shade umbrella [END]

By carseinne

1K 232 83

[ ft. park jongseong, enhypen | ver lokal ] Bagi Mars, Lana itu hanyalah sesosok payung teduh yang digunakan... More

☔. sekelebat kenangan kelam
☔. tak sengaja berjumpa
☔. menunggu takdir memihak
☔. lagi-lagi tentang dia
☔. seruan senja sore
☔. tragedi martabak ghaib
☔. perlahan tersadar
☔. apel pembawa harapan
☔. it's up to u, it's up to me
☔. harus move on!
☔. pengakuan tak terduga
☔. harapan sang payung teduh
☔. kepingan masa lalu, i.aksa
☔. kepingan masa lalu, ii.aksa
☔. kepingan masa lalu, iii.aksa
☔. caessa dan keisha?
☔. hubungan yang merenggang
☔. pesawat kertas dan lana
☔. kepingan masa lalu, iv.lana
☔. kepingan masa lalu, v.lana
☔. kepingan masa lalu, vi.lana
☔. kepingan masa lalu, vii.lana
☔. penyesalan tak berujung
☔. akhir sang payung teduh
☔. side story, i.caessa
☔. terima kasih dan maaf

☔. memang belum saatnya

21 10 0
By carseinne

Langkah demi langkah terlewati meski dengan perasaan ragu dan khawatir yang mendera. Hawa dingin terus saja menyergap, entah kenapa berjalan menuju rumah Bu Tuti saja terasa begitu lama. Sampai hingga keberadaan Mars mulai terlihat, senyum gadis itu seketika mengembang.

Terlihat sesosok Mars tengah memainkan ponselnya dengan gaya sok cool seperti biasa. Yah, tapi Lana tidak terlalu yakin sih. Pasalnya pencahayaan didepan rumah Bu Tuti terlalu minim, entah yang disana benar-benar Mars atau bahkan hantu, ia hanya ingin cepat-cepat terhindar dari orang yang mengikutinya sedari tadi.

Kini Lana telah berdiri tepat dihadapan Mars, lantas ia menengok kebelakang untuk memastikan apakah stalker itu masih mengikutinya atau tidak. Ia bernapas lega saat mengetahui stalker itu telah menghilang entah kemana. Bulu kuduknya berdiri saat membayangkan kejadian yang barusan menimpanya, merinding sekali rasanya. Untung saja kedepannya Lana tidak akan melewati gang sepi tadi, karena Lana sudah memutuskan keluar dari les menggambar.

Mars yang merasa kehadiran Lana telah tiba, spontan mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke Lana. "Lo kenapa sih, kok tiba-tiba nyuruh gua buat dateng kesini?"

"Ayo pulang." Bukannya menjawab, Lana langsung mengajak Mars pulang. Seolah-olah dia ingin segera pergi dari tempat ini.

Mars hendak bertanya lagi, namun ia urungkan. Dia hanya menghela napas berat, akhirnya Mars memilih untuk tidak terlalu memikirkannya. Mereka kemudian berjalan pergi, ke rumah Vega. Anak kecil tersebut minta dijemput untuk menginap dirumahnya Mars, katanya bosan dirumahnya terus.

Ditengah-tengah perjalanan, Lana masih mengingat dengan jelas kejadian tadi. Rasanya sangat menyeramkan dan membuat dia merinding. Jujur saja, baru kali ini dia diikuti oleh seseorang. Biasanya dia pulang juga aman-aman saja kok, entah kenapa bisa terjadi demikian. Ini rahasia, tapi Lana akan memberitahu kalian apa yang sebenarnya terjadi. Jadi, begini ceritanya...

Lana terdiam cukup lama dihadapan pintu warna putih polos. Sedari tadi yang ia lakukan hanya menatap ragu kebawah lantai sembari sesekali menghela napas lesu. Apa keputusannya kali ini benar? Bagaimana jika ia salah? Bagaimana jika nantinya ia akan menyesal? Begitu banyak pertanyaan bermunculan di kepalanya. Namun pada akhirnya Lana hanya bisa kembali menghela napasnya lantas menggenggam erat kenop pintu itu dan membukanya perlahan.

Yah, tak masalah jika nantinya Lana akan menyesal. Mau bagaimanapun ia harus mengorbankan sesuatu demi memulai lembaran yang baru.

Seusai pintu itu dibuka, Lana dikejutkan dengan keberadaan kakak mentor yang tiba-tiba sudah ada dihadapannya. Agaknya beliau hendak keluar dari ruangan. Mereka saling pandang selama beberapa detik, setelah itu Lana segera meminta maaf dengan nada canggung.

Kakak mentor itu tersenyum memaklumi, "gak papa, santai aja sama kakak. By the way ada urusan apa? Kok belum pulang?" Tanyanya penasaran.

Manik Lana bergerak kesana-kemari, " Gini, kak. Hari ini terakhir kalinya aku ikut les, karena aku mutusin buat keluar dari sini. Maaf banget, kak. Padahal aku gabungnya masih baru-baru ini, tapi malah seenaknya begini." Kata Lana panjang lebar seraya menundukkan kepalanya.

Tawa sang kakak mentor meledak seketika, suaranya pun ikut menggema di seluruh ruangan. Lana hanya bisa memandangnya kebingungan. Tatapan matanya seolah berkata, "ada apa gerangan dengan orang ini?" Begitu kira-kira.

Perlahan-lahan tawa kakak mentor itu mereda, lalu ia mengusap setitik air mata yang tanpa sadar keluar saat ia tadi tertawa. "maaf-maaf, habis ekspresi penuh ketakutan mu lucu."

"emm... kalau boleh tau alasannya karena apa?" Imbuhnya.

"Akhir-akhir ini aku sibuk belajar, kak." Jawab Lana ala kadarnya. Dia benar-benar sibuk karena belajar kok, walaupun alasan utama ia keluar karena ingin mengajari Mars dengan lebih leluasa.

Kakak mentor itu mengangguk paham, "ah gitu ya. Wajar aja sih, bentar lagi kan ujian." Lana hanya tertawa kikuk, setelah itu ia berpamitan kepada si kakak mentor.

Saat berjalan ke pintu, Lana lagi-lagi dikejutkan dengan sosok pemuda yang tiba-tiba saja sudah ada dihadapannya. Karena Lana sendiri tidak terlalu akrab dengannya, ia memutuskan untuk tersenyum tipis sembari menunduk pelan, yang tentunya dibalas senyuman manis dari pemuda dihadapannya tersebut. Setelah itu Lana melenggang pergi begitu saja meninggalkan pemuda itu sendiri.

Namun, di saat langkah Lana sudah agak jauh dari si pemuda, entah kenapa firasat buruk muncul dari benaknya. Bukankah senyuman manis pemuda itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu?

Lana segera menggeleng ribut, sebisa mungkin mencoba menepis pikiran negatif yang menghampiri. Ah sudahlah, su'udzon itu tidak baik. Mungkin memang perasaan Lana saja.

Tak berhenti sampai disitu, Lana masih kepikiran sampai ia sudah berjalan di gang sepi. Apalagi sedari tadi Lana merasa seperti ada yang mengikuti. Awalnya Lana pikir orang yang dibelakangnya kebetulan memang satu tujuan dengannya, namun semakin lama langkah itu semakin terdengar mengerikan. Apa jangan-jangan seorang stalker? Bagaimana jika ia berniat menculik Lana? Atau mungkin seorang pencuri? Lana dengar daerah ini rawan terjadi kejahatan.

Lana ingin menengok kebelakang, namun badannya seakan kaku untuk sekedar digunakan berbalik. Untungnya tangan Lana masih berfungsi dengan baik, meskipun agak gemetaran. Dengan harapan mendapatkan pertolongan dari temannya, Lana segera menghubungi kedua sahabat baiknya.
















****















"Heh!" Seru Mars seraya mengguncang bahu Lana. Hal itu tentunya membuat kilas balik kejadian yang barusan ia alami buyar seketika.

Lana baru menyadarinya, mereka kini telah sampai dirumahnya Vega, sepupu Mars. Tapi Vega sekarang tengah bersiap-siap untuk menginap dirumah Mars, dan mereka sekarang sedang menunggu didepan rumah. Namun sedari tadi Lana terus melamun dan mengacuhkannya, maka dari itu Mars merasa kesal dan mungkin sedikit... khawatir?

"Lo gak papa?" Tanya Mars dengan sedikit rasa khawatir. Ingat hanya sedikit ya, Lana ulangi hanya se. di. kit.

Jujur saja, walaupun cuma sedikit namun rasanya Lana ingin sekali menggoda Mars. Tapi sayangnya rasanya tidak mungkin melakukan itu ditengah keadaan hati Lana yang sedang tidak karuan begini. Jadi lain kali saja acara goda menggodanya.

Lana tersenyum tipis, "gak papa." Jawab Lana dengan suara yang susah payah ia keluarkan.

"Lo yakin?" Mars sekali lagi memastikan.

Lana hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Terus tadi kenapa lo ngechat gua buat nunggu didepan rumah Bu Tuti?"

"Iseng aja, hehe." Jawabnya enteng yang bermaksud untuk memancing kekesalan dari oknum Mars Jayden. Namun sayangnya harapan Lana tidak terjadi, Mars hanya terdiam cukup lama lantas menghela napas berat.

"Kak Lana?!!" pekik an itu langsung menarik atensi Lana dan juga Mars.

Lana dan Vega sama-sama terkejut, sedangkan Mars hanya memandang penuh tanda tanya. "Kalian udah saling kenal?"

Vega mengangguk dengan antusias. Dengan semangat ia menceritakan kejadian tempo hari yang lalu didepan sebuah toko. Sejujurnya seusai dijemput Mars dan adiknya, Vega dilanda rasa bersalah selama beberapa hari karena belum sempat mengucapkan terima kasih atas roti yang telah Lana beri.

Anak itu menggaruk tengkuknya dengan raut wajah merasa tidak enak. "maaf ya kak pas itu Vega gak bilang makasih."

Lana tersenyum kikuk, "hahaha gak papa." Ia agak canggung karena ada Mars dihadapannya. Entah kenapa Lana merasa seperti aibnya baru saja terbongkar.

Selanjutnya mereka akhirnya memutuskan untuk pulang, ditengah-tengah perjalanan Vega sesekali akan mengajak mengobrol dan sesekali entah Lana ataupun Mars akan menjawabnya.


















☔☔☔




















Gadis itu tengah berjalan sendirian di lorong. Ia hendak menyusul kedua temannya yang menunggunya sedari tadi di kantin. Tadi Lana baru saja diminta bantuan oleh salah seorang guru, jadi ia meminta Monica dan Alika untuk pergi ke kantin duluan.

"Gimana soal gelangnya?" Lana menoleh, lantas terlihatlah sesosok Aksa dengan tersenyum seperti biasa.

Lana yang langsung tau arah pembicaraan Aksa pun mengacungkan jempolnya mantap. "Udah gue balikin."

Aksa tergelak sejenak. "bagus deh." Lantas keduanya sama-sama terdiam, sama-sama tidak tahu akan membahas apa lagi.

Aksa sendiri tidak tahu kenapa setiap kali ia melihat Lana ia selalu saja mendekatkan diri, mencoba mengobrol walaupun nanti pada akhirnya hanya akan saling terdiam.

Selang beberapa menit berlalu. Entah mendapatkan keberanian dari mana, Aksa akhirnya buka suara. "Na, sebenernya gua su-"

Belum sempat kalimat Aksa terselesaikan, tiba-tiba muncul sosok Bagas menyela nya. "Lana, bisa ikut gua bentar?"

Lana nampak melirik ke Bagas sekilas, lantas dengan ragu-ragu ia kembali menatap Aksa. "Nanti kita lanjutin ngobrol nya. Gue pergi dulu ya, Sa." Pamitnya pada Aksa sebelum berjalan mengikuti Bagas.

Alih-alih kesal dengan Bagas, Aksa justru ingin berterimakasih kepada Bagas. Coba bayangkan bagaimana jika Aksa benar-benar mengatakannya? Hancur sudah pertemanan yang selama ini ia jaga baik-baik dengan Lana. Terkadang saat Aksa merasa sudah tidak tahan lagi, ia tanpa sadar akan kelepasan. Tentu saja itu gawat.

Aksa menepuk dadanya berulangkali. Mencoba menenangkan degup jantungnya yang berdetak kencang. Sepertinya memang belum saatnya.


























—to be continued.





















cuma mau bilang,

kadang saya capek jadi orang nolep,

tapi mau gimana lagi pren.

wkwk 😀😀











Continue Reading

You'll Also Like

195K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
113K 1.7K 23
Berisikan para ulzzang² cewe di dunia beserta namanya jangan lupa mampir ke work ku yya ! tysm <3 !
5.2K 1K 26
Ini mengenai penyesalan Jean Lee yang telat mencintai Park Sunghoon sampai akhirnya takdir berkata lain. start: 08 Des 2020 genre: Fanfiction -- AU
312 146 29
FOLLOW SEBELUM BACA❗ Menceritakan tentang seorang gadis SMA yang bernama Rachel Asyila Djuarna yang mencintai seorang lelaki yang bernama Gio Alvaro...