KKN 17

By bypnvu

868K 133K 92.7K

Bukan cerita dewasa [Side story of KKN] Thx to mbak joya for the adorable cover photo 🙏🏿 More

0.0 UGD
1.1 Grup Dewasa
1.2 Kasihan Woozi!
1.3 Rapat Kabinet
1.4 Observasi
1.5 The Hunger Games
1.6 Yoongi Namanya
1.7 Pesugihan?!
1.8 Gibahan Dosen
1.9 Teori Konspirasi
2.1 Pagi Kelabu
2.1.1 Yah, Namanya juga Hidup!
2.1.2 Sinetron Malam
2.2 Sudah Pagi
2.3 Awal Kegiatan
2.4 Dia Aneh
2.5 Curi Pandang Curi Rasa
2.5.1 Kenapa Harus Peduli?!
2.6 Pagi Bersama Sandi Morse
2.6.1 Menghilang
2.6.2 Gulana
2.6.3 Gundah
2.6.4 Ayo Marah
2.6.5 Hari Teletabis
2.7 Rumah Kita
2.7.1. What Happen dengan Woozi?
2.7.2 Ternyata...
2.8 Hdp krs yg mpk ksr
2.8.1 Kamu adalah Kodomo
2.8.2 Sebalut Sembilu
2.9 Level Persahabatan
2.9.1 Kesaksian
3.1 Antara Kupu-kupu dan Lemper
3.2 Oh Mantan...
3.2.1 Gifted
3.2.2 Life is Short
3.2.3 Butterfly has come
3.3 Inang
3.4 Hari Ini
3.4.1 Mamah Prostitusi
3.6 Toleransi
3.7 Ayah dan Abi
3.8 Orang Baik
3.9 Tragedi Gebrak Meja

3.5 Titipan

9.6K 2K 860
By bypnvu

Gaes, makasih banyak ya udah mau support dan nerima aku lagi, doain semoga aku gak mengecewakan kalian love you:(
Btw, tiati panjang banget


-Ya Allah aku tau semua ini hanyalah titipan, tapi kenapa titipan Pak Jos sama Rafatar banyak banget.- Arjuna Satria D.


Pagi cerah kembali menyapa, walau tak disapa balik oleh para anggota prostitusi itik purba yang malah sibuk berleha-leha di ruang tengah. Jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi, alhamdulillah semua sudah sholat Subuh walau harus diciprat air suci dulu oleh Pak DPL.

Mereka tidur berjajar di ruang tengah seperti pindang, mulai dari depan kamar mandi sampai ke pulau rote, tidak, kejauhan, sampai ke perbatasan ruang tengah dan dapur.

Setelah kedatangan Woong dan Hwall ke sini mereka jadi terbiasa tidur di ruang tengah yang amat luas ini, katanya lebih asyik tidur bareng-bareng, terlebih mereka sudah merasakan asam pahitnya tidur bersama saat masih di hotel mewah alias aula kantor desa. Lagipula kalau tidur di kamar suka digangguin sobat ambyarnya Bebby.

Ntah tiba-tiba pintu terbuka, gorden berkibar, mereka hormat, terdengar suara gamelan yang menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan berbagai macam kegiatan upacara astral lainnya. Sungguh tinggi jiwa nasionalis sahabat-sahabat Bebby.

Indonesia harga mati.

Berbeda dengan Pak Yoongi yang lebih milih diganggu mahluk astral di dalam kamar, daripada harus join tidur dengan para itik purba yang kalau ngorok lebih parah daripada suara kuntilanak pargoy.

Deka, Jeka, Zelo, dan Momo terlihat masih mengawang di alam mimpi, bahkan suara dengkuran seperti kodok bangkong bersahutan memenuhi posko. Wonwoo dan Yujin yang sudah terjaga sampai harus menyumbat telinga mereka pakai jenset, kalau kata Bebby.

Changkyun sendiri sudah bangun, dia duduk bersandar di pintu kamar perempuan sambil menatap kosong ke arah tv seperti orang depresi.

Kayanya dia habis dimarahi ayahnya karena belum menghabiskan uang jajan bulan ini, ck.

Bebby menguap lebar merenggangkan tangan ke atas, dia hanya tidur ayam, tidak benar-benar tidur, hingga matanya agak lelah. Dia menggerakkan matanya ke kiri dan ke kanan seperti senam, katanya bagus untuk perenggangan otot mata, katanya sih, Bebby juga gak tahu, soalnya dia cuma ngasal, hehe.

Dia menoleh ke samping, mendapati Hoshi yang tengah menonton Princess Sofia dari aplikasi Yucup di ponselnya.

Ah tidak, lebih tepatnya Princess Sofia yang menonton Hoshi, karena lelaki berpipi gembil itu kembali tertidur.

Senyum Bebby merekah melihat pipi Hoshi yang tumpah-tumpah dalam keadaan terlelap tenang dengan sedikit dengkuran halus.

Hoshi tidurnya tidak mendengkur keras seperti Zelo ataupun Deka yang kalau disatukan kaya lagi ada gempa dahsyat berpotensi tsuami.

Kini gadis psikologi itu memilih untuk membalik tubuhnya jadi telungkup di bawah selimut tipis Kumamon miliknya. Menyandarkan sebelah pipi di lipatan tangan. Dia kembali tersenyum saat melihat Mandor berjalan ke arahnya, lalu menjilat lipatan kakinya di depan Bebby dengan gaya erotis.

Untung Bebby tidak nafsu sama kucing. Tangannya bergerak mengelus lembut bulu-bulu oranye putih tersebut. Selesai menjilati tubuhnya yang dianggap mandi Mandor pun kembali berjalan mendekati Hoshi yang masih tertidur. Dia menjilat hidung Hoshi hingga si embul terganggu dalam tidurnya, sangat menantang maut.

"Engg...ih..." tanpa sadar Hoshi meninju Mandor hingga terpental, membuat kucing bar-bar itu kena mental. Dia berlari mengeong-ngeong ke arah Changkyun, seakan mengadu apa yang baru saja Hoshi lakukan padanya.

Lelaki blaster itu mengedipkan mata, berusaha mengembalikan kewarasannya saat Mandor berdiri di depannya. "Uluh uluh, gemes e," pujinya. "No what-what, Ochi emang begitu. Don't dimasuki heart yo" petuahnya sambil mengelus lembut bulu Mandor dengan sayang.

Tangannya beralih mengambil tubuh kucing yang mulai gembul itu untuk digendong. Sekarang Mandor sudah tidak terlihat seperti busung lapar. Dia jauh lebih baik daripada saat Bebby temukan pertama kali yang ceking kerontang seperti ayahnya.

Bebby menonton adegan itu dengan senyum. Akhir-akhir ini Mandor manja sekali pada Changkyun, padahal sebelumnya Mandor paling anti jika didekati oleh manusia LA itu, soalnya Changkyun hobi gendong-gendong, tengsinlah Mandor dilihat gebetannya.

Itu loh, kucing betina yang ada totol hitam di kedua matanya seperti Batman.

Tiba-tiba suara teriakan menggema, mengalahkan dengkuran Deka dan Zelo. Membuat anak-anak terkejut. Ternyata Jeka berteriak dalam tidurnya. Yujin yang tengah rebahan sambil mengobrol dengan Wonwoo tepat di sebelah Jeka langsung menepuk-nepuk bokong anak itu agar terlelap lagi.

"Shhh, udah ya, bobo lagi" bisiknya menenangkan.

Anak itu pun mulai tenang dan kembali terlelap. Jeka memang suka mengigau, kadang teriak, kadang ngajak ngobrol, dia juga pernah menitah orang untuk mengambilkannya minum, pas dibawain tahu-tahu tidur lagi. Biasanya kalau begini Chungha akan menepuk-nepuk bokongnya agar anak itu tidur lagi.

Berhubung Chungha tidak ada, jadilah yang berperan sebagai ibu pengganti adalah Yujin.

Pagi-pagi sekali Chungha dan Jun keluar pakai motor Changkyun setelah Pak Yoongi pamit beli nasi uduk Mang Jeonghan. Katanya mau ke pasar beli perlengkapan posko yang habis.

Ceklek

Bebby mendangak menatap seseorang yang keluar dari kamar mandi. Ketua Mini baru selesai mandi, buliran air menetes dari rambutnya, membuat kaos putih berlambang G alias Gentong itu agak basah.

Rambutnya berkibar saat dia sengaja menggoyangkan kepalanya agar cepat kering. Anak Pak Baekhyun buru-buru bersembunyi di bawah selimut saat ada hujan lokal dari rambut Woozi.

"Udah bangun?" tanya Woozi saat Bebby sudah menyembulkan kepala lagi dari balik selimutnya. Dia pun mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Bebby tersenyum. "Belum tidur hehe"

"Insom lagi?"

Bebby mengangguk.

"Oh" hanya itu balasan yang Bebby dapat, dan lelaki itu pun berlalu pergi ke arah kamar laki-laki.

Bebby memperhatikan langkah kaki seputih susu Anlene rasa vanilla itu. Seulas senyum tiba-tiba menyembul di wajahnya.

Sudah beberapa hari ini Woozi selalu jadi orang pertama yang menyapanya lebih dulu setiap pagi. Pertanyaannya pun selalu sama, 'udah bangun?' padahal Bebby yakin lelaki itu tahu kalau Bebby susah tidur. Beberapa kali juga Woozi bangun tengah malam hanya untuk menyuruh Bebby tidur, atau sekedar melongok mencari keberadaan Bebby jika gadis itu tak ada di tempatnya.

Sejujurnya Bebby amat sangat bersyukur bisa ada di kelompok ini. Bisa diterima dengan sepenuh hati walau harus dapat perundungan di awal KKN. Tapi sepertinya itu bukan masalah besar, karena yang terpenting sekarang Bebby diperlakukan jauh lebih baik, bahkan Bebby merasa seperti putri salju yang selalu mendapat perhatian khusus dari para kurcacinya.

Belum lagi para lelaki tampan yang siap sedia menjadi tameng terdepannya, atau para gadis yang selalu melayaninya.

Hah, begini ya enaknya jadi cucu yang punya UGENDUT.

---

"Makasih bu" Chungha tersenyum sambil mengambil sabun cuci piring yang sudah ia bayar.

"Sama-sama, neng" jawab sang ibu dengan senyum ramah.

Chungha memasukkan sabun cuci piring itu pada salah satu kantong plastik yang dia bawa.

"Sini biar gue bawain" tanpa babibu Jun langsung mengambil alih kresek-kresek belanjaan Chungha yang lumayan berat.

Mamah prostitusi pun tersenyum, "sini bagi dua" pintanya berusaha mengambil sebagian kresek belanjaan.

"Gak usah gak usah, begini doang sih gue kuat" katanya berusaha terlihat biasa saja saat membawa semua belanjaan Chungha yang segambreng.

Sedikit senyuman miring terbentuk di wajah si gadis, dia tahu kalau Jun sebenarnya keberatan membawa bejibun belanjaan perlengkapan anak KKN. Namun dia tak mau membuat lelaki itu malu, jadi dia lebih memilih menggerakan tangan ke depan dan ke belakang sembari menghela napas.

"Eh ini kita balik?"

Chungha mengangguk.

Mereka berjalan di sepanjang pasar dadakan yang biasa buka setiap pagi di dusun Arendellenya Pak Jos. Mereka pun menoleh melihat istana di tengah-tengah kampung yang berdiri megah di sebelah kiri mereka.

"Ini rumahnya Pak Jos?" tanya Jun antara tak percaya, kagum, dan ingin memaki.

Sumpah, rumahnya besar sekali, bahkan jarak dari pagar ke rumahnya juga kaya dari gerbang tol Ancol sampai ke Dufan. Kalau dipikir-pikir berapa orang yang harus menyapu, mengepel, atau bahkan merawat halaman rumahnya yang terlihat seperti taman buah mekar sari?

"Sholawatin gak nih?" saur Chungha yang membuat Jun tertawa.

"Bismillah kita investasi babi ngepet biar bisa nyaingin Rafatar" katanya yang membuat kedua insan itu tertawa.

Kini Chungha lebih memilih fokus untuk menikmati suara teriakan tukang ikan dan cabai yang bersahutan di kanan dan kirinya, orang-orang berlalu lalang, ditambah vibes langit pagi yang kala itu sangat cerah membuat embun lambat laun menghilang.

Kalau kata mantannya, salam pagi untuk mentari. Hah, ingat lagi.

"Ha," panggil Jun, Chungha menoleh.

"Hm"

"Gue penasaran deh"

"Soal?" kernyitnya.

"Soal cerita yang waktu itu"

"Yang mana?"

"Mantan lu"

Chungha terdiam. Jun memang sudah tahu soal percintaannya, bahkan soal Chungha yang selingkuh dengan teman sekelas Bebby. Itu semua Jun dengar saat Chungha dengan terpaksa bercerita padanya dan teman Jun waktu di perjalanan pulang dari kampus menuju posko kemarin.

"Apa?"

"Sorry kalau gue terkesan ikut campur, tapi gue masih heran, kenapa lu gak coba buat ceritain semua keresahan lu soal mantan lu yang gak punya waktu itu, I mean, pasti ada waktu dimana lu ketemu atau telepon berduaan kan. Tapi kenapa lu lebih milih cheating?"

Anak bahasa itu terdiam lagi, menunduk. Membuat Jun merasa tak enak hati. Dia bukan bermaksud untuk ikut campur, hanya kepo saja. Jun tipikal orang yang akan mencari tahu sampai tuntas sesuatu yang dia ketahui, dan terkadang dia juga menyesali perilaku ingin tahunya ini, tapi gimana dong udah kepalang kepo.

Tiba-tiba gadis itu tertawa, benar-benar tertawa, membuat Jun terdiam kaku. Jangan-jangan Chungha kesurupan lagi, pikirnya.

Namun, jauh dari pikirannya itu dia juga merasa ada sedikit kejanggalan dalam tawa gadis itu, tawa menyakitkan yang bahkan membuat sedih telinga Jun yang mendengar.

Gadis itu pun mengusap air mata yang jatuh karena kebanyakan tertawa, baginya pertanyaan Jun itu lucu, sangat lucu.

"Lu nanya kenapa gue lebih milih selingkuh daripada keluh-kesahin semuanya ke mantan gue?" Chungha hampir tertawa lagi namun dia tahan. Dia merilekskan diri sebelum akhirnya tersenyum miring. "Jun, gue udah ngelakuin semua yang lu tanyain, mulai dari jelasin semua perasaan gue, sampe gue bela-belain mengesampingkan semuanya dan selalu berpikir positif, tapi apa yang gue dapet?"

"Dia masih sibuk sama dunianya. Sibuk sama organisasinya, sibuk sama temen ceweknya, dan sibuk sama semua yang ada di diri dia kecuali gue." katanya dengan pandangan putus asa.

"Cuma gue yang gak pernah dia hirauin, I mean, ketika dia punya free time dia malah gunain waktu itu buat diri dia sendiri, buat temen ceweknya, dan gak ada satu pun nama gue di daftar jadwal waktunya, so...haruskah gue bertahan sendirian?" jelasnya yang membuat Jun terpaku.

"Sorry" katanya merasa sangat bersalah.

Hembusan napas Chungha terdengar sayu walau terhimpit dengan hingar bingar pasar yang begitu ramai, tapi Jun masih bisa mendengarnya.

"I know, orang yang ngeliat gue akan selalu menyalahkan gue. Dan gue ngerti, karena gue emang salah, tapi kalau lu tanya kenapa gue milih selingkuh tanpa harus melepas dia, gue bakal jawab dengan egoisnya, kalau gue masih sayang sama dia dan berharap kalau dia bisa berubah..."

Lagi-lagi sang mamah prostitusi mendengus dalam tawanya. Ia menggigit bibir dalamnya keras-keras.

"Tapi yap, seperti apa yang orang bilang. Semakin lu berharap sama manusia semakin lu nikmatin rasa sakitnya" jelasnya yang membuat Jun lagi-lagi bungkam.

Dia menoleh untuk melihat wajah cantik sang mamah yang sudah terbalut krim PenCitraan.

Dia bisa lihat bagaimana gadis itu berusaha menyembunyikan luka yang dengan sengaja Jun buka, jujur di satu sisi Jun merasa bersalah, tapi di sisi lain Jun merasa puas dengan apa yang dia dengar. Chungha sudah memberontak dengan kebodohannya walau malah jatuh pada kebodohan lainnya, namun ia yakin mungkin dia juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi gadis itu, atau bahkan jauh lebih bodoh lagi.

Tangan satunya yang tak memegang kantung belanjaan perlahan mendekat, lalu menggenggam tangan gadis itu. Membuat si cantik menoleh kaget.

Dengan senyum tulus Jun berkata, "kalau belum ada yang pernah bilang ini sama lu, biar gue jadi yang pertama; lu hebat, lu udah mengambil satu langkah maju untuk berusaha bangkit dari rasa sakit hati lu, walau itu adalah langkah yang salah. Just remember, manusia memang bisa salah langkah, tapi jangan sampai ke bablasan salahnya. Gue harap setelah ini lu bisa lebih hati-hati lagi" katanya dengan senyuman tulus.

Dan kini gantian, sang mamah prostitusi yang terpaku menatap Jun. Menatap koko gelodok itu dalam kurun waktu 10 detik, hingga akhirnya senyuman ikut tersemat di wajahnya. "I will" balasnya.

Tangannya membalas genggaman tangan Arjuna dan mengayunnya pelan menuju parkiran motor.

Dia salah, tapi benar kata Jun, setidaknya dia sudah mau keluar dari keadaan yang menjatuhkannya sejatuh-jatuhnya pada saat itu. Perbuatannya mungkin tidak termaafkan, tapi setidaknya dengan cara itu dia berusaha memaafkan keadaan.

Mereka pun akhirnya pulang ke posko. Pas sekali saat Jun menghentikan motor di depan posko, Pak Yoongi juga baru datang dari warung Mang Jeonghan.

Chungha dan Jun segera menyalimi sang Baby Shark. "Sini pak, nasi uduknya biar saya siapin" kata Chungha mengambil alih kresek yang ditenteng Yoongi lalu berjalan menuju dapur dari pintu belakang, diikuti Jun yang membawa kantung belanjaan dari pasar.

Jun membantu Chungha menyiapkan nasi uduk di piring lalu membawanya ke ruang tengah dengan dibantu oleh Yujin, Wonwoo, dan Bebby.

Semua sudah duduk melingkar di ruang tengah, bahkan manusia-manusia yang tadi masih berada di alam mimpi ikut duduk dengan wajah pelor. Tapi berbeda dengan Hoshi dan Deka yang langsung ngejreng matanya saat mendengar kata 'nasi uduk dan ale-ale'.

Sebenarnya Yoongi tidak ingin membeli minuman itu lagi, ngeri ginjalnya jadi butek, tapi ternyata Mang Jeonghan gak ada kembalian, jadi dibalikin pake minuman.

"Bagi dong" kata Hoshi saat Deka menyoblos minumannya, namun Deka mengerutkan bibir sambil menjauhkan ale-ale itu dari jangkauan Hoshi.

Membuat si gembul itu berdecak dan hampir menggebuk Deka dengan sebal. "Mah, liat Mah, Deka pelit banget" adu Hoshi.

"Dek" peringatan Chungha menatap ke arah lelaki bali yang masih mengenakan celana adidas KW dan sweater abu-abu monyet yang bertuliskan, 'Mira posting pake cangcut, udah tau dighosting masih aja kepincut', soalnya Deka belum mandi dari kemarin.

Anak kesmes itu mendecih, "dasar wadulan" gerutunya lalu menyodorkan minuman itu ke arah Hoshi dengan setengah hati. "Sesedot aja" peringatnya.

"Iya, pelit banget sih lu" omelnya lalu menyedot minuman itu banyak-banyak dalam sekali tarikan napas, membuat Deka berdecak dan menarik ale-alenya dengan paksa. Hoshi pun terbatuk.

"Pelit lu Wayan!" sinisnya sengaja menyebut nama bapaknya Deka.

"Bacot lu Bram!" balas Deka mulai berani, dia baru saja mengetahui nama bapaknya Hoshi kemarin, saat tak sengaja melihat daftar nama wali anak-anak KKN di arsip milik Pak Yoongi, soalnya selama ini dia cuma tahu Bagaskaranya saja.

Berbanding terbalik dengan Deka. Jeka yang lagi makan pastel bihun menoleh saat Bebby memperhatikannya dengan seksama, bahkan sampai menelan ludah, membuat Jeka iba.

"Mpok Bebby mau?" tawarnya.

Bebby mengangguk. Jeka memotek pastel tersebut menjadi dua agar Bebby tidak mendapat bekas gigitannya, lalu ia suapi ke mulut gadis itu dengan lembut.

Dengan senang hati Bebby membuka mulut dan mengunyah pastelnya. "Makasih" kata Bebby dengan senyum riang.

Anak Pak Kalandra pun ikut tersenyum lebar menampakkan gigi kelincinya yang lucu, "sama-sama"

Sedangkan Pak Yoongi malah berusaha menyembunyikan lempernya dari Hoshi.

"Oh ya pak, saya udah dapet berita dari anak KKN 14 soal kegiatannya" kata Yujin.

Yoongi menggeser kakinya untuk menutupi lempernya saat Hoshi kalang kabut mencari lemper yang tiba-tiba raib. "Iya gimana?" tanyanya.

"Insya Allah acaranya lusa" jawabnya.

Yoongi hanya mengangguk-angguk, katanya penyuluhan pupuk cair sederhana itu adalah acara inti dari kelompok sebelah.

"Jadi sama Wonwoo?" tanya Woozi sambil menggigit kerupuknya.

Wonwoo mengangguk sembari menaikkan kacamatanya yang melorot. "Jadi"

"Yah, kalau lu pergi sama Wonwoo terus gue gimana dong? Masa gue rapat sama pihak desa sendiri" kata Hoshi memelas.

"Ya udah gue temenin" sahut Zelo dan Momo bersamaan. Keduanya saling menoleh.

"Ciaaa barengan jodoh ini mah..." seru Zelo heboh membuat Momo mendecih sebal hingga menaikkan sudut bibirnya. Zelo pun mengerucutkan bibir melihat reaksi Momo.

"Ya udah atur aja seperti apa baiknya..." ucapan Yoongi terpotong dengan suara ponsel apel kegigitnya yang berdering.

Namjoon is calling...

"Sebentar..." katanya sembari mengangkat panggilan. "Assalamualaikum" salamnya

'Waalaikumsalam, mas?'

Hoshi yang duduk di sebelah kiri Yoongi tertegun mendengar suara yang ia kenal, itu Mas Namjoon, kakak sepupunya yang tinggal di rumah.

"Kenapa, Jun?"

'Ini mas, soal sidang tentang hak asuh anak. Om gue bersedia dampingin lu'

"Uhuk uhuk" Hoshi keselek sambal nasi uduk. Dia langsung menegak air dari teko ke mulutnya hingga membuat teman-temannya protes.

"Jorok kowe Chi!" omel Changkyun.

Hoshi tak mengindahkan dumalan anak-anak, dia masih terkejut dengan kalimat yang dia curi dengar dari panggilan Pak Yoongi dan kakak sepupunya. Jelas dia tahu siapa yang dimaksud 'om' oleh Mas Namjoon. Sudah pasti itu ayahnya.

Hanya Pak Bram yang menjadi seorang pengacara di keluarga Bagaskara. Iya, Pak Bram adalah orang yang sempat membajak akun wangsap Hoshi dan membuat geger grupchat mereka hingga akhirnya disband, beliau yang pernah mengomeli Pak Yoongi karena membuat anaknya patah tulang. Dan beliau juga orang yang meminta Pak Yoongi untuk bertanggung jawab hingga Hoshi dibawa ke tempat urut patah tulang.

"Oh ok, terus?"

'Tapi mas, sorry gue harus ngomong ini, kemungkinan besar lu bakal kalah sih katanya, karena lu gak memenuhi syarat' kata Namjoon dengan nada bersalah.

Yoongi menghela napas, dia melirik ke arah Woozi yang tetap makan seakan tak peduli dengan dunia di sekitarnya.

'Kita coba cari jalan lain ya, lu gak boleh hopeless, gue bakal bantu semampu gue. Kalau bisa secepatnya lu temuin om gue, ok?' ujar Namjoon berusaha menyemangati.

"Oke, kita bicarain lagi nanti" balas Yoongi dengan suara pelan lalu menutup panggilan.

Semua anak langsung menoleh saat sang DPL menyimpan ponselnya dengan raut agak murung.

"Ada apa, pak?" tanya Jun kepalang kepo.

Yoongi nampak berpikir sebelum akhirnya menjawab, "sepertinya dalam waktu dekat ini saya bakal sibuk buat persiapan sidang hak asuh anak" katanya.

Adnan mengajukan banding ke pengadalin untuk mengambil kembali hak asuhnya mengenai Woozi, Woong, dan juga anak bungsunya Hwall. Jelas Yoongi tidak akan diam, dia akan tetap mempertahankan anak-anak itu dalam pengasuhannya, apapun caranya.

Anak-anak yang lain mengangguk mengerti.

"Semoga bapak menang ya" kata Yujin.

Yoongi tersenyum walau dalam hati ada rasa takut yang amat besar. Jelas, dia jauh dari kata cukup untuk memenuhi kriteria menjadi ayah Woozi dan kedua adiknya. Mulai dari persyaratan atau bahkan dirinya sendiri.

Dia masih banyak kekurangan yang sebenarnya dia sendiri malu untuk mengajukan diri menjadi wali Woozi dan kedua adiknya.

"Saya gak terlalu berharap banyak"

"Loh kenapa pak?" tanya Jeka mengernyit bingung.

"Saya gak memenuhi syarat" jelasnya dengan hembusan napas. "Mungkin Woozi bisa memilih kemana dia mau ikut karena sudah lebih dari 17 tahun, tapi untuk kedua adiknya jelas saya tidak memenuhi syarat untuk jadi wali meraka, karena saya belum menikah"

Momo mengernyit mendengar penuturan sang dosen, "terus selama ini yang jadi wali Woozi siapa pak? Kan gak mungkin bapak, karena bapak belum menikah, bahkan saat pengadopsian Woozi yang pertama bapak masih kuliah belum memiliki pendapatan tetap" katanya.

Pak Yoongi termangu sesaat, "wali Woozi selama ini adalah..."

"...Bu Brigitta" katanya yang membuat anak-anak terkejut.

"Hah, ibunya Bebby?!" seru mereka kompak kecuali Bebby yang lagi-lagi ketinggalan.

"Hah, ibunya Bebby?!" seru dia sendirian menunjuk diri sendiri.

Bahkan Bebby juga kaget nama ibunya disebut. Ia tak pernah tahu kalau ibunya pernah menjadi wali Woozi, dia sama sekali tak kenal siapa Woozi sebelum KKN.

Yoongi menghela napas panjang lalu mengangguk, dia berhenti makan karena sudah tidak nafsu.

"Bu Brigitta jelas lebih mumpuni untuk memenuhi persyaratan itu, jadi saya minta tolong pada almarhumah untuk menjadi wali Woozi dan kedua adiknya."

"Kok iso Pak?" tanya Changkyun bingung.

"Saya adalah mahasiswa Bu Brigitta saat S1. Dan saya cukup dekat dengan beliau," dia menyeringai kecil, "dulu saya anak yang bengal dan gak ada satu dosen pun yang bisa menangani saya. Saya jarang masuk kampus, jarang ngumpulin tugas, dan bahkan banyak keluhan dari dosen lain tentang saya..."

"Hingga akhirnya Bu Brigitta yang waktu itu jadi Dekan Fisip memilih menangani saya," cerita Pak Yoongi yang membuat anak-anak itik itu buka telinga dan fokus mendengar cerita Pada Zaman Dahulu silsilah Megalodon.

"Bu Brigitta benar-benar merubah saya menjadi orang yang lebih baik. Hingga suatu waktu saya mendapat kabar soal kakak saya yang masuk rumah sakit jiwa," Yoongi menjeda ceritanya hanya untuk melihat reaksi Woozi.

Dan lagi-lagi anak itu hanya fokus makan nasi uduk seakan tak peduli kalau dia sedang menjadi bahan gibahan DPL-nya.

"Ditambah berita tentang dua anaknya yang ditelantarkan begitu saja hingga tak makan selama 3 hari di rumah..."

Trakkk

Woozi membanting piring makannya membuat semua yang ada di sana terkejut dan menoleh ke arahnya. Hoshi sampai mengerut hampir nangis melihat nasi uduk itu belaratan.

Mata Woozi memerah marah dengan amarah yang menggebu-gebu meliputi dirinya, dadanya naik turun dan siapapun yang melihatnya pasti merasakan aura danur yang menguak kuat dari anak itu.

"Puas?!" teriak Woozi tiba-tiba, matanya nyalang menatap sang DPL. "Apa bapak sudah puas membuka luka lama saya kepada mereka?" serunya sambil berdiri.

"Apa bapak sudah puas mendapat iba dari mereka?!" lanjutnya sambil berteriak. "Saya sungguh berterima kasih bapak sudah menjaga saya dan adik-adik saya, terima kasih banyak," katanya penuh penekanan.

"Dan terima kasih juga sudah membuat saya terlihat paling lemah di depan mereka" lanjutnya dengan suara berat ditemani linangan air mata murka.

Dengan cepat dia mengusap air matanya dan berlalu masuk ke dalam kamar, membanting pintu kamar dengan keras hingga semua yang ada di ruang tengah terkejut.

Kini hanya hembusan napas mereka yang menemani suara kipas angin yang terus menyala. Yoongi menunduk, bibir manis itu tersungging kecil.

Dia salah lagi, dan selalu salah. Dia hanya ingin memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Bu Brigitta, serta apa sangkut paut Bu Brigitta dalam pengasuhan Woozi agar tidak ada salah paham di antara mereka.

Ya tetap saja ini salah Yoongi, ya ini salah Yoongi. Bodoh bodoh bodoh, rutuknya dalam hati

"Maaf udah buat keributan," katanya sembari mengangkat wajah. "Lanjutkan saja makan kalian dan bersiap untuk kegiatan seperti biasa" titahnya ikut berdiri dan berlalu ke dapur.

Mata anak-anak pun mengikuti langkah Pak Yoongi pergi, hembusan dari dada masing-masing yang masih berdetak cepat lambat laun mulai agak tenang. Walau atmosfer masih tetap terasa kaku di antara mereka.

Mereka tak menyalahkan siapapun di sini, tapi mereka berharap hubungan ketua dan DPL-nya segera membaik. Ya, semoga.

"Udah makan lagi. Abis itu persiapan ke desa sama ngajar" kata Chungha mengambil alih suasana dan menitah mereka untuk melanjutkan kegiatan.

Dengan amat terpaksa mereka lanjut makan, apalagi Hoshi yang kembali berbinar saat melihat lemper yang sempat disembunyikan Pak Yoongi tak terjamah sama sekali. Hah, hikmah keributan.

---

Angin bersepoy menerbangkan poni menungging yang sebahagian menutupi kening sang megalodon. Matanya terpaku pada sawah yang menghampar coklat seperti coco keran di hadapannya. Ya, sawah di sana terendam hujan dari beberapa hari yang lalu, membuat sebagian petani gagal panen.

Yoongi menghela napas, menyandarkan tubuhnya ke dinding pembatas yang bawahnya mulai lapuk. Saat ini dia sedang menenangkan diri di tempat jemuran baju belakang rumah.

Sedangkan anak-anak sebagian pergi ke desa, sebagian lagi menemani Changkyun yang kebagian ngajar bahasa inggris di teras depan. Yoongi izin tidak ikut kegiatan manapun.

Dia sedang ingin sendiri, lagipula Woozi pasti tidak ingin bertemu dengannya.

Kembali, hembusan napas menjadi salah satu cara membuat dadanya sedikit plong. Walau masih banyak hal yang carut-marut di pikirannya, ditambah beban hati yang membuatnya kian berat untuk melangkah.

Tatapannya kosong dengan tangan yang bergerak memutar ponsel mahalnya seperti spinner. Dia tak tahu lagi harus apa. Seakan-akan dia hampir menemui titik akhir dari semuanya, semua hal yang sudah dia perjuangkan selama ini.

Hak asuh Mini Triplets.

Ucapan Namjoon berkali-kali berputar di otaknya bagai kaset rusak. Seandainya Bu Brigitta tidak pergi secepat ini, apa yang akan terjadi? Apakah hal ini tetap terjadi?

"Maafkan Yoongi, bu. Yoongi tidak bisa menjaga mereka dengan baik" gumamnya ntah pada siapa. Telapak tangannya sudah bersarang menutupi setengah wajah tampannya yang no no pesugihan.

Siapa yang harus dia mintai tolong sekarang? Mas Baekhyun?

Bahkan Yoongi sangsi Baekhyun mau bantu, walau dia yakin pasti Baekhyun tahu, karena mau bagaimana pun saat Bu Brigitta akan menjadi wali Woozi pasti harus atas seizin Baekhyun walau hanya sebatas tinta di atas materai. Dia tak boleh menyeret orang lain ke dalam masalahnya, Baekhyun sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan semua masalah ini.

Dan Yoongi tidak ingin menyeret orang sebaik Baekhyun pada permasalahan yang tak semestinya Baekhyun tanggung.

Tidak, tidak boleh.

Tapi siapa yang bisa membantunya?

Lagi-lagi, hanya hembusan napas yang menemani. Dadanya begitu berat, hingga rasanya sesak sekali. Buliran air mata tak terasa jatuh tanpa perintah, membuat Yoongi harus menghapusnya.

Dia mengusap wajah dan rambutnya ke belakang, mengusir rasa lelah yang tak seharusnya dia dramatisasikan sekarang. Dia tetap harus memikirkan bagaimana caranya ketiga anak itu tetap berada di bawah pengasuhannya. Jika Woozi tidak ingin lagi bersamanya, setidaknya kedua adiknya harus tetap bersamanya.

Walau sebenarnya berat untuk Yoongi merelakan Woozi juga. Dia tidak akan mau menyerahkan Woozi dan kedua adiknya pada predator jahat yang menjelma menjadi ayah mereka. Mau bagaimana pun Yoongi tetap memiliki janji pada kakaknya untuk menjaga keponakan-keponakannya.

Dia ingat janji itu. Saat dimana kakaknya menangis tersedu-sedu saat menghadapi sekarat, tak lupa membisikkan hal paling menyedihkan yang pernah Yoongi dengar. Dengan tersengal beliau berkata,

"Yoong, maafkan mbak, maaf atas segala kesalahan-kesalahan mbak, maaf jika mbak terlalu membebankanmu selama ini. Tapi bisa tolong janji satu hal lagi sama mbak? Tolong jaga anak-anak mbak, besarkan mereka dengan sebaik mungkin, mungkin kamu akan kena masalah dengan Papih. Tapi mbak sangat sangat meminta tolong, tolong jadi ayah untuk Hwall, dan beritahu dia kalau ibunya sangat mencintainya..."

Dan setelahnya Yoongi tidak bisa mendengar apa-apa lagi selain bunyi mesin detak jantung yang berjalan lurus.

"Argghhh..." Yoongi mengacak rambutnya, dia benar-benar Fuck U alias FrUstasi Campe Kefala, Umi.

Seketika satu nama terlintas di kepalanya.

Papih.

Ntah kenapa nama itu muncul begitu saja, padahal dia sendiri agak sangsi jika ayahnya mau membantunya. Walau ini urusan cucunya sendiri dia bahkan tak akan turun tangan, memang sebenci itu dia dengan kakaknya sampai merambah ke anak-anaknya. Bahkan setelah Yoongi berkata akan mengasuh mereka bertiga, ayahnya tetap tidak menerima mereka, dan memutuskan kontak dengan dirinya.

Yoongi tak lagi mendapat telepon dari ayahnya, tak pula mendapat bantuan finansial, hingga akhirnya sang ibu yang diam-diam memberikan bantuan secara materil padanya untuk ketiga anak itu.

Bahkan mobil Alphard yang sempat dicuri Adnan adalah mobil Woozi yang diberikan Mamih Ciel sebagai kado ulang tahunnya tahun lalu.

Itulah alasan mengapa saat itu ibunya diam-diam menemuinya. Dan alasan itu pula yang membuat Woozi takut untuk berhubungan lagi dengan neneknya yang dipanggil Mamih. Karena dia tak ingin Mamih juga kena imbas dari kebencian kakeknya.

Yoongi mengumpulkan tekad untuk menghubungi ayahnya. Bagaimana pun hasilnya akan dia pikirkan nanti, kini dia hanya perlu mencoba.

Karena mau bagaimana pun Woozi, Woong, dan Hwall adalah cucunya.

Dengan ragu dia menekan kontak bernama Papih. Cukup lama yang terdengar hanyalah suara sambungan, Yoongi merasa hopeless panggilannya akan diangkat. Hingga di detik terakhir, Yoongi hampir mematikan panggilan, namun seketika panggilan terangkat, membuat Yoongi terkejut.

Raut wajahnya antara senang bercampur gugup, dia benar-benar rancu tak karuan.

Sebisa mungkin dia menarik napas lalu melepasnya, menetralkan suaranya yang sedikit bergetar. Dan memberanikan diri mengucapkan salam.

"Assalamualaikum"

'Waalaikumsalam, ada apa? Tumben menghubungi papih'

Yoongi semakin bergetar mendengar ucapan sang ayah, dia semakin ragu untuk mengatakannya, tapi dia tak boleh mundur karena sudah sampai di titik ini.

"Pih, apa kabar?" basa-basinya.

'To the point aja, ada apa?' balas sang ayah semakin membuat Yoongi terpatung tak mengerti harus apa.

"Hm..." dia tergagap, sampai akhirnya menghebuskan napas menjadi hal yang harus dia lakukan lagi. "Bisa bantu Yoongi?" tanyanya memelas.

'Bicaralah' katanya mempersilahkan Yoongi untuk berbicara.

"Pih...tolong jadi wali Woozi dan adik-adiknya di persidangan?"

'Are you crazy?!'

"Pih, mereka masih cucu-cucu Papih"

'Siapa bilang?! Saya tidak pernah mengakuinya. Kamu anak tunggal, saya sudah menghapus nama kakakmu dari daftar keluarga Agustin...'

"Yoongi paham..." potong Yoongi.

Yoongi hampir keselek ludahnya sendiri, ini benar-benar menyakitkan untuk didengar. Dia mengusap rambutnya ke belakang sembari menjilat bibirnya yang kering.

"Gak masalah kalau papih benci mereka atau bahkan benci Yoongi, tapi tolong, Pih, untuk kali ini aja bantu Yoongi. Jadi wali mereka, untuk kali ini aja Yoongi minta tolong sama papih. Yoongi masih ingin menjaga mereka" katanya dengan nada memelas.

Hening. Tak ada suara dari ujung sana ataupun dari Yoongi yang saat ini hanya bisa menahan air mata.

'Jangan pernah hubungi papih lagi.'

Tut...tut...tut...

Hanya itu jawaban yang Yoongi dapat sebelum panggilan tertutup.

Yoongi mendesah berat, dia menjambak rambutnya sendiri dengan perasaan kalut. Hampir saja dia melempar ponselnya jika tidak ingat ponselnya mahal.

Apakah ayahnya benar-benar membenci kelakuan kakaknya hingga sebegitunya? Apakah hal seperti ini pantas, walau dia tahu kalau kakaknya memang salah, apakah lantas kesalahan kakaknya bisa ditumpahkan kepada anak yang bahkan tak minta dilahirkan dalam keadaan seperti ini?

Dan apakah Yoongi salah sekarang? Dia hanya ingin ketiga anak itu tetap berada di bawah pengawasannya, berada di zona aman yang tak bisa dijangkau oleh orang-orang jahat. Tapi mengapa itu sangat sulit? Apakah dia juga salah telah memisahkan anak-anak itu dari ayahnya yang bahkan kelakuannya tak lulus dari pembukaan undang-undang dasar, yakni berperikemanusiaan dan berperikeadilan?

Raut mukanya sudah memberi tahu apa kerasan yang dia rasa. Dia benar-benar berada di titik terendahnya.

Mungkin dia akan menyerah dengan keadaan, dan membiarkan semesta yang akan menyeleksi baik-buruk nantinya.

Dan tanpa Yoongi sadari seseorang menguping di balik dinding dapur.

Bebby menutup mulut sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan Yoongi yang masih dengan sejuta kecamuk amarah di dalam dirinya.

---

Bram Bagaskara
(Papih Anjaynya Hoshi)

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 47.9K 32
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
207K 13.3K 51
Ini tentang seorang anak perempuan yang hidup tapi berkali-kali dimatikan, anak perempuan yang mentalnya dihancurkan oleh keluarganya sendiri, dan an...
227K 21.2K 73
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
624K 31.4K 40
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...