REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STO...

By Taratales

3M 325K 12K

Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berad... More

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 13
PART 14
PART 15
CANARIA ADELIA DIRGANTARA
ALETTA DIRGANTARA
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2 [Darren's story]
EXTRA PART 3 [Darren's Story 2]
EXTRA PART 4
EXTRA PART 5
EXTRA PART 6
EXTRA PART 7 [LAST]

PART 12

72.4K 8.2K 237
By Taratales

.
.
.

Danu melirik Rissa, mereka saat ini menuju ke Mansion Alderian. Danu memutuskan membawa Rissa kesana, dia tidak akan membiarkan Rissa tidur sendiri di apartemen nya malam ini. Kejadian tadi sangat gila, bagaimana bisa mereka diperlakukan seperti itu dan parahnya semua tamu undangan disana hanya menonton tanpa niat menolong.

Cengkraman Danu pada setir mobil mengerat, mereka harus diberi pelajaran. Danu akan memberitahu Leon nanti kalau mereka tidak boleh diberi ampun.

"Mas Danu,"

Panggilan Rissa yang teramat pelan membuat Danu menoleh cepat, Rissa tengah menatap kearahnya dengan ekspresi sulit.

"Ya, kenapa? Kamu pengen sesuatu?" Balas Danu lembut

Rissa menggeleng, matanya memandang sayu tangan Danu yang berada di atas persneling, dengan ragu Rissa menggerakan tangannya untuk memegang tangan yang lebih besar dari tangannya itu.

Tentu saja Danu terkejut tapi dia tidak berkata apapun tak juga menolaknya.

"Jangan pergi lagi" lirih Rissa pelan, tangannya bergetar.

Danu tercengang, tanpa waktu lama Danu langsung saja menepikan mobilnya. Dia menghadap Rissa yang tidak bereaksi apapun, gadis itu masih memandang kebawah, kearah tangan mereka.

"Sa, lihat aku"

Begitu Rissa berhasil menatapnya, Danu menyeka airmata disudut mata Rissa. Danu melihat Rissa dengan sendu, entah kenapa gadis itu terlihat sangat lelah.

Ada kesedihan yang tak terbaca dimata Rissa, tapi Danu tau ini pasti ada hubungannya dengan kejadian di pesta tadi.

"Mau kasih tau aku mereka udah ngomong apa sama kamu?" Tanya Danu hati-hati

Satu isakan lolos dari bibir Rissa, sesuatu yang sedari tadi dia tahan akhirnya keluar. Sebenarnya Rissa sudah ingin menumpahkan segalanya ketika Roan mengatakan sesuatu yang sangat jahat padanya dipesta tadi. Tapi Rissa tidak ingin terlihat lemah di depan pria brengsek itu, jadi dia menahannya sekuat tenaga.

Tapi sekarang semuanya tak tertahankan lagi, hanya karena sebuah pertanyaan lembut dari Danu yang terdengar sangat tulus, Rissa berhasil mengeluarkannya.

Danu menarik Rissa kedalam pelukannya, mengusap punggung gadis itu agar tenang. Danu tidak memaksa Rissa untuk menceritakan semua itu padanya, dia akan menunggu sampai Rissa tenang dulu.

Selama beberapa menit dalam posisi yang sama akhirnya Rissa bisa sedikit tenang, Danu mengendurkan pelukannya sambil menunduk untuk menyeka airmata Rissa.

"Mau cerita?"

Rissa mengangguk pelan.

***

Mobil Alderian berhenti tepat di halaman Mansion nya, dia tidak langsung turun tapi memandang dua orang disampingnya yang masih terlelap.

Alderian mengeluarkan ponselnya, mengirim pesan singkat pada seseorang. Beberapa menit kemudian dia melihat Alsa keluar menghampiri mobilnya. Alderian keluar dari mobil lalu berputar untuk membuka pintu mobil dimana Kana duduk.

"Kenapa kak?" Tanya Alsa

"Kamu tolong bawa Darren ke kamar," Ucap Alderian setelah mengangkat Darren dengan sangat hati-hati dari pelukan Kana.

Alsa mengintip untuk bisa melihat Kana dan matanya terbelalak saat melihat keadaan kakak iparnya itu. Alsa nyaris memekik ketika Alderian memicing, wanita beranak dua itu langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

Alderian menghela nafas, inilah alasan mengapa Alderian tidak meminta para pelayan menyambutnya seperti biasa. Dia tidak mau mereka berisik dan membuat Kana terganggu.

Mengerti situasi, Alsa membawa Darren ke dalam meninggalkan Alderian yang masih berada disana. Pria itu membungkuk didepan Kana yang masih terlelap lalu mengusap pipi Kana.

"Kana," panggil Alderian pelan, matanya terpaku pada sudut bibir gadis itu, disana ada sobekan kecil. Alderian baru bisa melihatnya dalam jarak sedekat ini. Entah kenapa darahnya mendidih, sebenarnya perlakuan seperti apa yang Kana dapatkan di pesta tadi? Apakah keputusan Alderian sudah benar untuk tidak memberi pelajaran pada mereka?

Tanpa sadar Alderian mengusap luka itu membuat Kana meringis, Alderian mengerjap. Sadar bahwa Kana terbangun dia langsung menjauhkan wajahnya.

Sedikit linglung, Kana melihat Alderian berdiri didepan pintu mobil yang terbuka "Eh udah nyampe, loh Darren mana?"

"Udah dibawa masuk sama Alsa, kamu bisa jalan?"

Kana mengangguk pelan, ia keluar dari mobil sambil meringis memegang kepalanya, wajahnya juga mulai terasa berkedut lagi.

Melihat hal itu Alderian mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Kana hati-hati sembari merapikan rambut gadis itu "Sakit?"

Kana terpaku untuk sejenak kemudian menggeleng, dia menunduk ketika sebelah tangan Alderian tampak menunggu. Tersenyum kecil, Kana memegang tangan itu dan langsung saja Alderian merangkul bahu Kana, menuntunnya jalan ke dalam Mansion dengan hati-hati.

***

"KANA BRENGSEKK!!!"

Saat masuk ke kamarnya Aletta langsung melempar semua kado-kado yang tersusun rapih diatas tempat tidurnya, wajah gadis itu memerah menahan amarah yang sedari tadi ingin meledak didepan semua orang.

Dengan nafas memburu Aletta duduk diujung kasurnya, pestanya kacau. Sejujurnya, Aletta memang menginginkan pestanya kacau seperti yang sudah-sudah tapi bukan kekacauan yang seperti ini.

Harusnya rencananya berjalan dengan lancar, seharusnya Kana tetap berada disana dipukuli oleh Andira di depan semua orang, tapi kenapa? Kenapa Alderian harus datang, padahal Aletta sudah menyuruh orang untuk berjaga didepan pintu agar orang yang tidak ada dalam undangan tidak bisa masuk ke pesta.

"KANAAAA!!!!" Aletta menjerit penuh emosi

Tok tok tok

Aletta menahan nafas ketika suara ketukan pintu kamarnya terdengar, dia menatap kado-kado yang berserakan dilantai. Dengan cepat Aletta berdiri dan memungut semuanya, dia menyusun kado-kado itu diatas tempat tidur secepat mungkin.

Orang-orang tidak boleh melihatnya seperti ini, dia harus terlihat seperti biasa, menjadi gadis lembut dan rapuh.

"Dek, ini kakak"

Mendengar suara Ren, Aletta yang tadinya ingin merapikan make up nya yang tampak acak-acakan langsung terhenti. Dia menyeringai ketika satu ide muncul dikepalanya.

Aletta merapikan sedikit rambutnya, maskara nya yang sudah luntur dia biarkan, justru Aletta semakin melunturkan maskara itu dengan airmata. Merasa sudah puas dengan penampilannya, Aletta berjalan kedepan pintu sambil memasang wajah sesedih mungkin.

"Kak Ren, maaf ya kak aku lama bukainnya" ujar Aletta dengan nada lemah

Ren memperhatikan adik perempuannya itu dengan prihatin, dia baru saja pulang dari acara kampusnya, Ren berniat menyempatkan diri hadir di pesta ulang tahun Aletta meski terlambat tapi saat dia pulang ternyata pestanya selesai lebih cepat dari yang seharusnya.

Ren tau ada yang tidak beres apalagi ketika dia bertemu Arsa didepan gerbang, wajah pemuda itu sangat lesu. Saat Ren bertanya, Arsa hanya menghela nafas dan menyuruhnya agar menemani Aletta malam ini karena Arsa tiba-tiba mendapat panggilan mendadak dari rumah sakit.

Tak cukup sampai situ, begitu Ren masuk rumah dia sudah disambut oleh teriakan mamanya yang memaki nama Kana. Mendengar itu Ren langsung tau apa permasalahan yang menimpa keluarganya, tanpa banyak bicara Ren langsung menuju kamar Aletta.

Dan disini lah dia sekarang, di hadapan Aletta yang masih menunduk. Meski Aletta berusaha tersenyum padanya, Ren tau bahwa adiknya itu sangat sedih.

"Nangis aja, kamu ga perlu nahan apapun didepan Kakak" ucap Ren mengusap kepala Aletta lembut

Setelah Ren mengucapkan itu, Aletta langsung menubruknya, menenggelamkan wajahnya di dada sang kakak.

"Letta salah apasih kak sama Kana, selama ini Letta selalu sayang sama Kana bahkan saat Kana berusaha nyelakain Letta, tapi kenapa Kana kayak gitu sama Letta" Aletta terisak kecil

Ren hanya bisa mengelus bahu Aletta, mendengarkan semua curhatannya. Ren menggeram menahan emosi, Kana lagi, Kana lagi. Kenapa perempuan itu selalu saja mengacau.

Sejujurnya, dari dulu Ren tidak pernah bisa akrab dengan Kana. Entah sejak kapan mereka tidak pernah bicara lagi, mungkin sejak kembarannya Rega meninggal.

Rega sangat menyayangi Kana, karena terlalu menyayangi Kana, Rega akhirnya meregang nyawa. Dia ingat betul malam itu, demi menjemput Kana yang belum juga pulang dari sekolahnya, Rega ditemukan meninggal dengan cara mengenaskan.

Sejak saat itu Ren selalu berpikir bahwa kematian Rega adalah salah Kana. Kana sama saja dengan perempuan itu.

Perempuan yang sudah membuat Rega menderita semasa hidupnya. Perempuan itu adalah mantan pacar Rega, Clara.

•••

Kana turun dari kamarnya setelah berganti baju dan mengobati luka diwajahnya, rasa sakit dikepalanya juga sudah lebih mendingan daripada yang tadi.

Saat tiba diruang tengah, Kana melihat semuanya sudah berkumpul tampak membicarakan sesuatu. Tatapan Kana terpaku pada Rissa yang duduk disamping Danu, gadis itu tersenyum pada Kana.

"Kalian lagi ngomongin apa?" Tanya Kana setelah mendudukan dirinya disamping Alderian.

Danu dan Rissa saling melempar pandangan dengan Alderian kemudian pada Melvin dan Alsa membuat Kana semakin penasaran.

"Kenapa sih?"

Danu berdehem sejenak, dia melihat kearah Rissa yang mengangguk meyakinkan.

"Jadi gini Na, Mas sama Rissa rencana akan menikah bulan ini"

"Ha?" Kana masih butuh waktu untuk mencerna omongan Danu sampai akhirnya terbelalak "HAH, DEMI APA?!"

Rissa meringis "Udah aku bilangkan? Reaksinya bakal kayak gitu, makanya aku suruh pelan-pelan aja ngasih taunya"

Danu cuma tertawa kecil menanggapinya. Sementara Alderian berdecak lalu berkata tanpa sadar "Bisa diam? Jangan buka mulut lebar-lebar nanti bibir kamu makin sobek, mau?"

Bukan hanya Kana, semuanya pun memandangnya dengan bingung. Sadar bahwa diperhatikan Alderian mendengus.

"Duh, sejak kapan Pak Alderian peduli sama hal-hal kayak gini. Hayooo tau dari mana juga kalo bibirnya mbak Kana sobek, pasti abis ahem ahem" kata Alsa menari-narikan telunjuknya didepan Alderian dengan tatapan menggoda

"Itu kata terpanjang yang pernah aku denger selama kenal sama Al" bisik Rissa pada Danu yang terkekeh kecil

Alderian menepis tangan Alsa, malas berdebat.

"Dih galak," Alsa cemberut lalu menyodorkan tangannya pada Melvin dengan manja "Sayang liat tuh kakak kasarin aku lagi"

"Makanya kamu jangan iseng, udah tau dia kek gimana" bukannya membela, Melvin malah menyentil kening Alsa

"Ish kenapa sih pada jahat banget"

Kana yang masih melongo langsung tersadar, pipinya agak memerah. Dia buru-buru mengalihkan perhatian.

"Jadi kalian bakal nikah?" Tanya Kana sembari mengipas-ngipasi wajahnya guna mengurangi rasa panas di pipi nya.

Alderian meliriknya diam-diam sambil menahan senyum.

"Iya," Rissa mengangguk malu-malu

"Emang Mas Danu cinta sama kamu?" Pertanyaan polos Kana itu sukses membuat semuanya memandangnya horor

Rissa mendengus keras-keras sementara Danu buru-buru menjelaskan "Na, kok gitu nanya nya. Padahal kamu tau perasaan Mas selama ini gimana"

Kana mengibaskan tangannya santai "Ya abisnya kayak mendadak gitu, terus kalian juga baru ketemu seminggu yang lalu"

Danu tersenyum jenaka "Kamu mana tau aku sama Rissa udah ngapain aja selama seminggu itu"

Tak seperti yang diharapkan Danu, reaksi Kana justru sangat mengerikan.

"APA? JANGAN BILANG RISSA HAMIL MAKANYA MAS DANU MAU NIKAHIN DIA CEPET-CEPET?"

Karena tak tahan, Alderian menyentil Kana dan sentilannya itu tak sengaja mendarat tepat di luka lebamnya, tanpa waktu lama gadis itu langsung terduduk diam tak bergerak, tapi airmata langsung mengalir keluar.

"Kak! Kakak itu gimana sih, Mbak Kana kan masih sakit!" Omel Alsa sebal refleks memukul paha Alderian.

Alderian juga sadar itu makanya dia kaget saat tiba-tiba Kana diam mematung. Pria itu memajukan wajahnya untuk menatap Kana.

"Sakit tauuu" rengek Kana dengan airmata terus mengalir, kalau saja tidak ada mereka disana mungkin Kana akan berguling-guling dilantai saat itu juga.

"Na, mending lo balik ke kamar deh suruh Emma double salep nya, keknya makin biru tuh" Ucap Rissa ikut meringis melihatnya, bayangkan saja sentilan Alderian tadi itu tidak bisa dibilang lembut meskipun juga tidak kuat.

Kana mengangguk saja.

"Maaf, tadi ga sengaja" ucap Alderian sedikit menyesal

"Gapapa-gapapa jadi aku ga perlu pake blush on lagi, udah natural"

Dengah rasa bersalah Alderian berdiri, dia mengulurkan tangannya pada Kana "Biar saya anter ke kamar"

Kana menerimanya tanpa menunggu lama, dia menoleh pada Rissa "Lo nginep sini ya Sa jangan ke tempat Mas Danu, belum sah"

Rissa melongo menatap kepergian sahabatnya itu, sementara yang lain cuma bisa tertawa kecil.

Setelah sadar Rissa memekik kesal "Heh niatnya emang gue mau nginep disini tau!!"

***

Alderian mengantar Kana hanya sampai didepan pintu kamar, keduanya berdiri di sana untuk beberapa saat.

"Maaf sekali lagi"

Kana mengangguk kikuk "Gapapa kok, udah ga sakit juga"

Tangan Alderian terjulur untuk mengelus lebam itu dengan hati-hati, perlakuan itu sukses membuat jantung Kana berdebar-debar. Dengan jarak sedekat ini, Kana bisa mencium aroma maskulin dari tubuh Alderian

Demi apapun Kana mendadak ingin memeluknya, bahu lebar dan postur tegap Alderian yang terbalut kemeja putih, dua lengan yang digulung sampai keatas dan juga dua kacing dibagian atasnya terbuka, sedikit memperlihatkan dada bidangnya.

OH SHIT!

Na, dia suami lo. Hajar aja kalo mo hajar, udah sah juga.

Ga Kana, kalian cuma nikah kontrak. Inget tujuan utama lo nikah sama dia, lo ga boleh lengah!

Seperti ada bisikan dari dua kubuh yang berlawanan disamping kiri kanannya, Kana cuma bisa menahan diri.

"Al kok bisa ganteng banget" Lirih Kana setengah kesal karena tidak bisa melakukan apa yang dia inginkan

Alderian mengangkat sebelah alisnya, mendengar ucapan itu tentu saja membuatnya sedikit heran. Sudah lama Kana tidak keceplosan mengatainya tampan, ganteng dan segala macam sejak terakhir kali mereka menandatangi kontrak. Kenapa sekarang tiba-tiba mengatakan itu?

Menyeringai, Alderian bersedekap dengan raut wajah sombong "Saya emang ganteng, jadi kamu harus bersyukur bisa jadi istri saya. Banyak wanita diluar sana berlomba buat nikah sama saya tapi ga pernah sekali pun saya tanggepin. Cuma kamu, gadis yang sudah berani ngancem saya dipertemuan pertama kita"

Wajah Kana langsung tertekuk, meskipun begitu ada kesenangan tersendiri ketika Alderian mengatakannya.

"Ya maaf, soalnya keadaan waktu itu udah kepepet" ucap Kana mendengus

"Saya ingat waktu itu kamu bilang nyawa kamu dalam bahaya. Setelah kejadian hari ini sepertinya saya tau maksud kamu hari itu" Ekpresi Alderian berubah serius

Mau tak mau Kana ikut menegang, dia tak mungkin bilang kalau Arsa akan membunuhnya di masa depan kan? Kejadian itu bahkan belum terjadi dan mungkin saat ini Arsa belum ada pemikiran seperti itu, ya masih mungkin.

Alderian pasti juga tidak akan percaya jika Kana menceritakan semuanya, yang ada Alderian akan menganggapnya gila dan terburuknya Kana mungkin akan di lempar keluar dari rumah ini.

Tidak boleh.

"I-itu.." Kana bergerak gelisah ditempatnya, dia melihat kearah Alderian yang saat itu menyorot serius padanya, Kana semakin tidak tenang.

"Itu... Maaf, aku ngantuk besok lagi ya kita ngobrolnya hehe bye bye"

Baru saja Kana berbalik dan hendak membuka pintu dibelakangnya, tapi Alderian dengan sigap menahan kenop itu lalu sebelah tangannya lagi memegang tembok.

Kana menelan ludahnya dengan susah payah, dia berbalik pelan-pelan dan melihat Alderian berdiri didepannya dengan jarak yang sangat dekat. Pria itu sudah mengurungnya hingga Kana tak bisa kemana-mana.

"Canaria Adelia"

Bulu kuduk Kana meremang saat Alderian menunduk dan berbisik horor didepan wajahnya.

"Apa orang yang kamu maksud itu adalah keluarga Dirgantara?"

.
.
.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 236K 33
[COMPLETED] Menjadi ibu dari tokoh antagonis di masa depan? Awalnya Diandra tidak tau bahwa ia masuk ke dalam novel dan menjadi ibu dari tokoh antago...
1M 89.9K 58
[BUKAN NOVEL TERJEMAH] "Tiada kasta dalam cinta," .. Dewi Harnum adalah seorang pelayan di suatu Kerajaan. Ia selalu menggunakan selendang untuk menu...
529K 59.1K 47
Malam itu Gea tertidur setelah 'ngedumel' gara-gara tiga part terakhir wattpad kesukaannya dihapus oleh penulis. Saat terbangun, sosok laki-laki ten...
687K 80K 58
[SLOW UPDATE] Setelah mengalami kecelakaan bus dan tewas, Renna bereinkarnasi menjadi salah satu anak dari tokoh villain psycopat dalam sebuah novel...