KUTUB UTARA [On Going]

By raramawmaw

152K 7.8K 952

Suka sama tetangga sendiri? Kenapa tidak? Inilah Adinda Cempaka Kalisya. Gadis 21 tahun yang sejak lulus SMA... More

01. PROLOG
02. WELCOME BACK TO INDO
03. MEET HIM
04. SAMUDRA MARAH?
05. KECEWA
06. AMBISI DINDA
07. BOBO BARENG?
08. UNGKAPAN
09. HAMPIR MENYERAH
10. BALIK LONDON?
12. BABY SITTER
13. NGE-MIE BARENG
14. SISI LAIN SAMUDRA
15. PESTA?
16. CALON?
17. FIRST KISS
18. GO TO PACET
19. AIR TERJUN
20. BOBO BARENG, LAGI
21. ALL YOURS
22. SIAPA DIA?
23. TERBONGKAR
24. KEDATANGAN FARAH
25. MEET HIM AGAIN
26. PERASAAN ANDRA
27. KENAPA BEGINI?
28. Ke Gep!
29. Minum susu
30. Gara-gara kebab!
31. Ustadz ganteng
32. Samudra cemburu
33. Bocil cemburu
34. Kena prank!
35. punya dua anak dadakan
36. Secuil kenangan bersama Dinda
37. Tumbuh dewasa bersama

11. KASIH SAYANG DINDA

3.9K 248 60
By raramawmaw

Hai semuanya, makasih buat kalian yang udah mau baca cerita kedua aku.

Terima kasih banyak. Aku akan berusaha sebaik mungkin dan nggak akan ngecewain kalian hehe.

Happy reading ❤️

•••

Mata Dinda berkedut kesal menatap dua orang pria dan wanita yang tengah tertawa gurau di samping rumahnya. Dinda yang kebetulan sedang membuang sampah, tidak sengaja mendapati pemandangan menyebalkan itu.

Memang benar bahwa Dinda memutuskan untuk move on dari Samudra, namun tetap saja rasanya menyakitkan.

Tak ingin larut dalam pikirannya, ia pun kembali memasuki rumah. Hari ini ia akan ke supermarket untuk membeli bahan-bahan dapur yang mulai habis.

Dinda menolak tawaran mamanya untuk pergi bersama, dan lebih memilih sendirian. Karena jujur, sejak mamanya itu memperkenalkan calon suaminya lewat panggilan video, Dinda makin merasa tidak nyaman berada didekat mamanya.

Keluar dari area rumah dengan membawa motor maticnya, Dinda melewati rumah Samudra yang kebetulan pagarnya terbuka lebar. Sehingga tanpa sengaja pandangan Samudra teralihkan dari mitra kerjanya dan menatap wajah jelek Dinda. Iya jelek, Samudra menganggapnya jelek karena gadis itu selalu murung dan memperlihatkan wajah judesnya.

"Baik, kalau begitu saya pamit. Terima kasih atas kerja samanya," ucap seorang wanita yang akan menjadi mitra bisnisnya. Samudra tersenyum tipis seraya mempersilahkan client nya untuk pergi.

__

Di sisi lain kini Dinda sudah sampai di supermarket. Setelah memarkirkan motornya, Dinda langsung masuk kedalam sambil melihat-lihat sekitar.

Kedua kaki Dinda langsung menuju troli belanja dan mulai memilah-milah sayuran yang akan ia beli. Tanpa ada yang spesial, Dinda berhasil menyelesaikan acara berbelanjanya kurang lebih lima belas menit.

Matanya berbinar disaat melihat-lihat camilan di rak khusus makanan ringan. Tanpa pikir panjang, Dinda pun kembali singgah untuk membeli beberapa camilan favoritnya.

Tak hanya itu, matanya tanpa sengaja terfokuskan pada sebuah mie Samyang pedas yang mampu membuat Dinda menelan ludah. Tangan lentik itu mengambil sebungkus mie dengan sosis single yang juga dijual disana. Oh, tak lupa dengan keju. Dinda juga membeli keju mozzarella lembaran kemasan praktis.

Merasa semua kebutuhannya sudah terbeli, ia mendorong keranjang menuju kasir. Antriannya cukup panjang hingga membuatnya tak sengaja melihat sosok yang ia kenal. Lagi-lagi Dinda mengumpat, kenapa setelah dia memutuskan untuk move on, selalu saja ada alasan untuk mereka bertemu.

Dinda membuang pandangannya jengah, disaat sosok tersebut mengantri dibelakangnya. Namun yang membuat Dinda tak tahan untuk menoleh adalah sosok anak kecil yang ada di gendongan pria tersebut.

Dinda sangat menyukai anak-anak, jadi mau tidak mau ia harus menyapa orang tersebut. Dinda berbalik, memperhatikan anak kecil yang sedang mengunyah camilan bayi yang juga menatapnya.

Gadis itu tersenyum, menatap bibir cemong anak perempuan itu. Ia pun mengulurkan tangannya guna mengusap noda di sekitar mulut mungil tersebut.

"Azizah beli apa?" Sejenak Dinda menatap keranjang yang dibawa sosok yang bersama Azizah, kemudian kembali tersenyum pada anak kecil itu. "beli makanan, ya? Banyak banget," lanjutnya menoel Gemas pipi Azizah.

Yah, Azizah yang dimaksud Dinda adalah anak dari Samudra, laki-laki yang selama ini ia idamkan. Dinda sama sekali tidak menatap Samudra karena memang ia memutuskan untuk tidak memiliki urusan apapun dengan pria itu.

"Dinda," panggil sosok tersebut namun tidak direspon oleh sang pemilik nama.

"Dinda," panggilnya lagi, kini berhasil membuat Dinda menatap dirinya.

"Apa?!" Jawabnya ketus.

"Antriannya sudah habis, cepat maju."

Dinda menoleh ke belakang, ternyata tinggal dirinya. Rasanya ia sangat malu sampai-sampai ingin menyerahkan diri kepada Neptunus agar tidak berhadapan lagi dengan Samudra.

Dengan wajah malu yang ditutupinya, Dinda mulai menaikkan belanjaannya satu per satu kepada kasir. "Demi apa, malu banget woy!" Batin Dinda.

"Buna? Mamam." Dinda kembali menoleh kebelakang disaat rambutnya dicekal oleh Azizah.

Sedangkan Samudra, pria itu berusaha melepaskan rambut Dinda dari remasan tangan putrinya. "Sayang, nggak boleh nakal," ujar Samudra lembut sambil berusaha melepaskan tangan Azizah.

Namun anak kecil itu tidak sedikitpun melonggarkan genggaman tangannya, membuat Dinda menahan sakit yang ditimbulkan akibat rambutnya yang tertarik.

Dinda mendekat, memegang tangan Azizah. "Sayang, lepas, ya? Rambut kak Dinda sakit," ucap Dinda halus.

Sedangkan Samudra turut berbicara. "Tante, bukan kakak," koreksinya.

Dinda menoleh kearah Samudra sejenak, kemudian kembali fokus kepada Azizah. "Lepas ya, sayang?" Perlahan tapi pasti, gadis kecil itu akhirnya melepaskan genggamannya.

Dinda tersenyum manis, mengecup sejenak pipi gembul itu. "Anak pintar!" Pujinya.

Dinda berbalik guna membayar belanjaannya, namun lagi-lagi ia dibuat menoleh karena Azizah kembali menggenggam rambutnya.

"Buna," tatah bayi kecil itu, membuat Samudra dan Dinda saling bertatapan sejenak.

"Azizah, lepas, nak." Samudra kembali membujuk Azizah, namun anak itu justru menangis.

"Bu-naaaaa!" Tangisnya.

Keduanya dibuat panik, pasalnya mereka tak mengerti dengan apa yang Azizah ucapkan. Buna? Apakah bayi itu memanggil Dinda dengan sebutan Buna?

"Kak, belanjaannya," ucap seorang kasir membuat Dinda tersadar. Ia pun mulai membayar dan hendak pergi dari tempat itu, namun lagi dan lagi Azizah menjambaknya.

Samudra yang merasa bersalah pun mencoba sabar untuk membujuk putrinya. Pria itu melepaskan paksa rambut Dinda. "Azizah, nggak boleh nakal."

"Bunaaaaaa!" Racau anak itu kembali menangis, membuat semua orang menggeram kesal.

"Mbak, mas. Tolong anaknya ditenangkan, supaya tidak menggangu pelanggan lainnya!" Ucap seseorang yang sedang mengantri di belakang Samudra.

Pria itu menatap Dinda, begitu pula sebaliknya. "Maaf, Bu." Pada akhirnya, Samudra hanya bisa meminta maaf.

Sedangkan Dinda, dengan agak ragu ia mengambil alih Azizah dari gendongan Samudra. Seakan memiliki keajaiban, Azizah yang semula merengek, kini terdiam kala sudah berada di gendongan Dinda.

"Maaf, biar saya yang bawa sekalian belanjaan kamu," ucap Samudra agak menggeser tubuh Dinda dan membayar sekalian belanjaan keduanya.

Sedangkan Dinda, jangan tanyakan lagi. Gadis itu menatap anak kecil yang ada di gendongannya, anak dari Samudra yang sudah mematahkan semangatnya. Namun lain lagi, jika ia berada di dekat anak kecil itu, susasana hati Dinda selalu berubah menjadi senang.

Ia pun melupakan perasaannya sejenak, membawa Azizah keluar dari supermarket untuk menghindari kerumunan. "Sayang, kita tunggu papa kamu disini, ya?" Ucapnya riang sembari menyugar rambut halus yang baru tumbuh di kepala Azizah.

"Buna? Mamam," racau Azizah, lagi.

"Hah?" Beonya. Berarti memang dirinya lah yang sedari tadi dipanggil Buna oleh anak itu.

Dinda hanya bisa tersenyum kaku, merotasikan pandangannya dan tanpa sengaja mendapati Samudra yang tengah berjalan kearahnya dengan membawa dua kantung plastik besar. Tentu saja didominan oleh belanjaan Dinda, karena pria itu hanya membeli susu dan beberapa camilan putrinya.

Meringis ragu, Dinda memperhatikan Samudra. "Kenapa?" Tanya pria itu digelengi Dinda. Mereka kemudian berjalan beriringan dengan Dinda yang mengikuti Samudra. Disaat mereka sudah sampai di tempat parkir, Dinda mendekat guna menyerahkan kembali Azizah kepada ayahnya.

Namun disaat Samudra ingin menggendong Azizah, tangan kecil anak itu mencengkeram erat kerah baju Dinda, membuat Samudra kembali menghela napas jengah. "Azizah, ayo ikut papa."

"Bunaaa..." Racau anak itu, lagi dan lagi.

Samudra berusaha bersabar, "Azizah, dia bukan Buna kamu. Ayo pulang," sarkasnya menarik paksa tubuh Azizah sehingga membuat anak kecil itu menangis histeris.

Dinda yang tidak tega pun kembali merebut Azizah. "Bang Samudra kasar banget, sih!" Bentaknya menatap tajam kearah Samudra.

"Jangan ikut campur urusan saya."

"Kalau anak kecil yang jadi korbannya, aku nggak akan diem aja, bang!" Tukasnya menepuk-nepuk punggung bergetar Azizah. Samudra hanya diam menatap putrinya, kenapa sangat menyakitkan? Ia jadi sedih mengingat gadis kecilnya yang belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu.

Mengela napas untuk membuang pikirannya, Samudra membuka mobil kemudian menata setiap belanjaan yang ia bawa di belakang.

Pria itu beralih menatap Dinda, "ayo pulang. Ikut mobil saya," ucapnya membuat Dinda terkejut.

"Terus motor Dinda gimana?" Tanyanya risau.

"Biar saya yang urus, cepet naik!" Tegasnya diangguki ragu oleh Dinda.

Sepanjang perjalanan, gadis kecil yang tengah ada di pangkuan Dinda tak henti-hentinya memainkan rambut panjang Dinda. Sekali-kali pula anak itu memanggil Dinda dengan sebutan 'Buna' yang mampu memunculkan rasa tidak nyaman di benak Samudra.

___

Setelah sampai di rumah, Dinda melangkahkan kakinya ragu ke dalam kediaman Samudra. Setelah berbelanja dan mengembalikan belanjaan ke rumah, Dinda berencana untuk memulangkan gadis kecil yang masih setia digendongannya.

Gadis kecil itu kini sudah tertidur pulas dalam dekapan Dinda, membuat Dinda memberanikan diri untuk memasuki rumah itu dengan alasan mengembalikan Azizah.

"Eh, Dinda?" Seseorang mendekat. Helna, beliaulah orangnya.

Dinda tersenyum manis, "Tante."

"Loh? Azizah sama kamu? Kok bisa, Din?" Tanya wanita tersebut mendekati Dinda, membelai lembut rambut cucunya.

Dinda tersenyum, "hehe iya, Tan. Tadi kebetulan ketemu Dinda di supermarket, terus Azizahnya nggak mau lepas dari Dinda," jelasnya.

Helna mengangguk, kemudian mempersilahkan Dinda untuk masuk kedalam. Mereka berjalan beriringan menuju kamar Azizah, membuka pintu lantas mulai meletakkan tubuh kecil tersebut diatas kasur.

Dinda menarik perlahan rambut panjangnya yang dicekal oleh Azizah. "Kalau gitu, Dinda pamit pulang ya, Tan? Assalamualai-"

"Bun-aaaaaaaaaa!" Ucapan Dinda terpotong oleh Azizah yang tiba-tiba menangis.

Helna dan Dinda sama-sama terkejut, hingga membuat Helna berniat untuk menenangkan cucunya. "Stttt, sayang. Bobo, ya?"

Bukannya diam, Azizah yang sudah mulai bisa tengkurap dan merangkak, mendekat ke pinggiran ranjang. Dinda menghampiri anak itu kemudian menggendongnya, "Azizah, bobo lagi, yuk!" Serunya kembali menepuk-nepuk punggung anak itu.

Helna menatap sendu kearah mereka berdua, kasihan sekali cucunya itu. Helna harap, suatu saat Dinda lah yang akan menjadi pengganti mamanya, melihat ketulusan yang gadis itu berikan kepada cucunya.

Sedangkan di ambang pintu, Samudra yang mendengar tangisan Azizah terpaku sejenak, sebelum turut menghampiri Azizah dan mamanya.

Pria itu menatap wajah merah padam putrinya. Baru kali ini anak itu memanggil seseorang dengan sebutan Buna, dan itu semakin membuatnya merasa bersalah.

"Azizah kenapa, ma?" Tanyanya kepada Helna.

Wanita itu menoleh, "dia nggak mau lepas dari Dinda." Samudra diam, memperhatikan setiap perlakuan lembut Dinda kepada putrinya.

Tak merasakan pergerakan Azizah, Dinda kembali merebahkan tubuh kecil itu diatas kasur dengan perlahan. "Tante, Dinda-"

"Eeunggg." Sekali lagi ucapan Dinda terpotong oleh racauan Azizah.

Helna memegang pundak Dinda. "Din, sepertinya Azizah suka sama kamu. Apa sebaiknya kamu jadi Babysitter kami aja?"

___

Duh gimana ya, si Dinda kan pengen move on. Tapi kok jadi begini?

Sekali lagi makasih buat kalian yang udah mau baca, dan ngasih vote juga komentarnya.

Seperti biasa, aku akan update seminggu sakali. Aku nggak akan maksa kalian buat ngasih vote sebanyak-banyaknya, karena belum tentu yang baca cerita ini sebanyak itu hahaha.

Berhubung masih lumayan sepi, aku nggak dulu masang target. So, enjoy buat kalian semua.

See you next part ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

5.8M 304K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
6.9M 340K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.7M 24.4K 41
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
438K 31.4K 35
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...