REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STO...

By Taratales

3M 325K 12K

Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berad... More

PART 1
PART 2
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
CANARIA ADELIA DIRGANTARA
ALETTA DIRGANTARA
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2 [Darren's story]
EXTRA PART 3 [Darren's Story 2]
EXTRA PART 4
EXTRA PART 5
EXTRA PART 6
EXTRA PART 7 [LAST]

PART 3

87.5K 9.2K 407
By Taratales

.
.
.

"...a"

"..Na"

"CANARIA ADELIA!"

Kana tersentak begitu mendengar teriakan suara Rissa, dia menunduk menatap gelas yang sudah miring hingga teh yang ada didalamnya mengalir membasahi pakaiannya.

"Eh, panas panasss!" Kana terpekik lalu buru-buru berdiri sambil menatap pakaiannya sendiri

"Duh lo nih ceroboh banget, sana ganti baju dulu"

Dengan cengiran lebar Kana pergi keruang ganti.

"Lagian lo mikirin apaan sih sampe bengong gitu" Rissa berdecak seraya mengulurkan beberapa lembar tissue setelah Kana kembali.

Kana hanya menunjukkan cengirannya lalu berkata dengan santai "Mikirin gimana caranya lo pisah sama Roan"

Rissa yang sedang menyeruput tehnya mendadak tersedak mendengar ucapan sahabatnya itu, dengan wajah tak percaya Rissa bertanya

"Lo udah gila?"

"Kalo itu bisa buat lo mutusin Roan, lo boleh nganggep gue gila" jawab Kana serius, sayangnya Rissa tidak bisa melihat keseriusan Kana. Dimatanya, Kana mungkin sedang bermain-main

"Wah lo emang gila, sono samperin Arsa siapa tau dia bisa ngobatin kejiwaan lo itu, sekalian deh suruh dia ngobatin hati lo juga. Kali aja biangnya dari situ"

Kana mendelik, Rissa memang tidak berubah kata-katanya itu masih saja pedas seperti biasa.

Dibanding menemui Arsa, Kana mungkin lebih memilih berhadapan dengan Alderian sekarang juga, setidaknya Alderian belum terpengaruh kecambah licik alias Aletta, jadi Kana masih bisa mengatasinya.

Kalau Arsa? Tidak usah ditanya lagi, Arsa adalah malaikat maut berkedok Dokter, pengeksekusian Kana dimasa depan tidak akan terjadi kalau bukan karna Arsa. Aletta memang biang dari semua masalahnya, tapi kalau Arsa tidak bertindak maka Aletta tidak akan punya kekuatan untuk membunuhnya.

"Wah... bisa-bisanya gue jatuh cinta sama psikopat macam dia" Kana menghela nafas lelah mengundang tatapan bingung dari Rissa

"Sumpah hari ini lo aneh banget tau gak, mulai dari dandanan sampe gelagat lo"

Rissa sudah memperhatikan Kana sejak gadis itu datang tadi pagi, Kana agak berbeda dari kemarin. Padahal baru kemarin gadis itu curhat sambil menangis karena dituduh mendorong Aletta dari tangga.

Rissa masih ingat wajah terluka Kana ketika menceritakan bagaimana semua orang menyudutkannya termasuk Arsa, tidak ada yang mempercayainya disana. Itu sebabnya Kana memilih menginap dirumah Rissa beberapa hari sampai suasana hatinya membaik.

Dan hari ini tiba-tiba Kana datang dengan tampilan beda dan kelakuannya yang aneh seolah-olah kejadian beberapa hari lalu itu tidak pernah terjadi. Bukan hanya itu, dia juga menyuruh Rissa memutuskan pertunangannya dengan Roan lalu terang-terangan memaki Arsa, cowo yang Kana puja-puja selama ini.

"Na, lo yakin gamau ke dokter? Gue takut lo kenapa napa" kali ini Rissa benar-benar memberi tatapan khawatir, bagaimana kalau Kana gila sungguhan karena Arsa yang sekarang menjaga jarak dengannya

Alih-alih membalas ucapan Rissa, Kana malah bertanya "Lo gatau hari ini Roan nganterin Aletta ke kampus?"

"Nganterin Aletta?" Wajah khawatir Rissa langsung berubah muram

"Iya, lo gatau kan?"

Rissa menggeleng pelan.

Kana memegang kedua pundak Rissa agar memandangnya, lalu menunjukkan bahwa kali ini dia sungguh serius dengan ucapannya.

"Sa, dengerin gue baik-baik. Ga ada cowo yang statusnya udah bertunangan bakal repot-repot bangun pagi cuma buat jemput tunangan orang. Sekalipun dia sahabat baiknya Arsa, dia ga bisa jadiin itu semua sebagai alasan buat memperlakukan Aletta istimewa"

Rissa tampaknya masih terkejut, Selama ini Rissa memang sudah menduga ada yang tidak biasa dari perlakuan Roan ke Aletta, contoh kecil saja seperti mengusap kepala Aletta lalu tatapan lembut yang tidak pernah Rissa dapatkan.

Melihatnya saja itu sudah membuat Rissa sakit hati, tapi Rissa tidak pernah mempermasalahkannya karena sebelum Rissa bertanya pun Roan selalu lebih dulu meyakinkan Rissa bahwa Roan hanya menganggap Aletta seperti adiknya sendiri.

"Ah iya, gue lupa bilang ini. Lo boleh percaya atau engga, tapi gue pernah dapet Roan nyatain cinta ke Aletta walaupun ditolak"

"Hah?" Raut wajah Rissa semakin tidak enak untuk dipandang.

"Lo boleh anggep ini hasutan, jujur gue bener-bener ga pengen lo sama dia Sa" Kana tanpa sadar mengatakannya dengan nada paksaan

Kana nyaris frustasi, sampai rela mengatakan kebohongan tanpa tau bahwa ucapannya itu mungkin adalah sebuah kebenaran.

"Na, gue pengen sendiri dulu gapapa kan?" Gumam Rissa pelan sambil memegang kepalanya

Kana mengangguk, dia menepuk bahu Rissa "Lo harus pikirin baik-baik, gue bilang kayak gini demi kebaikan lo juga nantinya. Lo orang baik, lo pantes dapet cowo yang lebih baik Sa"

Rissa tidak menjawab apapun dan Kana tidak berniat untuk berbicara lagi.

"Gue pulang ya, sebaiknya lo juga tutup dulu deh gaenak kan kerja kalo ga fokus gini" Kana nyengir lebar

Rissa hanya menunjukkan senyum tipisnya "Hati-hati dijalan ya Na"

"Sip"

Setelah Kana keluar dari butiknya, Rissa langsung menghela nafas panjang. Dia memegang kepalanya yang semakin berdenyut-denyut, perkataan Kana barusan langsung memenuhi kepalanya seolah menghancurkan semua pikiran negatif tentang Roan yang dia berusaha tekan rapat-rapat.

Rissa beranjak dari tempat duduknya, dia menarik semua tirai agar tertutup hingga menciptakan suasana hening didalam ruangan remang remang itu.

Dengan langkah gontai Rissa duduk kembali dikursinya, kepalanya terkulai lemas dengan posisi mendongak menghadap langit-langit

"Na, tanpa lo kasi tau pun sebenernya gue udah tau" gumam Rissa lirih tanpa sadar bahwa airmatanya kini mengalir deras

"Roan emang ga pernah cinta sama gue"

•••

"Huweee, gue barusan beneran kek setan banget sih ngehasut-hasut Rissa kayak gitu" Sehabis dari butik Rissa, Kana tidak langsung ke kampus dia malah berkeliling disekitar taman komplek untuk menenangkan perasaannya yang sempat menggebu-gebu.

"Ya sorry Roan karena udah fitnah lo, tapi kelakuan lo dimasa depan bahkan lebih parah dari itu, jadi adil lah ya" Kana membuang nafas kasarnya sembari mendudukan dirinya disalah satu bangku taman.

Kana termenung cukup lama, bagaimana jika Rissa tiba-tiba memutuskan hubungannya dengan Roan dan mengatakan bahwa ini semua karena ucapannya.

"HAH! kok gue ga kepikiran sih" sontak Kana histeris sendiri membuat dirinya jadi pusat perhatian orang-orang sekitar, saat sadar dengan pandangan orang lain, Kana tersenyum canggung seraya meminta maaf.

"Duh gue bego banget" gumam Kana pada dirinya sendiri, Kana menggigit jarinya panik "Gimana kalau akhirnya gue ga mati dibunuh mereka tapi malah mati dibunuh Roan? HUWAAAHHH!"

Kana berteriak lagi tapi kali ini dengan cepat membekap mulutnya sendiri, bisa-bisa dia akan diseret kerumah sakit jiwa kalau berteriak lagi.

"Kok gue ga mikir sampe ke situ sih. Kayaknya gue harus cepet-cepet ketemu Alderian. Tapi gimana caranya nemuin orang penting kayak dia, bisa-bisa gue udah mati duluan sebelum ketemu dia" Airmata imagine Kana mengalir deras, memikirkan nasibnya untuk kedepan.

"Onti cedih?"

"Eh?" Kana mengerjap banyak, dia yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya hingga akhirnya mendapat dua bocah kecil sedang menatapnya dengan mata bulat menggemaskan.

"Onti napa cedih?" Bocah perempuan itu bertanya lagi, sementara bocah laki-laki tampak berdiri dibelakangnya menatap Kana khawatir.

"Mereka kembar ya, gemesin banget"

Sadar belum menjawab pertanyaan anak kecil didepannya, Kana buru-buru berkata "Eh engga kok, aunty ga sedih tadi cuma lagi capek aja"

Mendengar jawaban Kana kedua anak kecil itu tersenyum lebar, melihat keduanya saling berpegangan tangan membuat Kana semakin tidak tahan untuk mencubit pipi mereka.

"Kalian lucu banget, nama kalian siapa?"

"Kalila, ini keen" ucap anak perempuan, Kalila.

"Ah jadi Kalila kakak ya?" Tanya Kana diangguki oleh keduanya

"Kalian cuma berdua?" Kana kembali bertanya seraya menyapu pandangannya ke arah sekitar, kali saja anak dua ini kesasar.

"ada mami"

"Terus maminya mana?"

Melihat Kalila dan Keen saling memandang, Kana semakin yakin bahwa dua anak ini memang tersesat.

Sebagai pecinta yang imut-imut nan menggemaskan, Kana akan berbaik hati menjaga mereka sampai Ibu kedua anak ini datang.

"Yaudah kalian disini aja sama Onti sampe maminya dateng, kita main dulu yuk mau ga?"

Kedua bocah itu mengangguk semangat dengan mata berbinar, Karena tidak kuat dengan serangan keimutan itu Kana memeluk mereka dengan gemas.

•••

Wanita yang kini memegang dua balon di sekitar taman tampak sesegukan, dia terus berbicara dengan seseorang lewat telpon hingga akhirnya panggilan itu berakhir.

Karena frustasi wanita itu akhirnya berjongkok sambil menutupi wajahnya, dua balon yang dia pegang tadi sudah terlepas. Sekarang itu sudah tidak penting lagi.

"Mamiiii"

Suara anak-anak dikejauhan seketika membuatnya mendongak cepat, wanita itu segera beranjak untuk menghampiri dua anak yang dia cari-cari tadi.

"Ya ampun Kalila Keen, kalian kemana aja nak, Mami nyariin" Masih dengan keadaan terisak, wanita itu memeluk dan menciumi anak-anaknya

"Ah jadi ini ibunya, muda banget" Batin Kana yang barusan mengantar anak kembar itu menemui ibunya.

Begitu sadar ada orang lain yang datang bersama anak-anaknya, wanita tadi langsung berdiri kemudian tersenyum sopan.

"Makasih ya mbak udah jagain anak-anak saya"

"Ah iya gapapa kok, saya juga seneng bisa main sama Kalila dan Keen, mereka lucu banget" Kata Kana tersenyum canggung

"Sekali lagi makasih ya mbak eum.."

"Kana, nama saya Kana" Ucap Kana membungkuk sopan

"Ohiya mbak Kana, kenalin nama saya Alsa"

Kana mengangguk "Salam kenal"

"Mbak Kana abis ini mau kemana? Mau saya anterin?"

"Eh gausah gapapa, rumah saya juga deket kok dari sini" tolak Kana sopan

"Ah gitu ya, yaudah makasih ya sekali lagi"

"Iya gapa-"

KRUCUUKK

"-pa" Wajah Kana seketika merah padam, dia mengutuk perutnya yang tidak tau waktu.

Alsa tertawa kecil, Kalila dan Keen memandang Kana dengan polos.

"onti peyutnya bunyi" ucap Kalila semakin membuat Kana malu setengah mati

"Gini deh, anggep aja ini bentuk terima kasih saya karena udah jagain Kalila sama Keen, kebetulan hari ini saya ada janji makan siang sama suami dan kakak saya, gimana kalau mbak Kana ikut?" Ajak Alsa sedikit berharap

Kana sebenarnya ingin menolak tapi melihat Kalila dan Keen juga menatapnya penuh harap akhirnya Kana mengangguk, cuma makan siang kapan lagi dia akan dapat makan gratis seperti ini.

Selama perjalanan Alsa tersenyum melihat anak-anaknya tampak nyaman dengan Kana. Ini jarang terjadi, karena biasanya Kalila dan Keen sangat susah akrab dengan orang baru. Mereka akan bersembunyi dibelakang Alsa jika takut atau canggung pada orang tersebut dan jika tidak suka mereka akan berusaha menjauh.

Tapi Kalila dan Keen sekarang bahkan menempel pada Kana, tertawa dan bersenda gurau seolah sudah kenal lama. Alsa dan Kana juga memutuskan berbicara dengan santai agar tidak canggung. Ternyata Kana tua setahun dari Alsa, pantas saja terlihat lebih muda.

"Bentar lagi kita sampe, Kalila sama Keen turunnya bareng ya jangan lari-lari" Ucap Alsa mengingatkan

"Iya mamii"

Ketika mobil Alsa sudah masuk kehalaman restoran, mulut Kana langsung terbuka lebar. Bukan apa-apa, hanya saja tempat makan siang mereka terlalu berlebihan. Kana kira mereka akan makan siang di mall atau di restoran biasa.

Ternyata Alsa malah berhenti di salah satu restoran bintang 5, dimana pelanggannya hanya orang-orang dari kalangan kelas atas saja. Terlebih makanan yang harganya hampir sama dengan biaya kuliah Kana persemester.

Dengan terbata-bata Kana bertanya pada Alsa "S-Saa, k-kita serius makan disini?"

Alsa mengangguk tanpa ragu "Iya, kenapa? Mbak ga nyaman ya?"

Kana mengangguk tidak ingin menyangkalnya, apalagi pakaiannya saat ini benar-benar tidak memungkinkan walaupun lebih baik dari penampilan sebelum-sebelumnya.

"Gapapa kok, tenang aja. Ga ada yang bakal berani kritik Mbak didalem sana" ucap Alsa yakin

"Sumpah saa, ucapan lo ga membantu samsek, makin nethink yang ada" Batin Kana menangis

"Ayo ontii" Kalila dan Keen terus menarik tangan Kana hingga terpaksa Kana mengikuti dua bocil didepannya. Alsa hanya terkekeh kecil dibelakang sambil mengikuti langkah mereka.

Kana tidak terlalu memperhatikan sekitarnya. Bukan tidak sengaja, dia memang tidak mau melihat sekitarnya, mungkin sekarang orang-orang tengah berbisik-bisik tentangnya.

"Pengen pulang" Rasanya airmata imagine Kana kembali mengalir deras

"Maaf ya kita telat" Ucap Alsa setelah menghampiri salah satu meja. Kana hanya menunduk pada Kalila dan Keen yang terus memegang masing-masing tangannya.

"Iya gapapa, syukurlah anak-anak udah ketemu" ucap salah satu orang yang duduk disana, Kana menebak orang itu adalah suaminya Alsa.

"Iya berkat mbak Kana, dia yang jagain Kalila sama Keen"

"Terima kasih udah jagain anak-anak saya"

Kana hanya membungkuk sopan tanpa melihat lawan bicaranya, dia benar-benar canggung sekali. Kalau tau Alsa adalah istri orang kaya, dia mungkin akan menolak tawaran tadi.

"Mbak Kana, gapapa kok santai aja" Ucap Alsa memegang pundak Kana "Ohiya, kenalin ini suami aku Melvin dan kakak aku, Alderian"

Butuh beberapa detik untuk Kana terdiam berusaha fokus pada ucapan Alsa barusan.

"Siapa?" tanya Kana lagi

Meski dengan raut wajah bingung Alsa tetap mengulangi perkataannya "Suami aku Melvin sama kakak aku, Alderian"

DEG.

Mendengar itu, rasa canggung yang tadi menyelimuti Kana tiba-tiba menghilang entah kemana. Dengan cepat Kana mengangkat kepalanya memandang dua orang yang kini menatapnya dengan pandangan berbeda.

Pupil Kana bergetar, lidahnya mendadak kelu. Dia bisa melihat ekspresi Melvin yang melihatnya ramah sementara yang satu lagi,

Ini pertama kalinya Kana melihatnya, Alderian Agrient. Pemuda yang saat ini duduk menopang kepalanya dengan tangan yang berada disisi kursi, memandangnya dengan datar.

Dulu, disaat menjelang kematiannya. Kana pernah berkhayal jika seandainya dia diberi kesempatan bertemu dengan Alderian, dia hanya ingin mengatakan

Gue ga salah.

Please jangan bunuh gue.

Brengsek lo, mau aja ditipu kecambah busuk

Tapi entah bagaimana saat ini kata-kata itu tidak bisa keluar, dan siapa sangka diantara semua yang ingin dia ucapkan, kata-kata yang keluar malah

"Ganteng banget.."

.
.
.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 138K 34
SEGERA TERBIT! Lysandra. Seorang mahasiswi kedokteran, harus menelan pahit kenyataan dan situasi yang menimpa dirinya. Gadis yang memiliki mulut cep...
3.6M 289K 63
Lunaria dalam bahasa bunga memiliki arti kejujuran, ketulusan, dan juga kemakmuran. Seperti arti namanya, ia menjalani hidupnya penuh ketulusan hingg...
1M 89.9K 58
[BUKAN NOVEL TERJEMAH] "Tiada kasta dalam cinta," .. Dewi Harnum adalah seorang pelayan di suatu Kerajaan. Ia selalu menggunakan selendang untuk menu...
2.3M 138K 49
•Airis Ferdinand. Aktris cantik dengan puluhan mantan pacar, baru saja mendapatkan penghargaan Aktris terbaik di acara Awards international. Belum se...