REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STO...

By Taratales

3M 325K 12K

Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berad... More

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
ALETTA DIRGANTARA
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2 [Darren's story]
EXTRA PART 3 [Darren's Story 2]
EXTRA PART 4
EXTRA PART 5
EXTRA PART 6
EXTRA PART 7 [LAST]

CANARIA ADELIA DIRGANTARA

65.6K 6.1K 145
By Taratales

.
.
.

"Kanaaa!"

Si pemilik nama itu berbalik, menyunggingkan senyum manisnya ketika satu sosok di kejauhan berlari kecil menghampirinya.

"Rissaaa"

Kana menyambut Rissa dengan sebuah pelukan erat sambil melompat-lompat, keduanya tertawa. Setelah melepaskan pelukannya, Kana nyengir begitu Rissa menoyor kepalanya.

"Gue tadi jemput ke rumah lo, kata Kak Rega lo udah berangkat sama Arsa. Bener-bener ya lo berdua!" Omel Rissa berkacak pinggang

"Gue kira lo belum balik dari rumah nenek lo, makanya kita berdua berangkat duluan. Maaf dehh," Kana merangkul Rissa yang cemberut, mereka berjalan disepanjang koridor sesekali Kana membalas sapaan dari murid-murid yang menyapanya.

"Rencana lo tahun ini apa? Bentar lagi kan ujian, libur terus bakal resmi jadi murid SMA, keluarga lo ga ada niatan ngajak lo liburan gitu?" Tanya Rissa

Kana tampak berpikir sejenak lalu berkata polos "Abis ujian kita bakal ke luar kota buat ngunjungin kediaman sahabat lama Papa yang jadi korban kecelakaan pesawat, itu termasuk liburan bukan?"

Tanpa ragu Rissa menoyor kepala Kana dengan ekspresi gemas "Itu mah ngelayat, liburan kok dirumah duka mau ngajak mayat dugem?"

"DOORR!!"

"huwaa!!" Dua gadis itu terlonjak begitu seseorang mengagetkan mereka dari belakang.

Melihat siapa pelakunya Rissa dan Kana lantas memukul orang itu dengan wajah sebal "Jail banget sih, Sa. Kalau jantung gue copot gimana?"

Arsa tertawa keras sambil merangkul keduanya "Lagian pake bahas rumah duka sama mayat-mayat, kayak ga ada obrolan lain aja"

"Kita tuh tadi lagi bahas tentang rencana liburannya Kana" sahut Rissa memutar bola matanya

Kening Arsa bertautan, berpaling memandang Kana "Lo mau liburan? Kok ga bilang-bilang?"

"Bukan liburan, mau ngelayat" ucap Kana mengingat ucapan Rissa tadi.

"Siapa yang meninggal?"

"Sahabat lama papa" jawab Kana sambil melambai pada salah satu siswa yang mengedipkan mata padanya. Arsa mendengus lalu menarik wajah Kana agar menatapnya.

"Lama ga disana?" Tanya Arsa, matanya melotot dengan wajah mengancam pada siswa yang tadi menggoda Kana sampai siswa itu lari ketakutan.

Rissa menahan tawanya sementara Kana yang belum sadar hanya menjawab polos "Paling cuma 2 hari"

"Hai Kana"

"Na, ntar mau ke kantin bareng ga?"

"Kana istirahat nanti mau belajar di perpus?"

Arsa jengah, dia segera menarik Kana untuk meninggalkan koridor dan masuk kedalam kelas. Rissa menyusul dengan ekspresi geli di wajahnya.

"Gila, baru sadar banyak aligator di sekolah. Kok lo ga pernah bilang sering di goda-godain kayak gitu?" Arsa bersedekap memandang Kana kesal sementara yang dipandang malah mengerjap-ngerjap tidak mengerti.

"Yaelah kayak lo gatau Kana aja, dia mana paham sama yang kayak gitu sih" ujar Rissa

Arsa lagi-lagi mendengus.

"Gimana kalau lu pacarin aja biar dia ga digangguin lagi?" Usul Rissa membuat Kana yang tadinya bingung mendadak jadi konek, matanya melotot kearah Rissa yang malah mengedipkan matanya jahil.

Kana menatap Arsa cemas, takut jika cowok itu risih dengan ucapan Rissa. Tapi Kana cukup tercengang saat melihat Arsa tampak berpikir, loh apa ini? Apa Arsa tengah memikirkan perkataan Rissa barusan?

Kenapa ini? Jantung Kana tidak bisa berhenti berdetak kencang.

"Eum.. ngga deh, kita kan sahabat. Lagian pacaran buat apa sih? Enakan sahabat kalau berantem ga ada putus kan?" Kata Arsa merangkul Kana sambil tersenyum lebar

Kana menghela nafas sedangkan Rissa mendengus sebal. "Heran deh gue, type cewe lo tuh kayak gimana sih? Selama ini belum pernah gue lihat lo jalan bareng cewek"

"Masih kecil, gaboleh pacar-pacaran" sahut Arsa

Rissa mencibir "Yaudah misal umur lo udah cukup buat pacaran, type cewe lo tuh kayak gimana?"

"Yang pasti ga bawel kayak lo" kata Arsa mengacak-ngacak rambut Rissa lalu melarikan diri sebelum Rissa mengamuk.

"ARSAAA!!" Benar kan, Rissa kini berusaha merapikan rambutnya sambil menggerutu. Kana menutup mulutnya menahan tawa.

"Gue sumpahin tuh si Arsa jodohnya cewe stress!"

***

Selama 2 tahun ini, Kana bersaksi bahwa Rega Dirgantara adalah cowok terbucin yang pernah dia temui. Lihat bagaimana kakak sulungnya itu rebahan disofa dengan ponsel menempel dikupingnya, tak lupa kata-kata lembut nan manis yang terus keluar dari mulutnya.

Kana menghampiri Rega lalu duduk di dekat kakinya, Kana menaik turunkan alisnya menggoda dibalas kekehan kecil oleh Rega.

Rega menggerakkan mulutnya tanpa suara "Kenapa?"

Kana menunjuk ponsel Rega sambil bertanya "Kak Clara ya?"

Rega mengangguk, lalu kembali sibuk dengan obrolannya. Kana memilih meninggalkan abang bucinnya itu dan mendekati Ren di meja makan.

"Wah kakak makan apa, Kana mau dong" mata Kana berbinar begitu melihat beberapa cemilan diatas meja.

Ren tersenyum lalu mengisyaratkan agar Kana duduk disampingnya. Dengan semangat Kana duduk dikursi sebelah Ren yang tengah menyusun beberapa kue ke dalam toples.

"Eh jangan makan yang itu" cegah Ren cepat saat melihat Kana hampir memasukkan salah satu kue kedalam mulutnya. Sebelum Kana bertanya, Ren berkata "Itu dalemnya ada selai nanas, kamu kan gasuka nanas"

"Ampir aja" gumam Kana cepat-cepat meletakkan kue itu ke tempatnya lalu beralih mencomot kue cokelat disisi lain.

"Oh iya, kakak nanti ikut papa sama mama ke luar kota nggak?" Tanya Kana

Ren mengangguk "Ikut kok, kamu juga kan?"

Kana mengangguk lalu mengerucutkan bibirnya "Tapi Kak Rega ga ikut"

"Namanya juga bucin" cibir Ren disambut kekehan kecil dari Kana

"Kakak udah pernah ketemu Kak Clara?" Tanya Kana tiba-tiba. Walaupun hubungan Rega dan Clara sudah hampir 2 tahun, Kana hanya pernah bertemu Clara beberapa kali. Rega tidak pernah membawa Clara kerumah, itu sebabnya Kana penasaran, apa Ren sudah pernah bertemu Clara?

"Pernah, sekali doang" jawab Ren tanpa minat

Kana mengangguk-angguk, memasukkan beberapa potong kue kedalam mulutnya "Menurut kakak, dia orangnya gimana?"

"Cantik" lagi-lagi jawaban Ren hanya datar saja membuat Kana mendengus tak puas.

"Kana juga tau dia cantik, maksudnya first impression kakak ketemu dia tuh gimana?" Ucap Kana gregetan

Ren tertawa lantas mencubit pipi adiknya itu dengan gemas "Iya iya sabar dong. Kesan pertama ketemu dia, kakak langsung gasuka"

"Kok ga suka?"

Ren mengedikkan bahunya, enggan menjawab.

"Padahal dia baik loh sama Kana, murah senyum terus ramah banget lagi" jelas Kana

"Kamu kan baru kenal dia, ketemu juga baru beberapa kali kan? kamu belum tau aslinya gimana" kata Ren tersenyum kecut.

"Gitu ya.." Kana termenung

"Sayang, sini bantu mama dulu" panggilan Andira dari arah dapur membuyarkan lamunan Kana.

"Iya maa" Kana beranjak dari kursi untuk membantu Andira menyiapkan makan siang.

Beginilah kehidupan Kana di usianya yang sebentar lagi beranjak 15 tahun, keluarga mereka adalah keluarga yang terkenal dengan keharmonisannya. Kana memiliki orang tua dan kedua kakak yang sayang padanya, dia juga punya 2 sahabat baik yakni Arsa dan Rissa.

Kehidupan Kana disekolah juga baik-baik saja, semua orang menyukainya karena Kana memang dikenal sebagai sosok periang dan hangat.

Tak pernah sekalipun Kana berpikir bahwa semua itu akan meninggalkannya suatu hari nanti. Kehangatan keluarga, sahabat bahkan orang-orang dilingkungan sekitarnya.

Semua itu bermula saat sosok baru dalam keluarga Kana muncul menjadi bagian dari mereka.

"Hai, aku Kana. Kamu Aletta kan? Mulai sekarang kita bakal jadi saudara" itu adalah sambutan ramah dari Kana saat pertama kali Aletta memijakkan kakinya di rumah keluarga Dirgantara.

Aletta saat itu tersenyum kecil, menyambut uluran tangan Kana yang hangat sambil berucap pelan "Makasih, Kak Kana"

Hari-hari mereka lalui seperti biasa, tidak ada yang berubah sedikitpun meskipun Aletta sudah resmi menjadi anak dari keluarga Dirgantara.

Kana dan Aletta bahkan menjadi lengket, Aletta yang selalu mengikuti Kana kemana-mana seperti anak itik yang mengikuti induknya membuat Kana merasa benar-benar memiliki adik perempuan yang harus dia lindungi.

Aletta begitu polos dan sangat baik, meski tidak pernah mengucapkannya Kana tau bahwa Aletta menyayanginya.

***

"Kamu kok bisa ke kunci di kamar mandi sekolah?"

Kana memejamkan matanya, dengan keadaan berjongkok. Tangannya memeluk dirinya sendiri, berusaha menghalau hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang. Diluar hujan dan Kana masih berada di koridor sekolah yang sudah sepi karena jam sudah menunjukkan pukul 19.30

Sedang apa Kana di sekolah malam-malam? Kana juga tidak tau. Saat dia terbangun, dia sudah dalam keadaan basah kuyup di kamar mandi sekolah, dan parahnya pintu kamar mandi itu dikunci dari luar. Untung saja Kana punya cukup tenaga untuk mendobraknya jadi dia bisa keluar dari sana.

"Na? Jawab kenapa kamu bisa ke kunci dikamar mandi? Ada yang jailin kamu disekolah?"

Suara yang berasal dari ponselnya itu terdengar, Kana tidak tau harus menjawab apa karena sejujurnya dia tidak pernah merasa punya masalah dengan anak-anak disekolah ini.

"Nanti aku jelasin dirumah ya kak, kakak tolong cepet kesini, disini dingin banget" ucap Kana gemetar

"Kakak udah dijalan. Tunggu disana, jangan kemana-mana"

"Aku takut kak, gelap banget disini" balas Kana lirih

"Yaudah jangan matiin telponnya, kamu ngomong aja, kakak dengerin biar ga takut"

"Kakak lagi nyetir kan, gapapa kak. Fokus aja nyetirnya, aku udah gapapa kok"

"Kamu yakin?"

"Iya"

"Yaudah"

Begitu sambungan telpon ditutup, Kana tertunduk memeluk erat lututnya. Tadi itu telpon dari Rega, sebenarnya Kana tidak ingin meminta tolong pada Rega apalagi karena dia tau Rega sedang banyak masalah akhir-akhir ini, kakaknya itu masih dalam suasana berduka karena ditinggal Clara, ditambah lagi Rega sedang sibuk mengurus skripsinya.

Tapi Kana tidak punya pilihan lain, berkali-kali Kana menelpon Aletta tapi ponsel gadis itu tidak aktif. Apa Aletta tidak sadar bahwa Kana belum sampai dirumah? Sepertinya begitu, terbukti karena tak satupun orang dari rumahnya yang menelpon hanya untuk sekedar menanyakan keberadaannya.

Ah, mungkin Aletta sedang bersama Arsa. Jadi gadis itu tidak tau keadaan Kana sekarang.

Kana jadi teringat kejadian tadi siang saat dia meminta Arsa untuk ngobrol berdua. Sudah beberapa bulan ini Arsa menjauhinya, entah karena apa dan Kana merasa harus bertanya dimana letak kesalahannya. Tapi respon Arsa justru membuat Kana sangat terkejut. Bukan hanya menolak, Arsa juga bahkan tanpa ragu mengatai Kana munafik.

"Sebenernya aku salah apasih, Arsa" lirih Kana pelan

Malam itu Kana hanya bisa terduduk merenungi semua yang terjadi selama beberapa bulan belakangan itu. Dia bahkan sudah tak sadar sudah menunggu Rega berapa lama sampai akhirnya satu pesan masuk.

'Kamu harus jaga diri baik-baik Na, maaf kakak gabisa jemput'

Pesan itu dari Rega, Kana terdiam menggigit bibirnya yang sudah membiru. Jadi dia harus pulang sendiri? Tapi hujan belum berhenti, setelah berpikir sejenak akhirnya Kana memutuskan untuk menelpon Rega, dia akan memberitahu kalau Kana akan menunggu Rega saja, selama apapun itu.

Sayangnya ponsel Rega tiba-tiba sudah tidak bisa di hubungi, dalam hati Kana mendesah kecewa.

Tapi setelah kejadian malam itu Kana menyesal, dia tidak tau apa yang terjadi pada Rega selama perjalanan menuju sekolah Kana, harusnya Kana mengikuti kata-kata Rega yang memintanya untuk tidak memutuskan sambungan telpon.

Kana tidak tau kalau pesan itu juga adalah pesan terakhir yang dikirimkan Rega untuk Kana karena esoknya, Kana mendapat kabar bahwa kakak sulungnya itu meninggal dengan keadaan mengenaskan.

Kejadian itu cukup menjadi pukulan terberat untuk Kana apalagi rasa bersalahnya yang tidak pernah bisa hilang. Mirisnya, semua orang seakan setuju bahwa Kana bersalah dalam kejadian yang menimpa Rega. Mental Kana benar-benar di uji sejak hari itu.

Beruntung Kana masih punya Aletta yang percaya padanya, Aletta selalu memberikan dukungan saat Kana mulai di jauhi semua orang. Dari sanalah Kana mulai berpikir, dia hanya punya Aletta di dunia ini dan Kana tidak ingin kehilangannya.

Kana sangat menyayangi Aletta, seberapa besar kasih sayang itu? Sangat besar sampai Kana rela di musuhi semua orang hanya untuk kebahagiaan Aletta, rela memutuskan hubungannya dengan sahabat baiknya demi Aletta dan rela melepaskan cinta pertamanya demi Aletta. Lalu apa yang Kana dapatkan setelah pengorbanannya itu?

Kematian dan penyesalan.

Disaat air keras itu mengguyur tubuhnya yang penuh dengan bekas luka, saat itu pula memori kebersamaannya dengan Aletta terlintas.

Cambukan tiada henti tak lagi terasa, Kana sudah hampir menyerah dengan hidupnya. Tapi begitu melihat Aletta malam itu, di terangi oleh cahaya remang-remang didalam ruangan penyiksaannya, tertawa sambil menginjak tubuh tak bernyawa sahabatnya, darah Kana mendidih.

Sayang sekali malam itu Kana hanya bisa meraungkan sumpah serapahnya, dan menunggu sampai akhirnya suara tembakan terdengar.

***

TBC
.
.
.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 89.9K 58
[BUKAN NOVEL TERJEMAH] "Tiada kasta dalam cinta," .. Dewi Harnum adalah seorang pelayan di suatu Kerajaan. Ia selalu menggunakan selendang untuk menu...
4.5M 175K 20
Kayasaka Alexio Elakhsi adalah antagonis paling kejam dan menyebalkan dalam novel romatis yang pernah ada. Kejam, otoriter, egois dan menyebalkan ad...
363K 950 8
konten dewasa ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž
2.2M 200K 37
Aurora tersenyum tipis, menatap Aric tanpa benci sedikitpun. "Aku harus apa, Ar?" Lirihnya. Aric tertegun. "Aku harus apa untuk benci kamu, Ar?" Tany...