban
Kemalangan Tanpa Ujung
Sadness and Sorrow
Pulang
Ruang Kesakitan

Abu-abu

1.7K 273 46
Par Ddiasya


Beberapa waktu lalu, si suami sakit. Waktu periksa sih, katanya omicron dan beneran nular ke saya. Benar-benar kayak flu, tapi semua sendi sakit semua. Ia sudah libur kerja lebih dari sepuluh hari, sedangkan saya benar-benar tepar lima hari. Gak doyan makan, kepala pusing dan agak susah napas. Sekarang saya udah sembuh, tapi suami kena asam lambung. Sebulan ini benar-benar hectic banget. Jadi, maaf belum sempat menulis KakaSaku lagi. Semoga kelanjutan kisah ini mengobati rindumu, bahkan rindu saya pada Kakashi. Hahaha.

Sebisa mungkin saya akan meluangkan waktu untuk membalas pesan dan komentar yang masuk. Kalau gak sempat, maafin ya. Lagi sibuk proyek renovasi rumah, kerjaan lagi banyak. Doain ya, saya punya tempat kerja yang asyik di rumah supaya ide-ide KakaSaku lebih mengalir lagi. :D

Di mana pun kalian berada, semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu bersama kalian.

***

"Ayolah, Sakura. Aku akan tinggal di sini sampai besok pagi kalau kau menolakku."

Sakura melengos. "Terserah kau saja. Tidurlah di sini sampai esok."

Ino menarik tangan Sakura dengan kuat. "Ayolah, Akira yang kebagian menjaga bar malam ini. Aku sudah memesan dua tempat untuk kita."

"Bahkan kita belum genap dua puluh tahun, Ino."

Ino nyengir. "Hanya kurang beberapa bulan lagi. Sekali ini saja, aku mohon."

Sakura masih tidak tertarik. Gadis itu merebahkan tubuh di atas ranjang, kemudian memejamkan mata rapat-rapat. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya. Kepergian Kakashi beberapa waktu lalu masih menyisakan aroma di mana-mana. Mungkinkah candu itu nyata? Ia kembali menghela napas panjang.

"Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?"

Sakura mengangkat sebelah alis, lalu kembali menarik dan menghembuskan napas lebih berat.

"Tidak ada."

Ino terkikik geli. "Kau berkali-kali mengambil napas seperti itu. Kau mungkin bisa berbohong pada Naruto, tapi tidak denganku. Jadi, ceritakanlah harimu!"

Sakura menatap Ino lagi. "Tidak terjadi apa-apa, Ino. Aku sibuk melakukan vaksinasi di akademi, kemudian Iruka-san mengajakku makan di ke—"

"Tunggu dulu! Iruka-sensei mengajakmu?"

Sakura kembali mengalihkan pandangan ke sudut lain. "Sebagai ucapan terima kasih karena aku membantunya. Padahal itu memang tugasku, sih."

Pupil Ino tampak lebih melebar, kemudian ia mendekatkan diri ke samping Sakura. Gadis Yamanaka itu menarik kedua tangan Sakura, kemudian mereka sudah lenyap dalam hitungan detik.

***

"Ino, kau gila! Aku tidak ingin bersenang-senang. Operasi Kakashi akan dilangsungkan besok dan kau memaksaku datang ke sini."

Ino tertawa saat menarik lengan Sakura menuju ke tempat hiburan yang memiliki bentuk bangunan sederhana dengan nuansa kayu coklat dari luar. Tidak ada papan nama di depan tempat itu, kecuali beberapa lampu temaram yang menghiasi eksterior. Bila tidak hafal tempat-tempat di pusat desa, mungkin orang tidak akan tahu bahwa bar itu cukup terkenal dikalangan para shinobi.

"Kau bilang kalau kau bukan penanggungjawab operasinya. Lalu, kenapa kau repot memikirkannya, Sakura, kecuali ....," kata Ino menyelidik.

Ekspresi wajah Ino yang setengah menggoda membuat wajah Sakura merah padam. Gadis itu menenangkan diri agak lama, lalu menyahut pelan, "Ya, bagaimanapun aku gagal memenuhi permintaan Tsunade-sama, 'kan?"

Ino mengibaskan tangan tidak sabar. "Oleh sebab itu, kau perlu bersenang-senang untuk melepas semua stress. Rileks, Jidat! Ayolah!"

Tanpa bisa dicegah lagi, Ino sudah menyeret Sakura masuk ke dalam bar hingga mereka nyaris menabrak seseorang di depan pintu.

"Ah, gomenasai," ucap Sakura buru-buru.

"Tidak apa, Sakura. Wah, aku tidak menyangka kalian sudah boleh masuk ke tempat semacam ini."

Sakura mendongak, kemudian ia menyadari telah bertemu sang senior, Anko. Wanita yang suka berdandan nyentrik itu tampak tengah memegang cangkir minuman di tangan, lalu melambai agak jauh.

"Selamat bersenang-senang, Girls."

Sakura melotot, tapi Ino malah terkikik geli.

"Bersenang-senang, huh?" tanyanya dengan nada tidak percaya, tapi Ino buru-buru menarik lengannya masuk ke dalam ruangan yang lebih lebar dengan nuansa yang berbeda dengan bagian eksterior tempat itu.

Ya, bar itu memiliki ruangan yang agak luas dengan tempat berdansa atau menikmati musik di tengah. Beberapa meja dan kursi ditata kurang rapi di setiap pinggir aula, kemudian Sakura menyadari bahwa tempat itu sudah penuh orang-orang dewasa. Ia mengenal beberapa jounin dari Konoha meski lampu ruangan agak gelap. Benar-benar suram. Sebenarnya, ia lebih takut citra dirinya sebagai murid kebanggaan Tsunade tercemar begitu saja.

"Sekarang kita perlu minum lebih dulu."

"Hai, para kunoichi yang bebas malam ini," sapa Akira yang menjadi barista di meja besar yang terletak di pojok sebelah kiri.

"Tutup mulutmu, Akira!" bentak Ino agak keras, tapi Akira tidak peduli. Gadis itu nyengir kuda.

"Aku tidak ragu melihatmu di sini, Ino-chan, tapi kunoichi di sebelahmu bisa membuatku dalam masalah."

Wajah Sakura mengernyit tebal, lalu ia memandang Akira yang berumur satu atau dua tahun di atasnya itu. Dulu ia pernah berada dalam kelas Akademi, tapi Akira memutuskan tidak melanjutkan pendidikan sebagai kunoichi. Gadis itu memilih menikmati waktu sebagai warga sipil dan berakhir di bar sebagai peracik minuman malam ini.

Melihat wajah Sakura yang masih ragu berada di tempat hiburan Konoha, Akira terkikik geli. "Iya, 'kan? Sakura-chan akan mendapat masalah bila ia masuk ke tempat semacam ini."

Ino menggelengkan kepala tidak yakin. "Karena Sakura terlalu serius selama ini, maka biarkan ia menikmati segelas minuman racikanmu, Akira-san."

Akira agak ragu, lalu ia tertawa kecil. "Asal Godaime tidak akan membongkar tempat ini setelah menyadari bahwa Sakura tidak ada di rumah sakit."

Sakura mengangguk. "Kau benar, Akira-san. Seharusnya aku berada di rumah sakit saat ini. Nah, Ino, biarkan aku pergi sekarang."

Melihat gelagat Sakura yang tidak nyaman, Ino menempel ketat di bahu gadis itu. "Ayolah, tidak perlu minum alkohol terlalu banyak. Kau bisa mencoba sedikit saja, kok."

Sakura mengalihkan perhatian dari Ino pada Akira. "Apakah bar ini punya air putih?"

Perlu beberapa detik bagi Akira untuk memahami permintaan Sakura, ia mengernyit dan tertawa setelahnya. "Apa kau pikir bar ini menyediakan susu, Nona? Tidak ada, Sakura-chan. Kau bisa minum sochu dipadukan dengan soda untuk mengurangi kadar alkoholnya. Bagaimana menurutmu?"

Wajah Sakura tampak merah. Ia pernah minum sochu sewaktu berada di Takigakure, tapi ia minum dalam jumlah yang sangat sedikit. Meskipun demikian, ia tahu sochu bisa memiliki kadar alkohol di atas 25 persen. Tentu ia tidak mau mabuk, apalagi berada di bar Konoha seperti itu. Ia tidak ingin mencemari nama baik dirinya, bahkan sang shishou yang sangat mempercayainya. Meskipun ia akan beranjak dua puluh tahun sebentar lagi, tapi ia belum legal secara hukum.

"Aturan Konoha lebih longgar sekarang, Sakura. Di atas 18 tahun, kau bisa melakukan segalanya," bisik Ino di telinga Sakura yang bisa Akira dengar jelas sekali.

Akira tersenyum. "Baiklah, kalau kau memang tidak ingin mabuk malam ini, aku menyarankan umeshu. Bagaimana menurutmu?"

Sakura memang pencinta buah ume, tapi ia belum pernah mencoba seduhan buah ume yang dicampur sochu dan gula. Setidaknya ia yakin rasanya akan sedikit manis dibandingkan minuman beralkohol lain.

"Kadar alkohol hanya 10 persen. Kau tidak akan mabuk, Sakura. Kau akan pergi ke rumah sakit besok dengan pikiran tetap waras," saran Ino.

Saran Ino selalu berbahaya, seharusnya Sakura menyadari itu. Ia tidak punya pilihan sebab Ino menggamit lengannya ketat sekali.

"Baiklah," katanya menyerah yang langsung mendapat tatapan penuh gairah dari Akira.

"Oke, tunggu. Aku akan meracik minuman spesial untuk kalian. Nikmati musiknya dulu!"

Kaki Sakura bergerak gelisah di bawah kursi, sedangkan Ino sudah menggoyangkan bahu ke kanan dan kiri. Sembari mengetukkan jemari di meja bar, tangan kanan Ino terangkat ke atas seiring musik yang berdentum semakin keras. Sakura merasa jengkel, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Diliriknya pintu bar yang terbuka dan tertutup begitu cepat menandakan orang-orang keluar masuk bar tersebut.

"Hei, Naruto!" teriakan Ino tepat di telinga kiri membuat Sakura mengalihkan pandangan pada sudut yang ditunjuk sang gadis bermata aquamarine itu.

"Mati aku!" bisik Sakura yang bisa ia dengar sendiri sebab Naruto langsung berlari menuju ke meja.

"Eh, Sakura-chan, kau datang ke sini juga? Astaga, aku senang sekali malam ini."

"Diamlah, Naruto!" hardik Sakura jengkel sembari melirik Ino tidak kalah kesal.

"Sesekali teman satu timmu ini perlu hiburan, Naruto."

Naruto tertawa keras sekali. "Kau benar, Ino. Sakura, apa kau sudah pesan minuman? Aku akan memesan minuman untukmu, ya! Teler sesekali tidak apa, 'kan?"

Sakura mendelik. "Seharusnya kau tidak boleh datang ke tempat semacam ini, Naruto! Kau belum legal!"

Naruto mengernyit. "Aturan Konoha sudah direvisi bahwa umur delapan belas menjadi batas kau bisa melakukan kegiatan orang dewasa, termasuk minum sake atau ...."

Sakura meninju lengan kiri Naruto melihat lirikan aneh laki-laki itu. "Aku tidak suka mendengar kelanjutan ucapanmu."

Naruto nyengir. "Atau menentukan hidup sendiri, misalnya."

Ino menengahi, "Meskipun demikian, Godaime tidak mengubah aturan upacara kedewasaan pada umur dua puluh. Kurasa Sakura akan menjadi yang pertama memakai furisode kedewasaan tahun ini."

Sakura tampak berpikir sejenak, kemudian ia mengangguk setuju. "Sebaiknya aku pergi saja. Kalian boleh minum sepuasnya, aku yang bayar."

"Kau mau pergi ke mana, Sakura?"

Sakura menoleh, kemudian ia menyadari bahwa ia akan terjebak di bar lebih lama begitu menyadari siapa yang berbicara.

***

Umeshu tidak begitu buruk, pikir Sakura saat ia menyeruput minuman dengan aroma buah ume yang difermentasi itu. Meskipun demikian, ia lebih suka makan buah ume langsung alih-alih minum umeshu yang tetap punya kadar alkohol.

"Aku menduga kau memang tidak ingin datang ke tempat semacam ini," ujar Iruka yang duduk di kursi dekat Sakura.

Sakura yang tengah memandang ke aula tempat Ino dan Naruto menarik bersama langsung mengalihkan perhatian pada Iruka. Tentu ia sempat melihat Ino menggoyangkan pinggul di dekat Naruto. Dasar gila!

"Ehm ... Ino yang bersikeras mengajakku ke sini," balas Sakura yang menyadari bahwa ia sebenarnya bisa menolak permintaan gadis itu, tapi ia menerimanya. Bodoh benar!

Iruka tertawa kecil. "Ya, Sakura akan lebih memilih belajar di perpustakaan atau melakukan eksperimen di laboratorium rumah sakit. Aku yakin kau akan memilih berlatih di tempat Tsunade-sama."

Sakura tertular tawa Iruka. "Aku bukan gadis seperti itu, Iruka-san. Kadang-kadang aku juga perlu bersenang-senang, 'kan?"

Iruka kembali tertawa, memandang Sakura dari sisi samping yang tidak sadar. Gadis itu terlalu sibuk menikmati gelas umeshu yang tinggal separuh.

"Musiknya semakin keras," ujar Sakura setengah berteriak.

Tiba-tiba Iruka mengulurkan tangan kanan pada Sakura yang terperanjat di kursi, bahkan gelas umeshu nyaris tergelincir dari pegangan.

"Mau menyusul dua rekanmu di sana? Tampaknya mereka sangat gembira," ucap Iruka, kemudian menyadari ekspresi aneh Sakura, ia melanjutkan agak ragu, "mungkin kau mau menghilangkan stress dari pekerjaan sejenak."

Tidak enak menolak permintaan Iruka, maka Sakura mengambil tangan itu dan meletakkan gelas umeshu di meja bar. Setelah melambai pada Akira yang menggumamkan selamat bersenang-senang, ia bergerak menuju ke lantai tengah. Tampak Ino dan Naruto tertawa-tawa, bergerak ke kanan dan kiri, terkadang Naruto melompat aneh.

"Mereka terlalu bersemangat," bisik Iruka pelan, nyaris tidak terdengar bila Sakura tidak mendekatkan telinga.

"Ya."

Sakura mulai dilanda gelisah sebab ia tidak bisa menari di hadapan teman-teman ninja yang mengambil libur hari itu. Meskipun semua orang saling mengenal dan tampak cuek, tapi ia merasa tengah diawasi. Bukankah tubuh akan mengirimkan sinyal itu secara otomotis? Ia bergidik sejenak, lalu mengikuti gerakan orang-orang yang berputar, saling berpegangan dan tertawa di lantai tengah.

"Apa kau sering datang ke sini, Iruka-san?" tanya Sakura yang harus merapatkan tubuh pada Iruka tiba-tiba saat sekelompok shinobi mendadak memutar tubuh begitu saja. Nyaris menabrak dan membuatnya jatuh bila tidak berpegangan di bahu Iruka.

"Maaf," bisik Sakura gugup.

"Ti-tidak apa," ujar Iruka sama gugup sebab kedua tangan chunnin itu melingkar di pinggang Sakura yang ramping.

"Maaf," ucap Iruka lagi dan buru-buru melepas pegangan, "aku menahan agar kau tidak jatuh."

Sakura paham, tapi ia merasa wajah sudah merah terbakar matahari sekarang. Ditatapnya wajah Iruka yang tampak pucat bila tidak terkena sorot lampu lantai tengah, kemudian ia mengalihkan pandangan ke sudut lain.

Syok! Ia menyadari Kakashi berdiri di dekat meja bar dengan botol sochu tergenggam erat di tangan kanan. Mereka baru bertemu beberapa waktu lalu, tapi Sakura merasa sesuatu menyala di dada lagi. Berbagai rincian percakapan yang mungkin akan terjadi esok berputar di kepalanya.

"Jadi, kau memilih bersenang-senang alih-alih menjadi penanggungjawab operasiku, Sakura?" Berada di bawah tatapan tajam Kakashi bisa membuat ia merasa seperti balon mengempis pasti.

Bulu Sakura meremang, kemudian ia segera melepaskan diri dari Iruka dan berkata, "Aku perlu minum."

"Aku akan pesan segelas umeshu untukmu." Iruka hampir bergerak, tapi langsung menggelengkan kepala.

"Tidak. Aku butuh minuman yang lebih keras."

Kemudian ia buru-buru melangkah ke meja dan memesan segelas sochu dengan kadar alkohol 30 persen. Mungkin apa yang dikatakan Naruto memang benar. Ia perlu teler sesekali. Baru seteguk ia berhasil mengecap rasa manis pada sochu, gelas itu sudah berpindah tangan dan langsung habis dalam sekali teguk.

"Kita pulang sekarang!"

Kata kita terasa mengena, tapi Sakura tahu apa yang Kakashi ucapkan hanya fatamorgana. Indah, tapi tidak pernah nyata.

"Ke mana?" tanya Sakura menatap Kakashi aneh.

"Ke tempat yang bisa membuat otakmu kembali waras!"

Ia melambai pada Iruka, kemudian mengikuti langkah Kakashi yang keluar bar lebih dulu. Kaki mereka bergerak menjauh, tapi tidak kembali ke pusat desa. Meninggalkan jejak di tanah  basah menuju ke hutan dekat perbatasan Konoha. Apakah Kakashi berniat membunuhnya kali ini? Tololnya, ia mau mengikuti langkah laki-laki perak itu.

***

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

260K 27.1K 29
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
44.5K 10K 116
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
264K 20.9K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
28.7K 3.2K 14
«Jika dunia tidak menerima kita,mari kita buat dunia kita sendiri,hanya kau dan aku didalam nya» Lalisa Manoban. +++ GIP area! jangan ditiru 🔞