My Chiko

By bintang_disana

121K 13.4K 1K

Naksir cewek ✓ Langsung tunangan ✓ Cinta tak bertepuk sebelah tangan ✓ Sesimpel itu kisah cinta seorang Chiko... More

1. Sarung
2. Tendangan maut
3. Tanggung jawab
4. Penantian
5. Berkunjung
6. Chatting
7. Bubur ayam
8. Hero
9. Beruntung
10. Syukuran
11. Jemputan
12. Rumah kosong
13. Perjodohan
14. Bubur ayam 2
15. Calon makmum
16. Terkunci
17. Calon Menantu
18. Buronan
19. Malam minggu
20. Berdering
21. Lupa daratan
22. Tugas
23. Polisi
24. Berdering 2
25. Teraniaya
26. Tantangan untuk Chiko
27. Tantangan untuk Chiko 2
28. Cerita di UKS
29. Rumah kosong 2
30. Riwayat panggilan
31. Hilang
32. Apa kabar, Kak Chiko?
33. Bu Marni
34. Akhir penantian
35. Tembok laknat
36. Buronan 2
37. Chiko vs Bella
38. Ziarah
39. Calon agen rahasia
40. B'day Sesil
42. Tiga Elang
43. Vano
44. Pyar!
45. Isi hati dua sejoli
46. Rencana yang gagal
47. Rumah sakit
48. Lima tahun yang lalu
49. Boneka
Dari Author

41. Buntut

654 97 1
By bintang_disana



"Mobil sialan!" Anya menendang ban mobilnya yang bocor.

"Gak usah salahin mobil. Lo yang salah," kata Sesil ikut murka.

"Salah gue di mana anjir?!"

Sesil berdecak, "Kalau tahu ini mobil mau dipakai buat perjalanan jauh minimal di cek dulu kek. Jangan mentang-mentang mobil mewah terus lo bisa tenang aja."

"Gak ada yang salah dengan mobilnya! Ini pasti ulah tukang tambal ban yang nyebar paku sembarangan."

"Makek salahin orang lagi."

Bella mengurut pelipisnya yang berdenyut nyeri. Terkena sinar matahari membuat matanya menjadi gak enak, ditambah perdebatan dua temannya yang sukses membuat kepalanya jadi ikutan pusing.

Niatnya ketiga gadis itu akan liburan di puncak, rasanya lebih menyegarkan ketimbang di pantai. Namun karena terlalu senang mereka sampai melupakan persiapan apa pun, hanya bermodalkan bawa baju dan dompet. Dan lihatlah apa yang terjadi, mereka terdampar di sebuah jalan tol karena ban mobil yang tiba-tiba bocor.

"Udah ya jangan bertengkar. Mending kita hubungi jasa marga," ujar Bella.

"Niatnya sih gak bertengkar, tapi ini bocah malah mancing." Anya menunjuk Sesil dengan dagunya. Dia mengeluarkan ponsel lalu mengotak-atik benda pipih itu.

Sesil memutar bola matanya malas. Kali ini dia memilih diam, dia tidak mau berdebat dengan Anya lebih panjang lagi, bisa-bisa mereka terdampar sampai malam nanti.

Sebuah mobil berhenti tak jauh dari mobil Anya terparkir. Melihat itu Bella menepuk bahu Anya dan Sesil secara bersamaan hingga membuat pandangan dua gadis itu ikut teralih ke sana.

"Gak mungkin kan jasa marga pakai mobil mewah seperti itu?" tanya Bella.

Anya dan Sesil menggeleng, "Gue aja baru kirim pesan, masa cepet banget sampainya?" kata Anya.

Seorang pria bermasker dan berkacamata hitam keluar dari dalam mobil, berjalan menghampiri tiga gadis itu sambil celingukan ke kiri dan ke kanan. Jantung Sesil, Anya, dan Bella berdetak kencang. Kondisi sangat sepi ditambah lagi gelagat mencurigakan pria itu berhasil membuat mereka ketakutan.

"Seharusnya kita tadi bawa Kak Chiko," tukas Anya.

Sesil mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya. Dia sengaja tidak membawa Chiko liburan bersamanya karena ingin menikmati kebersamaan dengan dua temannya. Lagi-lagi itu sebuah keputusan jangka pendek, dia lupa bagaimana rawannya seorang perempuan di luar sana.

Wiu... Wiu... Wiu...

Sebelum pria misterius itu sampai depan mereka sebuah mobil polisi menghalanginya. Dua orang berseragam khas polisi keluar dari dalam sana dan langsung menghampiri tiga gadis itu.

Anya dan Bella saling senggol sangat gugup karena kedatangan polisi, sedangkan Sesil masih mencoba fokus pada pria misterius tadi yang kini terhalang oleh mobil polisi. Hingga akhirnya suara deru mobil terdengar dan selanjutnya mobil tersebut melaju melewati mereka.

"Dia siapa?" gumam Sesil.

"Selamat pagi," sapa salah satu polisi.

"P—pagi, Pak," jawab Anya dan Bella hampir bersamaan.

"Ini kenapa berhenti di jalan tol?"

"Ban nya bocor, Pak." Kali ini Bella yang menjawab.

Polisi itu mengangguk, "Sudah panggil jasa marga?"

Mereka bertiga mengangguk.

"Coba kami lihat SIM dan STNK nya." Sang polisi sudah mengulurkan tangan meminta dua benda tersebut.

Deg!

Jantung Anya seketika ingin copot. Dia menatap dua temannya mencoba meminta bantuan namun yang ada mereka justru mendelik padanya.

"Sebentar Pak saya ambilkan dulu, ada di dalam mobil soalnya."

Setelah mendapatkan anggukan dari dua polisi itu Anya melenggang masuk ke dalam mobil. Dengan tangan gemetar dia mengambil kunci mobil yang menyatu dengan sebuah dompet kecil berisi STNK.

"Papa tolongin Anya." Gadis itu memejamkan mata berharap keajaiban datang membawa Papanya kemari, walaupun itu mustahil.

Anya kembali keluar. Dia mengambil STNK dari dalam dompet kecil itu lalu memberikannya pada polisi.

"Kartu SIM nya?" tanya polisi.

Dengan polos Anya menggeleng, "Gak ada, Pak."

Dua polisi itu saling pandang, sedangkan tiga gadis di sana berbisik saling menyalahkan. Lagi-lagi sebuah kecerobohan terulang. Diantara mereka tak ada yang punya SIM. Jangankan SIM, KTP saja mereka belum punya.

*****

"Bisa-bisanya orang ganteng macam Chiko ditinggal."

Sesil meringis, "Sorry, Kak. Lagi pingin liburan sama Anya dan Bella."

"Setidaknya kabarin dulu kek."

"Iya, Maaf."

"Mana gak ada yang cowok lagi. Kalau ada apa-apa di jalan gimana?"

Sesil mendelik tajam saat Anya dan Bella sudah hampir bersuara, "Ada yang cowok kok. Pak sopir kan cowok."

Memang, setelah kejadian Anya yang ditilang polisi akhirnya mereka bisa melanjutkan perjalanan dengan menyewa mobil rentalan beserta sopirnya. Bagaimana dengan mobil Anya? Polisi sudah mengurusnya, mereka menghubungi Adi Wijaya yang tidak lain papa Anya untuk menyelesaikan semua masalah.

Jangan dikira Adi Wijaya tidak marah pada putrinya, tentu saja marah. Tapi hati nuraninya masih bekerja baik. Setelah memarahi Anya beliau memberikan izin untuk mereka melanjutkan perjalanan, tapi dengan satu syarat harus ada sopir.

"Pak sopirnya ganjen gak tuh?"

"Enggak kok. Sopirnya baik, udah bapak-bapak juga."

"Mau bapak-bapak kek, mau mas-mas kek, sampai yang udah kakek-kakek yang namanya doyan pasti diterobos juga."

Sesil menghela napas, "Kak Chiko udah ya jangan marah-marah terus."

"Gimana gak marah?! Kamu pergi gak ada izin sama sekali. Ganteng-ganteng gini juga calon imam kamu."

"Iya. Kemarin aku lupa minta nomor Kak Chiko, ponsel aku hilang jadi aku ganti ponsel. Nomor pun harus kembali minta sama temen satu persatu."

Hening, tak ada jawaban. Di seberang sana Chiko menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Setelah mengamuk karena satu kesalahan Sesil kini dia mulai berkaca ternyata dia juga salah telah mencuri ponsel gadis itu. Tapi tak masalah, semua ini demi keselamatan gadis itu.

"Hallo?"

"Hm."

"Kak Chiko masih marah?"

Terdengar helaan napas di seberang sana, "Berikan ponselnya sama Pak Sopir."

Sesil menatap Pak Sopir di samping Anya dengan perasaan tidak enak. Dia cukup takut mengganggunya menyetir, tapi demi ketenangan Chiko Sesil memang harus melakukannya.

"Pak, maaf. Ini ada yang mau bicara sama Bapak," kata Sesil sopan.

Sang sopir menoleh sekilas sebelum mengambil ponsel yang disodorkan Sesil tidak kalah sopan, "Siapa, Neng?"

"Emmm... Tunangan saya." Sesil merasa malu mengatakannya.

"Waduh. Kecil-kecil udah punya tunangan aja," goda pria paruh baya itu sebelum menempelkan ponsel pada telinganya. "Hallo?"

Anya mati-matian menahan tawa, Sesil yang menyadari itu mencubit lengan sepupunya cukup keras. Untuk pertama kalinya Sesil berani mengatakan bahwa Chiko adalah tunangannya. Biasanya hanya Chiko yang mengatakannya, selebihnya Sesil mengangguk saja mengiyakan.

Setelah sang sopir dan Chiko saling berargumen Sesil memilih menyandarkan punggungnya di sandaran jok. Dia menghela napas, belum apa-apa dia sudah merasa capek duluan.

"Sesil. Itu mobil yang orangnya mau menghampiri kita tadi kan?" bisik Bella menatap ke belakang.

Sesil menoleh ke belakang, "Mobil kayak gitu kan banyak yang punya, Bel."

Bella menatap Sesil, "Aku masih ingat sama ciri-ciri mobil tadi. Ada stiker emoticon tertawa di pojok kanan atas."

Sesil kembali mengamati mobil di belakangnya, benar ada stiker di tempat yang Bella maksud.

"Bahkan aku masih ingat sama plat nomornya. Tadi sengaja aku hafalin."

Sesil kembali duduk tegak, "Masuk akal gak sih? Itu mobil udah melaju duluan waktu kita masih di interogasi polisi, belum lagi nunggu mobil rentalan datang. Masa iya tiba-tiba dia ada di belakang kita?"

"Memang gak masuk akal," kata Bella.

"Kalian bicarain apa? Kok gue gak di ajak sih! Cemburu nih." Anya menekuk wajahnya kentara marah.

Bella membenarkan letak kacamatanya, "Bicarain hal berat, Nya. Kamu gak usah ikut-ikutan nanti stres. Pikirin aja gimana cara agar papa kamu gak marah," katanya tak mau berbagi informasi pada Anya.

"Sialan lo, Bel!"

Sesil yang kembali menoleh ke belakang langsung beralih menatap Anya, "Iya nanti kita cerita kalau udah sampai lokasi. Malu di dengar pak sopir," bisiknya di akhir kalimat.


________________

Bersambung.....

Continue Reading

You'll Also Like

4M 417K 46
JADI BODYGUARD BAYI BESAR??!! #### Setelah ditipu oleh bosnya sendiri dan menjadi buronan polisi, Alora memutuskan meninggalkan Swiss dan kabur denga...
154K 4.3K 47
[Wajib Follow Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertingg...
878K 91.6K 58
Elyara adalah Putri Duyung yang diutus oleh Ibunya untuk menjelajah dan mencari hal penting di daratan, namun siapa sangka niat awal Elyara jadi sedi...
22.1K 2.3K 11
Bertahan hidup dengan dikelilingi para kanibal? Siapa yang kuat? Tentu saja mereka bertujuh. [ 𝗕𝗢𝗕𝗢𝗜𝗕𝗢𝗬 𝗙𝗔𝗡𝗙𝗜𝗖 ] Sebuah virus menyebar...