ALTOP

By Tasya_02

7.9M 644K 245K

Altopan Lioner, panggil saja dia Altop. Cowok yang terkenal sebagai ketua geng itu, harus menjalani sebuah hu... More

PROLOG.
1. BALAPAN
2. KELUARGA BENCANA ANGIN
3. OBAT
4. NONTON NENEK SIHIR
5. AMBULANCE
6. MIMISAN
7. NGEDATE OR KISS ME?
8. MATEMATIKA
9. UKS
10. ULAH RAFA
11. SANDWICH
12. TORNADO JADI INTEL
13. HUG ME!
14. SAYANG?
15. KISS AGAIN?!
16. MENGOBATI
17. MALAM HANGAT
18. HARTONO
19. JALAN-JALAN
20. KURA-KURA KECIL
21. TORNADO GALAU
22. ROK PENDEK
23. RUANG KEPALA SEKOLAH
24. RUMAH SAKIT
25. PAKSA MAKAN
26. JENGUK GLOVA
27. MASUK SEKOLAH
28. GAME
29. MAHESA?
30. KETEMU CALON MERTUA
31. DEEP TALK
32. MESUM
33. 1000 ORIGAMI BURUNG
34. ELDRIAN MAHENDRA
35. PERTANDINGAN
36. ARSEN NYEBELIN!
37. NIGHT PARTY
39. MAKAN MALAM
40. TEROR!
41. ELDRIAN BERTINDAK.
GIVEAWAY!
42. KABUR.
43. CEMBURU
44. GLOVA SAKIT.
45. BELIUNG LIONER.
46. SKATEBOARD.
47. PENASARAN
48. WHAT?! CONFESS?
49. PERASAAN KACAU.
50. KUE ULANG TAHUN.
51. AKHIR.
52. DIA YANG TERBAIK.
BONEKA DINO LUCU & PO!
AYAH & IBUNYA ALTOP?
SPECIAL PART ALTOP & GLOVA
SPECIAL PART 2 UPDATE
UPDATE SPECIAL ROMAN 3
UPDATE SPECIAL PART ROMAN
SPECIAL OFFER NOVEL ALTOP!!
UPDATE SPECIAL ROMAN!!

38. MERINDUKAN MEREKA

100K 10.7K 5.3K
By Tasya_02

Hai! Panggil aku Syasya !!

[ SELALU HARGAI PENULIS. BERIKAN VOTE 🌟 & KOMEN 💬 KALIAN. ]

Happy reading !! 🦩

• SILAHKAN FOLLOW AKUN WATTPAD AKU! MULAI BESOK PART AKAN DI PRIVAT SECARA ACAK! •

38. MERINDUKAN MEREKA.

**

"Aku beneran nggak tau, mempertahankan hubungan ini salah atau benar. Yang aku tau, semua akan terasa sempurna jika bersamamu." - Glova Lovata.

**

Motor sport berwarna hitam tampak memasuki kawasan SMA Dirgantara pagi hari ini, suasana sekolah terlihat sepi karena jam masih menunjukan angka enam.

Jika kalian berfikir, siapa pemilik motor sport yang baru saja parkir di parkiran yang tersedia khusus untuk anggota SCAVENGER itu. Jangan pernah berpikir kalau itu adalah Altop. Dia tidak mungkin menjadi siswa rajin dan disiplin hingga masuk jam 6 pagi.

Markus Erolio, salah satu anggota inti SCAVENGER. Geng motor yang sudah terkenal dengan kasus tindakan negatif tercatat di ruang BP. Tidak hanya di BP, bahkan kantor polisi saja sudah hafal muka-muka mereka.

Markus masih bisa dikatakan layak menjadi siswa, diantara kelakuan teman-temannya yang berandal. Markus termasuk yang mempunyai sifat sadar akan masa depan dan giat belajar.

"Kak Markus!!" Teriakan maha dahsyat dari arah belakang terdengar, sontak teriakan tersebut berhasil menghentikan langkah Markus ketika menelusuri sepanjang koridor sekolah.

Tidak menunggu waktu lama, sesosok gadis dengan wajah periang kini berada dihadapan Markus. Menyapa cowok irit ekspresi di pagi hari, sudah menjadi kewajiban bagi gadis ini.

"Pagi Kak Markus!" sapa Glea dengan memberikan senyum manis pada wajahnya, menatap Markus penuh keceriaan.

"Pagi."

Ghea menghela nafas pasrah. Yeah! Sudah biasa sapaannya di balas dengan nada datar dan tak jarang juga jutek oleh Markus. "Kak! Nanti kalau ada waktu, ajarin aku pelajaran matematika dong."

"Nggak ada waktu," saut Markus singkat kemudian ia ingin segera beranjak pergi.

Kedua tangan Ghea langsung merentang, seolah menghalangi Markus untuk pergi sebelum keinginannya terpenuhi. "Sekali aja kak, Please... Aku nggak paham materinya susah."

"Bukan urusan gue." Markus mengeraskan rahangnya, melemparkan tatapan super tajam kearah Ghea.

Ghea melangkah sedikit mundur, ketakutan mendapatkan tatapan seperti itu. "Ya udah, kalau Kak Markus nggak punya waktu, nggak papa. Tapi aku ada ini buat Kakak."

Seketika netra Markus menatap kotak susu berwarna pink di tangan mungil Ghea. Ia beralih melemparkan tatapan sinis ke wajah gadis yang menurutnya sok lugu itu. "Lo pikir gue bocah SD, lo kasih susu hah?!" kesal Markus meninggikan nada bicaranya.

"Eee---eh nggak! Itu Kak, aku cuma sering lihat Kak Markus minum susu kalau lagi di Kantin. Ya, aku kira Kak Markus suka susu."

Lantas Markus terlihat sedang berpikir, memikirkan perkataan Ghea barusan. "Susu apaan?"

Ghea mengangguk mantap. "Iya, susu. Kalengnya warna putih terus ada gambar beruang."

Kini cowok itu teringat. Astaga! Memang Markus suka mengonsumsi susu beruang untuk menetralisir racun dalam tubuhnya setelah merokok atau minum alkohol. Namun gadis ini? Saat ini Ghea justru memberikannya kotak susu sapi, mana rasa strawberry lagi.

"Gue nggak butuh susu lo," ucap Markus tegas.

"IH! KAK MARKUS KOK OMONGANNYA JOROK SIH?!" Mata Ghea melotot, mengangkat kedua tangannya seolah menutupi bagian dada.

Markus berdecak sebal, memejamkan matanya sebentar supaya amarahnya tidak keluar. "Maksud gue nggak gitu. Aaarrrrgghhh! Terserah."

"Ih! Bentar dulu," pekik Ghea, kembali menghalangi Markus yang akan melangkah pergi. "Kak Markus nggak kasihan apa sama aku? Aku selalu bela-belain bangun pagi, berangkat pagi. Biar apa? Biar bisa ketemu sama Kak Markus."

Markus mengangkat alisnya angkuh, membenahi gendongan tas pada bahu kirinya yang sedikit merosot. "Terus? Lo pikir gue peduli? Nggak ada yang nyuruh lo ngelakuin semua itu, Ghea."

Ghea tertunduk lesu sembari mengigit bibir bawahnya kuat. "Maaf, Kak Mark.."

"Menurut gue, lo itu cuma adek kelas bau bedak. Gue sama sekali nggak pernah tertarik sama lo." Ucapan Markus terdengar penuh tekanan di setiap katanya. "Mending lo jauh-jauh dari gue."

"Kak?" Dengan keberanian penuh, Ghea mengangkat wajahnya memperlihatkan matanya yang telah basah. Apa kata Markus tadi? Bau bedak? Kata-kata itu berhasil menggores hatinya. "Kalau Kak Markus nggak mau terima susu pemberian dari aku, nggak masalah. Tapi bisa nggak? Kak Markus nggak usah bawa-bawa fisik?"

"Ghe---"

Ghea mematung. Jantungnya berdebar kencang, tak menyangka Markus akan berkata seperti itu. "Iya, aku tau. Aku emang cuma adik kelas bau bedak."

Markus membuang nafas gusar, merebut kotak susu dari genggaman Ghea. "Buat gue kan? Thanks." Hanya beberapa kata pendek, cowok itu memutuskan langsung pergi meninggalkan Ghea sebelum amarahnya benar-benar datang.

"Oh my god! Ini seriusan kan?! Aaaaaa!" Ghea bersorak kegirangan. Akhirnya Markus mau menerima barang darinya.

"Ternyata, lo masih ngarep sama Kak Markus?" Suara tiba-tiba dari sebelah sisi, seketika menghilangkan kegirangan dalam diri Ghea.

"Ih! Apaan sih Bell?! Ngagetin gue aja tau nggak?!" Ghea menggembungkan pipinya kesal.

"Kenapa lo bisa suka sama kulkas berjalan kayak Markus? Kalau gue lihat, tampang-tampang Markus gitu udah persis buronan polisi. Serem! Tapi lo? Bisa-bisanya demen sama dia," ejek Bella pada sahabat satu kelasnya ini.

"Mata kamu lagi rabun kali! Coba lihat pakai hati, pasti kelihatan kalau Kak Markus itu ganteng," omel Ghea. Ah! Cewek seperti Ghea itu akan tetap kekeh dengan keputusannya.

"Hah? Idih! Ganteng juga Kak Raven. Sumpah sih! Kalau dia itu, tampang-tampang malaikat bak dewa yunani gitu."

Ketika mendengar perkataan Bella barusan, telinga Ghea seolah langsung berdengung, dan mimik rupanya kini berubah jijik. "Iya, muka Kak Raven itu mirip malaikat. Malaikat penyambut nyawa!" saut sebal Ghea, lalu pergi berjalan meninggalkan Bella yang masih terpaku di sana.

**

Eldrian baru saja menutup pintu kulkas setelah mengambil minuman dingin yang tersedia di Kantin sekolah. Setelah menyodorkan uang pada penjaga kantin, ia berjalan mendekati meja yang dihuni oleh gerombolan teman-temannya.

"Lo pada nyatet apaan?" tanya Eldrian, mengambil posisi duduk di samping Kenzo.

"Jawaban ulhar Fisika nanti jam Ke-4. Lo nggak mau nyatet juga? Remed mampus!" saut Rafa menatap Eldrian sesaat kemudian kembali fokus pada kertas yang ia beri coretan tulisan dengan pulpen.

Eldrian menepuk jidatnya sendiri. Astaga! Ia lupa jika ada ulangan harian hari ini. "Dapet info dari mana?"

"Kelas sebelah. Dari pada banyak nanya, mending lo buruan catet jawabannya keburu bell. Jangan harap pas ujian lo bisa nyontek, tau sendirikan Miss Retno kalau ngawas ulangan matanya sambil melotot kayak mau copot," ujar Kenzo.

Eldrian mengangguk, lalu melirik kertas yang tergeletak di atas meja. "Raf, bagi kertas. Eh! Send dong jawabannya ke handphone gue," ucapnya pada Rafa.

Rafa berdecak sesaat, mengambil handphonenya lalu membagikan foto berisi jawaban ulangan. "Udah yee."

Setelah notifikasi handphone Eldrian berbunyi, lantas ia mengacungkan ibu jarinya pada Rafa. "Thanks."

Altop hanya menghela nafas panjang, sebelum melirik kearah Kenzo yang baru saja meletakkan bolpoinnya. "Ken, udah kelar belum lo yang nyatet?"

"Udah," saut Kenzo, memberikan kertas contekannya pada Altop.

"Lah? Kan udah gue send jawabannya ke lo, Top. Ngapa lihat contekan punya Kenzo?" tanya Rafa dengan menatap Altop heran.

"Contekan dari lo nggak bisa kebaca, tulisannya kayak ceker ayam," ujar Altop seraya menggapai bolpen di sampingnya.

Rafa mendengus gusar. Dirinya memang harus ektra sabar menghadapi Altop. "Terserah deh. Lo nggak tau aja, yang catet contekan ini cewek spek bidadari."

"Lah, Ven! Nggak mau nyatet lo?" Kini Eldrian menatap Raven yang sedang sibuk dengan handphonenya. Padahal teman-temannya yang lain khusuk mencatat jawaban.

"Halah! Raven nggak usah lo tanya. Paling anti dia kalau soal nyontek-mencontek," balas Markus, terkekeh geli sembari menatap raut muka Raven.

"Makanya lo pada belajar, nggak jagain anak kelas sebelah terus kalau ulangan," sindir Raven.

"Ya elah, nih, gue kasih tau! Belajar itu cuma buat orang yang tidak percaya diri," sambung Rafa dengan tampang tengilnya.

Mendengar ucapan salah satu temannya barusan, Markus melepas tawanya sembari merangkul bahu Raven. "Lo bukan percaya diri, Raf. Tapi terlalu percaya kawan, mau lo dikasih contekan yang jawabannya salah semua aja lo pasti percaya."

Kedua mata Rafa langsung melotot, menatap jawabannya yang baru ia tulis. "Top! Cek contekannya buruan. Ini jawabannya udah bener belum?" ucap Rafa dengan nada cemas.

"Tuhkan, apa gue bilang! Omongan gue aja lo langsung percaya," saut Markus, melepas tawanya lagi.

Kenzo yang sedari tadi menyimak, menatap gemas Rafa. Ia mengacak rambut Rafa. "Sssshh! Mau aja lo dikerjain, Markus."

"Badak lo, Mark." Rafa berdecak, melemparkan tatapan sinis kearah Markus.

**

Glova tengah jongkok terdiam di depan dua gundukan tanah makam orang tuanya. "Hei! Mami, Papi... Glova dateng lagi. Kangen nggak?"

"Pasti kalian kangen Glova dateng sama bawain bunga mawar. Dari dulu Mami kan, suka banget sama bunga mawar merah." Gadis berambut ikal dengan seragam identitas SMA Dirgantara yang melekat di tubuhnya, ia sedang memaksakan diri untuk tersenyum.

Glova menahan air matanya supaya tidak jauh, menatap nisan atas nama orang tuanya. "Glova inget banget. Pas pulang sekolah, pasti Mami lagi ganti air di vas bunga terus ganti bunga mawar yang udah layu."

"Mami cantik banget ya, Pi? Sampai Papi ajak Mami bunuh diri. Bahkan sampai sekarang, Glova masih pengen tau kenapa kalian ngelakuin itu? Mi.. Pi.. Glova kangen." Glova menundukkan kepalanya. Ia meremas kuat gundukan tanah pemakaman tersebut.

"Glova kangen liburan sama Mami, Papi. Glova kangen tidur dipeluk kalian berdua." Tanpa permisi, air matanya jatuh begitu saja. Glova mengigit bibir bawahnya, menahan isak yang sebenarnya ingin sekali ia luapkan.

Glova menghapus air matanya, menarik sudut bibir hingga membentuk senyuman hangat. "Hum.. Mami tau nggak? Glova udah dapet penggantinya Papi di sini. Kalian pasti bahagia banget deh, kalau bisa kenal sama dia."

"Dulu kalau aku lagi sakit, biasanya kan dipeluk sama Papi. Sekarang dipeluk sama dia. Nggak papa, ya, Mi, Pi?" gumam Glova pelan, mengelus nama nisan Ibunya. "Oh ya! Bik Inah juga baik banget sama Glova. Dia nggak mau pulang kampung Mi, padahal Glova udah nggak kasih Bik Inah gaji."

"Uang asuransi Mami Papi juga masih lancar, lancar banget malah. Makasih ya, Mi.. Pi.. Glova tau, kalian udah berkorban buat hidup Glova." Glova membuang nafasnya, sebelum dering handphonenya berbunyi.

"Ngapain lagi sih, ini orang sinting. Demen banget ganggu waktu gue." Ibu jari Glova menggeser tanda hijau, mengangkat telfon masuk dari Altop.

"Apa?!"

"Buset! Santai Neng... Santai."

"Apaan sih?! Nggak jelas amat telfon gue." Glova mencebik bibirnya kesal, mendengar sautan suara Altop dari sebrang sana.

"Ban motor gue bocor. Buruan ke sini, udah gue share loc."

"Namanya ban bocor itu telfon bengkel. Jangan malah telfon gue. Dasar bego!" cibir Glova dengan nada bicara sengit.

"Ngelawan lo? Udah buruan ke sini, gue tunggu."

"Dih?! Nyebelin." Glova menjauhkan layar handphonenya dari telinga setelah mematikan sambungan telfon, ia berpaling memandang layar benda canggih miliknya.

Gadis itu menghela pasrah, berdiri dari posisi jongkoknya. Sebelum pergi, Glova sempat mengalihkan pandangan pada gundukan tanah orang tuanya. "Glova pamit dulu ya, Mi.. Pi.. Nanti Glova ke sini lagi."

Sedangkan di ujung jalan sana. Sedari tadi Altop mengamati Glova dari atas motornya. Ketika menyadari kekasihnya sudah akan pergi dari makam, ia segera menutup helm full face-nya lalu melajukan motornya meninggalkan pekarangan pemakaman.

**

Glova baru saja menghentikan mobilnya di pinggir jalan daerah Senayan, membuka pintu dengan kasar. Dirinya berjalan menghampiri Altop dan motornya. "Kenapa lagi sih motor lo?!"

"Lo nggak bisa lihat? Nggak punya mata emang?! Bocor nih ban motor gue." Altop memijat pelipisnya, berusaha akting di depan Glova seolah-olah ia sedang frustasi karena ban motornya bocor.

Glova memandang ban motor Altop. Memang benar, kedua ban motor itu terlihat bocor. "Udah telfon bengkel?"

Altop menggeleng singkat. "Belum."

"Ada-ada aja lo," keluh Glova. Dirinya merogoh saku seragam, mengambil handphone dari dalam sana.

Glova berkacak pinggang, menatap ke depan seraya menempelkan layar handphone di daun telinganya. "Halo Pak! Tolong dateng ke sini, ya, Pak. Ban motor pacar saya bocor soalnya. Iya, sekitar daerah Senayan."

Setelah mematikan sambungan telfon, Glova kembali memandang Altop. "Udah nih! Orang bengkel nanti bakal dateng ambil motor lo."

Altop berdehem, kemudian beranjak menuju mobil Glova. "Ayo balik! Ngapain lo diem di situ?!" pekiknya, menyadari Glova yang justru diam ditempat.

Glova mengepalkan tangannya geram, menahan emosi yang bergejolak ingin meluap. "Aaarrggghh! Punya pacar, gini amat hidup gue."

"Buruan!" titah Altop berteriak.

"Iya sabar." Sontak Glova masuk kedalam mobilnya, kini ia duduk di samping bangku Altop yang menyetir.

Selama perjalanan pulang, tidak ada obrolan diantara mereka. Hanya ada alunan lagu merdu dari musik berjudul Best Part yang dinyanyikan oleh Daniel Caesar. Jangan pernah lupakan, lagu itu adalah lagu kesukaan Altop dan Glova.

"Loh? Kita mau kemana?" Glova bertanya panik, menyadari Altop mengarah ke jalan yang bukan menuju rumah Glova.

Altop memejamkan matanya sekilas. "Rumah gue. Nyokap gue pengen ketemu sama lo," katanya menjelaskan.

Deg!

"What rumah lo?!" Glova melongo tak percaya, mengerjapkan matanya berkali-kali. "Maksudnya?!"

"Udah ikut aja. Entar juga lo paham sendiri," balas Altop tambah membuat Glova makin penasaran.

**

Hai! Gimana kabar kalian?

Suka ngga part ini? Aduh! Maaf banget ya aku telat updatenya, aku lagi kelas akhir dan sekarang lagi banyak ujian & menjadi universitas. Doakan aku yaa semoga aku bisa keterima di universitas impian aku😭🙏🏻 Aamiin..

Oh iya, kalian suka kesel kan kalau aku update part yang sama berkali-kali... Ini alasannya : karena beberapa pembaca notifikasi update part Altop belum masuk & banyak pembaca yang belum vote juga. makanya aku beberapa kali up, sekalian biar kalian ngga lupa sama alurnya.. hehe.. maafkan yaa💓

Target seperti biasa 6000++ vote & 4000++ komen. 🦋🦋🦋!

EH IYA! KALIAN UDAH BACA AU INSTAGRAM ALTOP & GLOVA SEBELUM JADIAN BELUM?! BAGI YANG MAU BACA ADA DI AKUN INSTAGRAM @wattpad.sya ya! AYO MAMPIR DAN RAMAIKAN! 🧚‍♀️💓

Follow akun instagram rp & author biar gak bingung dan gak ketinggalan info guys! Sekalian kita seru-seruan bareng.

@hae.sya02
@wattpad.sya
@altopanlioner
@tornadolioner_
@prettyglova
@eldrianmahendra
@kenzoadriansyah_
@rafapertamaa
@scavengerunite
@markuserolio

Continue Reading

You'll Also Like

699 134 16
Kehidupan memang kejam,untuk orang tidak cantik seperti caca, ralat orang jelek seperti caca, tidak ada secuil pun tempat di dunia ini untuknya. kelu...
1M 76.3K 71
Ini tentang Dendra, cowok berpribadian keras dan kasar yang memiliki banyak rasa dendam di dalam dirinya. Hidupnya benar-benar miris, tidak ada kelem...
2.2M 241K 40
‼️Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ‼️ Ini kisah anak nya Agam ya gaesss "Apa lihat-lihat?" Freya bertanya dengan ekspresi tidak san...
6.6M 281K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...