shade umbrella [END]

By carseinne

1K 232 83

[ ft. park jongseong, enhypen | ver lokal ] Bagi Mars, Lana itu hanyalah sesosok payung teduh yang digunakan... More

☔. sekelebat kenangan kelam
☔. tak sengaja berjumpa
☔. menunggu takdir memihak
☔. lagi-lagi tentang dia
☔. seruan senja sore
☔. tragedi martabak ghaib
☔. perlahan tersadar
☔. apel pembawa harapan
☔. it's up to u, it's up to me
☔. harus move on!
☔. memang belum saatnya
☔. pengakuan tak terduga
☔. kepingan masa lalu, i.aksa
☔. kepingan masa lalu, ii.aksa
☔. kepingan masa lalu, iii.aksa
☔. caessa dan keisha?
☔. hubungan yang merenggang
☔. pesawat kertas dan lana
☔. kepingan masa lalu, iv.lana
☔. kepingan masa lalu, v.lana
☔. kepingan masa lalu, vi.lana
☔. kepingan masa lalu, vii.lana
☔. penyesalan tak berujung
☔. akhir sang payung teduh
☔. side story, i.caessa
☔. terima kasih dan maaf

☔. harapan sang payung teduh

22 8 0
By carseinne

Bagi Mars, Lana itu hanyalah sesosok payung teduh yang digunakan kala dilanda hujan. Payung yang kapan saja bisa rusak dan akan menjadi barang rongsokan tak berguna. Namun, bolehkah sekali saja Lana berharap bisa menjadi rumah kokoh yang dapat Mars singgahi? Nyatanya, jangankan payung, Mars saja menatapnya dengan enggan seolah keberadaannya tak pernah ada.

Dulu, saat Mars dan Lana masih dalam masa puber, lebih tepatnya saat mereka masih SMP. Mars sempat ada disisi Lana. Meski hanya berstatus teman, meski Lana yang harus memendam perasaannya sendiri, Lana hampir tak pernah mempermasalahkannya. Hanya saja, terkadang Lana menginginkan hubungan yang lebih. Lana ingin Mars singgah terus padanya, bukan hanya untuk sementara.

Namun, karena keinginan Lana tersebut. Mars dibuat salah paham, sehingga tak pernah sekalipun singgah lagi. Hubungan yang menyepi itu perlahan mulai sirna. Lana pun terpaksa meninggalkan bahkan sebelum meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.

Lantas tiga tahun kemudian, mereka dipertemukan kembali. Dengan fisik dan sifat yang sudah berbeda dari saat terakhir kali mereka berjumpa. Mereka terpaksa berhubungan kembali. Hari-hari telah berlalu, mereka berdua pun mulai saling menerima dan merasa nyaman, namun ada saja masalah yang menghadang.

Seperti saat ini, sudah dua minggu berlalu namun hingga sekarang Mars dan juga Lana masih dalam mode canggung. Lana sebenarnya ingin sekali menjelaskan pada Mars, namun sayangnya Mars terus-terusan menghindar, mungkin karena ia masih shock dengan tamparan Rachel.

"Pasti deg-degan ya sama hasilnya?"

Lamunan Lana seketika buyar saat Caessa tiba-tiba bicara padanya sambil mengulurkan sekotak susu rasa vanila yang tentunya langsung Lana terima dengan senang hati.

Gadis itu menghela napasnya sebelum menjawab. "Gue gak yakin bakalan lolos apa enggak. Selama ngerjain pikiran gue suka kemana-mana."

Seperti kata Lana, ia benar-benar tak bisa fokus saat mengerjakan soal olimpiade. Mars, selama mengerjakan dia terus kepikiran tentangnya. Itu sungguh membuatnya frustasi bukan main. Namun, untungnya Lana masih dapat mengerjakannya dengan cukup baik karena sebelum hari-H Caessa telah membantu menerangkan materi yang Lana belum bisa. Tapi entah soal Lana lulus ke tingkatan selanjutnya atau tidak, ia sama sekali tak yakin.

"Haha, gua juga banyak yang gak bisa kok."

Lana memandang Caessa tak percaya. 'Lah? Gue kan gak bilang kalau gue gak bisa?' Benak Lana terheran-heran. Maaf saja ya, tapi Lana tidak akan tertipu dengan tipuan murahan seperti itu. Biasanya tipe orang seperti Caessa ini, awal-awal an saja merendah agar Lana terkecoh dan menganggap kalau ia lebih unggul dari Caessa. Padahal nyatanya Caessa jauh lebih unggul diatas Lana.

"Maaf, menunggu lama." Keduanya kompak menoleh ke arah pak Dio, guru pembimbing mereka berdua. Beliau kemudian membagikan lembaran daftar nama-nama anak yang lulus olimpiade.

Manik Lana menelisik nama demi nama dengan sabar dan teliti. Ini dia dibilang berharap ya iya, dibilang tidak berharap pun juga iya. Intinya Lana pasrah. Tapi rasanya juga agak sayang semisal Lana tidak berhasil, begini-begini Lana sudah belajar sebisanya sampai kepalanya terasa akan meledak.

Namun sudah dua kali Lana cek, masih sama, namanya tak ada dalam daftar. Bahunya seketika merosot, ini benar-benar tidak ada kah? Mata Lana perlahan terasa memanas, lelehan air mata turun begitu saja membasahi pipinya. Padahal Lana sudah janji tidak akan berharap, tapi tetap saja kenyataan ini menyakitkan.

Lana sesegera mungkin mengusap wajahnya agar tak seorangpun tahu. Namun sayangnya pak Dio tahu. Tentu saja, orang yang pertama kali membaca lembaran anak-anak yang lulus kan beliau sendiri.

Pria tersebut menatap Lana iba. Lantas menepuk pundak Lana pelan, berupaya menenangkan anak didiknya tersebut. "Gak papa, jadiin aja pengalaman. Lagipula kamu udah berusaha sebisa kamu, setidaknya hal itu udah bikin bapak bangga."

Srottt...

Lana menarik ingusnya sekuat tenaga. Rasanya ia ingin mengumpat saja, padahal ia cuma menitikkan sedikit air mata, tapi ingusnya kenapa sudah beler sebanyak ini.

"Ta-tapi pak..., saya kan udah malu-maluin sekolah... Saya juga ngecewain bapak..." Ujar Lana lemas.

"Udah gapapaa, lagian gua sendiri seneng kok ikut kompetisi bareng lo." Sahut Caessa yang awalnya hanya diam saja.

Sayangnya Lana sama sekali tak mengindahkan perkataan Caessa. Jujur saja, ia agak jengkel dengan Caessa. Padahal pemuda itu bilang banyak yang tidak bisa ia kerjakan, tapi nyatanya? Caessa lolos dengan berada di daftar nama teratas.

Pak Dio nampak melirik sekilas kearah jam tangannya, lantas ia menyempatkan diri untuk memberikan semangat sekali lagi sebelum pamit undur diri. "Arlana, gak papa kalau sekali-kali gagal, masih banyak kompetisi yang bisa kamu ikuti. Terus Caessa, kamu jangan terus-terusan merendahkan diri. Kasihan temen kamu, padahal kamu sendiri pasti udah yakin bakalan lolos. Lain kali jangan begitu lagi."

Caessa menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal, ia hanya sedikit merasa bersalah. "baik, pak.."

Sedangkan Arlana rasanya ingin sungkeman pada guru didepannya ini. Jarang sekali memang ada guru se peka pak Dio. Tapi ada satu hal yang terasa aneh, kenapa pak Dio tidak memberikan ucapan selamat pada Caessa melainkan malah memberi teguran? Biasanya guru akan sangat memuji-muji anak didiknya yang berhasil hingga muridnya merasa tinggi hati. Atau memang karena dari awal pak Dio memang sudah berbeda dari guru-guru yang lainnya? Entahlah.

"Ya sudah, saya pergi dulu. Saya ada urusan penting." Setelah itu pak Dio langsung melenggang pergi begitu saja meninggalkan Lana dan juga Caessa berdua.

"Selamat ya, Sa. Lu hebat banget bisa lolos ke tingkatan selanjutnya." Celetuk Lana seraya memaksakan tersenyum pada Caessa. Ingat, Lana melakukan ini hanya karena formalitas belaka.

"Ah, iya. Makasih." Respon Caessa singkat.

Entah kenapa atmosfer tiba-tiba berubah menjadi hening. Mereka berdua sama-sama merasa canggung.

"..."

"..."

"Gua minta maaf soal yang tadi, gua gak ada maksud-"

"Gak papa, gue tau kok kalau niat lu baik. Kalau gitu gue pergi dulu, makasih ya udah mau jadi partner gue selama kompetisi." Suasana hati Lana sedang dalam keadaan buruk, yang ia perlukan saat ini hanya ruang untuk sendiri.















****














Bolehkah saat ini Aksa merasa senang? Entah apa yang terjadi dengan mereka, akhir-akhir ini Mars dengan Lana tak pernah sekalipun nampak bersama. Tentu saja hal itu tak boleh Aksa sia-sia kan begitu saja, karena satu-satunya musuh paling berbahaya telah tersingkirkan, maka hari ini juga Aksa akan mengungkapkan perasaannya.

Nampaknya Tuhan sedang berbaik hati pada Aksa. Baru juga ia memikirkannya, Lana sudah ada saja dihadapannya, gadis itu tengah berjalan beriringan bersama salah satu temannya.

Aksa yang hendak mendekati Lana, tiba-tiba mengurungkan niatnya saat mendengar namanya disebut oleh teman Lana. Ia akhirnya memilih menguping saja dari belakang, tak lupa dengan tetap menjaga jarak agar tidak ketahuan. Jika biasanya orang membicarakan orang lain dari belakang, ini malahan membicarakan orang lain dari depan langsung, haha.

"Na, kenalin gue ke Aksa dong. Kalau dilihat-lihat anaknya cakep juga tuh."

"Lah? Si Zafran gimana?"

"Gak tau ah, gak ada perkembangan."

Lana mengangguk paham. "Oke deh, nanti gue bilangin ke Aksa nya."

"Eh eh, tapi lo beneran gak ada rasa ke dia kan?"

"Ya gak ada lah! Status kita itu gak lebih dari temen, Ka."

Krek.

Aksa seketika melotot saat kakinya tak sengaja menginjak dahan pohon hingga patah. Tak hanya itu, hatinya pun juga turut patah mendengar penuturan Lana.

"ANJ-"

Aksa segera membungkam mulutnya sebelum umpatannya terselesaikan. Ia kemudian bersembunyi dibalik pohon yang untungnya batangnya cukup lebar untuk menutupi seluruh tubuh Aksa. Bisa mampus ia kalau sampai ketahuan menguping.

"Eh Na, tadi lu denger suara gak?"

"Huh? Engga tuh. Perasaan lu aja kali."

"Mungkin kali ya."



















-to be continued.



























Halooo

Ini jujur aja, saya gak terlalu berpengalaman tentang dunia olim, pernah ikut sih tapi cuma beberapa kali gitu. Itu pun gak menang😿😿

Jadi maaf bangettt, kalau menurut kalian ceritanya terasa aneh. Soalnya saya itu 70% ngarang, 29% cari-cari informasi di google, 1% nanya kakak rl yang udah berpengalaman. Tapi sayangnya kakak rl saya lagi masa sibuk-sibuknya, soalnya bentar lagi kuliah. Terus kalau saya kebanyakan nanya, takutnya nanti saya di kepoin yang enggak-enggak sama kakak rl saya :'))

Kalau misal diantara kalian ada yang berpengalaman terus mau ngasih tau saya dimana letak kurang dan salahnya, ayo sok ajaa. Nanti biar saya revisi, hehe.

Nah, kalau gitu saya pamit undur diri ya.
Have a nice day!! 😻😻









Continue Reading

You'll Also Like

937K 45.2K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
67.2K 5.5K 61
❮1sᴛ ᴍʏ sᴛᴏʀʏ : ғᴛ. ᴛʜᴇʙᴏʏᴢ ᴋɪᴍ ʏᴏᴜɴɢʜᴏᴏɴ {김영훈}❯ ⊱⋅ ──❪54 ᴄʜᴘ, 6 ʙᴏɴᴄʜᴘ, 1 ᴊᴜsᴛ ᴀᴅs❫── ⋅⊰ ❝salah gak sih kalo gue suka ama orang yang selalu rusuh...
109K 11.3K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
1.3K 201 27
Judul awal: Twelve Years Of Waiting Kata 'menunggu' itu sangat dibenci oleh semua orang, iya kan? Tapi tidak bagi Argha yang dengan setia menunggu sa...