KKN 17

By bypnvu

868K 133K 92.7K

Bukan cerita dewasa [Side story of KKN] Thx to mbak joya for the adorable cover photo 🙏🏿 More

0.0 UGD
1.1 Grup Dewasa
1.2 Kasihan Woozi!
1.3 Rapat Kabinet
1.4 Observasi
1.5 The Hunger Games
1.6 Yoongi Namanya
1.7 Pesugihan?!
1.8 Gibahan Dosen
1.9 Teori Konspirasi
2.1 Pagi Kelabu
2.1.1 Yah, Namanya juga Hidup!
2.1.2 Sinetron Malam
2.2 Sudah Pagi
2.3 Awal Kegiatan
2.4 Dia Aneh
2.5 Curi Pandang Curi Rasa
2.5.1 Kenapa Harus Peduli?!
2.6 Pagi Bersama Sandi Morse
2.6.1 Menghilang
2.6.2 Gulana
2.6.3 Gundah
2.6.4 Ayo Marah
2.6.5 Hari Teletabis
2.7 Rumah Kita
2.7.1. What Happen dengan Woozi?
2.7.2 Ternyata...
2.8 Hdp krs yg mpk ksr
2.8.1 Kamu adalah Kodomo
2.8.2 Sebalut Sembilu
2.9 Level Persahabatan
2.9.1 Kesaksian
3.1 Antara Kupu-kupu dan Lemper
3.2 Oh Mantan...
3.2.1 Gifted
3.2.2 Life is Short
3.2.3 Butterfly has come
3.3 Inang
3.4 Hari Ini
3.5 Titipan
3.6 Toleransi
3.7 Ayah dan Abi
3.8 Orang Baik
3.9 Tragedi Gebrak Meja

3.4.1 Mamah Prostitusi

9.1K 2K 1.1K
By bypnvu

Hi, apa kabar? Gak nyangka udah tahun baru aja, apa harapanmu di tahun 2022 ini?

-Jika memiliki satu anak kamu adalah ibu, dua anak masih tetap ibu, kalau sebelas anak namanya pelatih sepak bola.- Mamah Chungha sang pelatih U21.

Malam temaram pun tiba, para mantan anggota Sindikat Penjualan Organ dalam Manusia plus DPL-nya berkumpul di ruang tengah posko untuk melaksanakan diskusi rutin.

"Bismillah, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" salam pembuka yang diucapkan Momo, selaku moderator pada diskusi malam hari ini.

Woozi sengaja menunjuk mereka secara bergilir untuk menjadi moderator, agar mereka yang tidak pernah ikut kegiatan organisasi jadi mengerti bagaimana cara berbicara di forum. Hitung-hitung melatih public speaking juga.

Kali ini mereka akan mengevaluasi kegiatan Yujin yang baru dilaksanakan tadi pagi. Alhamdulillah semua berjalan lancar sesuai dengan rencana, bahkan jauh lebih besar dari ekspektasi mereka.

Warga yang datang amat sangat banyak, tentu semua ini berkat Pak Jos yang mengiming-imingkan emas batangan jika warga bersedia hadir ke acara anak KKN.

Definisi holkay dermawan tanpa konten.

Langsung saja warga yang mendengar hal itu meluncur ke lapangan untuk mengikuti penyuluhan pupuk cair sederhana.

Semua mendengarkan laporan Yujin mengenai programnya dengan seksama, sedangkan Changkyun mencatat apa saja yang mereka bahas pada diskusi kali ini.

Tumben.

Iya, itu perintah Pak Yoongi, kalau bukan mana mau Changkyun melakukan tugas negara yang amat sangat berat ini.

Sontak Hoshi tertawa setelah Changkyun mendapat tugas itu. Dan tak berapa lama Pak Yoongi malah membebankan tugas rekap laporan pada Hoshi.

Tentu hal itu membuat kelompok Prostitusi jadi party party yeah, terlebih Jeka yang selalu dibenalukan oleh kedua sekretaris yang tak berguna bagi nusa bangsa dan Prostitusi Mamah Chungha itu.

Bebby membungkuk untuk menuangkan kegiatan diskusi ini ke dalam gambaran di buku sketchnya. Rambutnya terselip ke belakang telinga, memperlihatkan ABD yang menemaninya kini. Tak lupa perekam suara usang yang juga ada di dekatnya.

Sebuah tangan memindahkan perekam suara itu ke tengah perkumpulan. Sontak Bebby mendangak untuk melihat siapa pemilik tangan yang berani menjauhkan perekam suara darinya.

Dan dia langsung tersenyum saat matanya berpapasan dengan mata Woozi. Sengaja Woozi memindahkannya agar suara mereka terekam dengan jelas.

"Makasih" ujar si cantik yang dibalas senyum tipis.

"Sama-sama"

"Oh ya, Bebby mau nanya dong," Bebby duduk tegak dan berbisik tepat di telinga Woozi, yang berhasil membuat bulu kuduk si Mini goyang ngebor.

"Mau nanya apa?" balas Woozi ikut berbisik di telinga Bebby, balas dendam.

Bebby kembali berbisik di telinga Woozi, "yang jadi moderator siapa namanya?" ia harus menjepit telinga di bahu saking gelinya.

"Momo" balas Woozi yang membuat Bebby terkikik tanpa suara dan ikut menjepit telinga pada bahunya.

"Oke makasih" balasnya membungkuk lagi untuk menulis nama di atas gambar seseorang.

Woozi terkekeh lalu ikut memperhatikan Bebby sedang menulis nama yang salah.

"Beb, namanya Momo bukan Wowo" katanya membenahi.

"Loh, huruf W itu yang kaya begini kan?" tanyanya menunjuk huruf M.

Kekehan terbentuk jelas dari wajah sang ketua, dia menggeleng. "Bukan Bebby, W itu yang buka ke atas kalau M itu buka ke bawah" jelasnya dengan suara pelan.

Bebby pun mengangguk-angguk. "Oke makasih" ucapnya sembari menoleh ke arah Woozi dengan senyuman manis.

Woozi kembali mendekatkan bibir ke telinga Bebby lalu berbisik, "sama-sama" membuat Bebby terkikik. Sejujurnya Bebby merinding parah kalau ada orang yang berbisik di telinganya, jangankan berbisik, dipegang pun bulu kuduknya langsung baris-berbaris.

Keduanya sama-sama menertawakan kelakuan mereka sendiri. Hingga Zelo berdehem bermaksud menghentikan keduanya. Segera mereka melipat bibir dan fokus lagi mendengarkan Yujin yang masih berceloteh ria.

Chungha yang duduk di seberang mereka jadi tersenyum melihat interaksi keduanya. Dia senang melihat interaksi Woozi dan Bebby. Woozi bukan tipikal orang lemah lembut jika berhadapan dengan orang lain. Tapi jika itu Bebby, beda cerita. Sang ketua mini itu bagai kadal jinak yang manja pada tuannya.

"Kenapa lu senyam-senyum sendiri? Ketempelan?" bisik Jun yang kebetulan ada di sebelah Chungha.

"Mau liat yang manis-manis gak?"

"Mana?"

"Tuh" kepalanya bergerak ke arah Woozi dan Bebby yang terlihat berinteraksi lagi.

Woozi dengan sabar meringkas ulang penjelasan Yujin agar dapat dimengerti oleh Bebby. Sesekali gadis Pak Baekhyun itu menjepit telinganya ke bahu karena lagi-lagi Woozi berbicara di telinganya.

Jun ikut terkekeh melihat keduanya sangat akrab. Selama KKN tak ada yang berlaku demikian pada Bebby, terlebih sebelum mereka tahu apa yang menimpa Bebby selama ini.

Jun merasa sangat bersyukur karena pertanyaan yang selama ini membentur di kepalanya terjawab sudah, tentang keadaan Bebby yang sesungguhnya.

Semenjak Zelo menyindir Bebby tempo hari di diskusi, Jun jadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada salah satu anggota kelompoknya. Mengapa bisa ada orang yang luar biasa berani memanggil dosen hanya dengan nama, ditambah omongannya ceplas-ceplos, dan selalu bikin orang high blood alias tinggi darah.

Tapi yang lebih parahnya, bagaimana bisa Bebby selalu bersikap biasa saja saat anak-anak merundungnya?

Sejujurnya, ia juga tak enak hati saat anak-anak sering mengintimidasi Bebby dulu, walau kadang dia juga suka ikutan. Tapi beruntung semua sudah tahu bagaimana keadaan anak itu dan mulai menerima serta menyayangi Bebby dengan setengah hati seperti kecap bangkai.

"Lucu banget ya Bang Uji kalau begitu, jarang banget gue liat Bang Uji ketawa lebar" celetuk Jeka ikut masuk ke dalam obrolan. Ia pun menyandarkan kepala di bahu Chungha, membuat mamah prostitusi tersenyum kecil.

"Uji emang suka ketawa kok, lu aja yang belum kenal deket kali" balasnya.

Jeka mengangguk, "mungkin" dia mulai menyalipkan jari-jemari di tangan kiri Chungha, lalu menggenggam tangan gadis itu erat.

Anak bahasa itu melirik tangannya yang digenggam erat oleh si bungsu, hingga ia membalas genggaman itu.

Chungha mengerti apa yang anak ini rasakan, dia pasti rindu diperlakukan manja oleh ibunya. Seperti yang kalian tahu, Jeka bisa dibilang anak yang manja dan sangat dimanjakan juga oleh orang tuanya terlebih ibunya. Dan kehilang ibu pasti menjadi bom nuklir untuk Jeka.

Itulah alasan mengapa Chungha tak pernah menolak perlakuan manja dari Jeka, atau bahkan dari yang lainnya. Ia benar-benar menikmati peran sebagai Mamah Prostitusi, walau tak dibayar.

Seulas senyum kembali terbentuk di wajahnya begitu saja.

"...jadi alhamdulillah bisa dibilang penyuluhan hari ini berjalan dengan sangat lancar." closing Yujin mendapat apresiasi tepuk tangan dari yang lain.

Jujur saja mereka sendiri tidak tahu jika acara mereka akan semeriah ini, bahkan mereka sempat kelimpungan saking banyaknya orang. Beruntung mereka mendapat bala bantuan dari anak buah Pak Jos.

Sungguh Pak Jos adalah manusia dermawan idaman kaum hawa, dan mungkin juga kaum adam.

"Oh iya Pak, Insya Allah saya dapat undangan dari kelompok 14 untuk ikut membantu mereka dalam penyuluhan, kebetulan program individunya sama, tentang penyuluhan pupuk cair sederhana" kata Yujin saat mendapat chat dari sahabatnya yang ngemis minta ditemani saat kegiatan penyuluhan.

Mana segala ngancem mau rebut Wonwoo lagi kalau gak datang.

Pak Yoongi mengangguk-angguk, "boleh, kapan emang acaranya?"

"Belum ada konfirmasi Pak, nanti saya kabarin lagi kalau dapat kabar dari dia"

Yoongi mengangguk dan mengeluarkan ponselnya, menghubungi DPL mantan kelompoknya melalui chat untuk mengkonfirmasi, bahwa anak didiknya akan ikut dalam penyuluhan tersebut.

"Kamu ke sana sama siapa?" tanya Pak Yoongi kembali memasukkan ponsel apel kegigitnya ke kantung celana seharga laptop tersebut, yang alhamdulillah belum dicuci lagi selama 4 hari kalau tidak salah.

Dia cukup khawatir jika mahasiswanya berangkat sendiri ke desa orang yang bahkan mereka sendiri tak tahu bentuknya seperti apa. Soalnya akhir-akhir ini warga kecamatan lagi digegerkan dengan berita tuyul terbang.

Asli, tuyulnya bukan bawaan dari Pak Yoongi, jadinya Yoongi takut kalau Yujin digondol tuyul. Walau kaya Ibu Tiri begini Pak Yoongi sebenarnya perhatian.

"Sama saya, Pak" sahut Wonwoo yang diangguki Pak Yoongi setuju.

"Cieee...takut pacarnya disundul macan ya makanya ditemenin" sumbu Momo yang langsung kena pelototan dari Yujin dan Wonwoo di waktu yang bersamaan.

Seketika anak Disney itu mengkerut dan mundur, membuat yang lain mengernyit bingung.

"Wah wah ada apakah gerangan wahai akhi dan ukhti?" saur Zelo menatap curiga pada keduanya.

"Iyo iki, dari yesterday wis ke smell wangi-wangi kasmaran" tambah Changkyun sambil nyengir.

"Tadi juga gue liat lu berdua mojok di semak-semak" tutur Hoshi lagi yang membuat mereka berdua menjadi bulan-bulanan anak-anak.

"Dih, dating di semak-semak, belalang sembah antum?" sahut Deka sambil menyoblos ale-ale yang dibelikan Pak Yoongi di warung Mpok Yuyun. Katanya, tadi Pak Yoongi tak sengaja lewat warung dan langsung keingat Deka waktu lihat ale-ale.

Dikata, Pak Yoongi itu aslinya baik, cuma saja kelakuannya kadang kaya jurig.

Yujin menunduk, tak tahu harus bicara apa, dia malu untuk mengungkapkan kalau dia memang ada hubungan dengan anak Pak Aceng. Tapi di sisi lain dia juga ingin teman-temannya tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka, agar tidak lagi main kucing-kucingan. Sejujurnya Yujin tidak pandai berbohong.

Matanya bergerak melirik Wonwoo, namun yang dia dapat malah tangan lelaki itu yang menggenggam tangannya erat, membuat napasnya tercekat, dia takut Wonwoo sadar kalau tangannya sudah banjir keringat hanya karena digenggam olehnya.

Mimpi apa Yujin sampai bisa dapat sosok lelaki penghibur kuburan yang tampan macam Wonwoo.

"Jadi gitu lu, Jin? Katanya setia sama Aa" goda Jun membuat yang lain tertawa.

"Ya udah berarti Jun hak milik gue ya?" tambah Momo sambil melingkarkan tangan di lengan Jun, dan sialnya Jun membalas kelakuan Momo dengan mengusap kepala gadis itu.

"Loh Neng Mo lupa? Kita kan udah pacaran waktu di depan mantannya Neng Mo" kata Zelo menyundulkan bahu Momo dengan bahunya membuat Momo mendecih, anak-anak yang lain tertawa, tak terkecuali Pak Yoongi yang juga tersenyum tipis melihat kelakuan anak didiknya.

Sedikit banyak dia mulai paham permainan anak-anak didiknya.

Anak pertanian itu ikut mendecih karena tak bisa membalas teman-temannya, apalagi Momo yang seenak udel menghakmilikkan Jun seutuhnya.

Baru saja Yujin mau bergerak untuk mengambil sebagian hak miliknya di Jun, namun Wonwoo malah menarik tangan Yujin, hingga dia jatuh ke posisi semula.

"Gak mau minta izin sama bapak megalodon?" sahut Chungha membuat anak-anak menoleh ke arah Pak Yoongi.

Lelaki pecinta buku megalodon itu menunduk, lalu berdehem untuk membersihkan tenggorokannya yang kotor.

"Sebenernya gue mau bilang sesuatu sama kalian" katanya mulai mengangkat wajah.

Kini anak-anak mengepalkan kedua tangan sembari berpangku dagu di lantai melihat Wonwoo dan Yujin geregetan.

"Apa tuh man?" tanya Hoshi sembari mengedipkan mata beberapa kali.

"Maaf pak sebelumnya, kalau saya lancang dan malah memasukkan urusan pribadi ke dalam internal kelompok, tapi..."

Yoongi yang sedaritadi hanya diam pun menganggukkan kepala sebagai tanda Wonwoo boleh melanjutkan ucapannya. Anak-anak ikut menoleh ke arah Pak Yoongi lalu ke Wonwoo ke Pak Yoongi lagi lalu ke Wonwoo lagi, begitu terus.

"...iya, saya dan Yujin sudah berpacaran"

"HAH?!" sahut mereka bersamaan, kecuali Bebby karena telat.

"Eh tunggu-tunggu ulang" sahut si manis.

"Ayo, satu dua tiga..." aba-abanya.

"HAH?!" ulang mereka bersamaan.

Yoongi hampir menyemburkan tawa melihat kelakuan mereka.

"Kok bisa, sejak kapan anjir?!" seru Woozi sampai lupa kalau dia baru saja mengeluarkan kata-kata kasar.

"Cangkeme!" serbu Changkyun memukul bibir Woozi balas dendam karena sering kena tampol kalau lagi ngomong kasar.

"Udah hampir seminggu"

"HAH SEMINGGU?!"

"ANJAY..." sahut Bebby dan Woozi tiba-tiba, membuat yang lain melongo.

Hoshi segera mengambil gelas miliknya lalu menyipratkan air ke arah Bebby dan Woozi, "Deka Jeka, ayo keluar! Jangan rasukin Bebby sama Woozi, mereka udah di jalan yang lurus!" teriaknya seperti mengusir sobat ghaib Bebby.

Woozi dan Bebby mengusap wajahnya yang terciprat air, berbeda dengan dua anak manis yang melongo karena disalahkan.

Keduanya saling bertatapan sebelum akhirnya mendekati Hoshi untuk menyiksanya.

"Terus salahin terusss, Deka lagi Jeka lagi...terussss" omel lelaki bali yang saat ini mengenakan sweater abu-abu monyet bertuliskan 'Mira posting pake cangcut, udah tau dighosting masih aja kepincut' yang mulai mengambil 1001 cara untuk menyumpal mulut Hoshi dengan gelas ale-alenya yang sudah habis.

"Ayo Dek gue bantu!" sedangkan Jeka bagian memegang tubuh Hoshi yang meronta-ronta dibantu oleh Changkyun dan Zelo.

"Aaaaa, Pak tolong Pak, saya disiksa naga indosiar!" teriak Hoshi meminta bantuan membuat Chungha harus bertindak.

Hanya dengan mengangkat buku yang sudah digulung, keributan pun cepat bubar.

"Jadi menurut bapak gimana?" tanya Wonwoo lagi pada sang DPL yang hanya diam melihat kelakuan anak didiknya kaya reog.

Lelaki yang tengah bersidekap tangan itu mengangguk, menegakkan punggung seraya berdehem. "Saya gak masalah selagi gak ngusik KKN kalian" balasnya.

"ALHAMDULILLAH!" sahut mereka lagi bersamaan sembari mengusap wajah seakan baru saja mendengar kata 'sah' dari ijab qobul.

"Ini kita kaya lagi seserahan gak sih?" celetuk Zelo.

"Tau nih, prasmanan dimana?" sahut Hoshi.

"Jangan lupa pejenya, bestai" tambah Momo memberikan flying kiss pada kedua mempelai.

Yujin terkekeh melihat kelakuan teman-temannya yang kaya lenong, tapi itu cukup membantu Yujin menahan gemetarannya, soalnya berasa lagi diajak minta restu beneran. Dia melirik lelaki di sebelahnya sambil senyum malu-malu. Akhirnya tidak perlu kucing-kucingan lagi, syukurlah.

"Oh sebentar sebentar" Yujin terlihat sibuk mencari sesuatu, lalu tiba-tiba memamerkan jarinya yang membentuk love ke arah Wonwoo dengan kedipan mata.

Anak-anak yang melihat itu pun jadi berseru, kaya ada geli-gelinya.

Wonwoo mendecih melihat kelakuan Yujin, dia buang muka, membuat Yujin menunduk lesuh.

Namun tak berapa lama ia pun merogoh sakunya lalu mengeluarkan bentuk love dari jarinya dengan ragu-ragu dan wajah datar.

Fix MBTI Yujin MLYT-B, alias MeLenYeT Buanget. Sekarang dia sudah terkapar di dinding belakang. Kini gantian anak-anak yang berjengit geli.

Karena keadaan semakin tidak kondusif akhirnya Yoongi menyudahi diskusi pada malam hari ini yang membuat anak-anak berdiri dan bersholawat, lalu berbaris untuk menyalimi Wonwoo dan Yujin yang tengah melakukan proses resepsi pernikahan.

Zelo memakai handuk untuk dijadikan kerudung, ceritanya jadi mamahnya Wonwoo, sedangkan yang bertugas jadi Pak Aceng itu Jun. Kalau Pak Yoongi pura-pura jadi bapaknya Yujin dan Momo jadi mamahnya.

Yoongi sampai geleng kepala, tak habis pikir dengan kelakuan para tumbalers millenial seperti mereka.

Selesai acara resepsi Wonwoo dan Yujin, mereka kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sebagian dari mereka ada yang sibuk membuat laporan, menonton tv, dan juga menggambar. Sedangkan Hoshi lebih memilih untuk masak mie.

Hoshi rindu makan mie, padahal sebelum Sholat Isya tadi dia sudah makan mie ayam Mang Jeonghan dua mangkok, tambahannya es degan sama es campur.

"Seperti mati lampu ya samyang, seperti mati lampuuu~"

Badannya bergerak mengikuti irama yang dia dendangkan sendiri, tak lupa sutil di tangan beralih fungsi menjadi mic.

"Cintamu tanpaku ya samyang, bagai malam tiada berlal..."

"Awas!" seru seseorang menahan pergerakan kaki Hoshi.

Mahasiswa pemerintahan itu berhenti konser dan menunduk melihat seseorang berjongkok. Ternyata itu adalah Bapak Megalodon yang menahan kakinya agar tidak menginjak paku, huft hampir saja.

"Lain kali jangan ceroboh" kata Yoongi sambil berdiri dan membuang paku yang berserakan di bawah meja kompor ke tempat sampah. Dia membuka sandal dapurnya untuk dipakai Hoshi, setelah itu dia pun keluar lewat pintu belakang yang bersebelahan dengan pintu utama.

Hoshi yang masih deg-degan hanya bisa mematung menatap kakinya yang terselamatkan. Segera dia duduk mendeprok lalu mengecupi kakinya yang baik-baik saja.

"Hampir ya ganteng kamu ketusuk paku" katanya pada kaki.

Dia menatap keluar pintu dapur, sudah tak ada Pak Yoongi di sana, mungkin beliau ada di teras. Dia sangat berterima kasih pada Pak Yoongi, karena sudah menjauhkannya dari marabahaya. Coba kalau dibalik posisinya Pak Yoongi yang hampir ketusuk paku, mungkin Hoshi tidak akan membantunya dan malah berucap syukur. Dia kan memang seharusnya jadi Antagonis kaya Malin Kundang. Tapi dari lubuk hati yang paling dalam dia benar-benar berterima kasih pada Pak Yoongi.

Ckck, dasar undur-undur Madrid.

"Ngapain lu Chi?" tanya Chungha.

"Abis ketemu bidadari pesugihan" balasnya.

"Mana?"

"Udah balik ke khayangan sama sobatnya Bebby" katanya asal.

Chungha pun geleng kepala. "Eh mienya lodoh tuh!" kata Chungha menggerakan dagu ke arah kompor saat air di panci tiba-tiba mencuat naik, segera lelaki mochi itu bangun untuk menyelamatkan mienya.

Yoongi merenggangkan kakinya sembari menyandarkan punggungnya ke dinding teras depan. Di pangkuannya sudah ada laptop yang menyala, namun tak ayal ia malah menoleh ke dalam rumah, untuk memperhatikan anak-anaknya yang masih saja ribut padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Seulas senyum terbentuk begitu saja di wajahnya.

"Kopi, pak?" tawar seseorang sembari menyerahkan secangkir kopi ke hadapan wajahnya.

Yoongi mengangkat wajah, mendapati Chungha sudah berdiri di sebelahnya. Ia menerima cangkir itu. "Makasih" katanya pelan.

Chungha mengangguk lalu ikutan duduk di sebelah Pak DPL sembari menyeruput kopinya, tak lupa mengeluarkan bunyi 'ah' yang berarti dia menikmati kopi itu.

"Disertasi bapak udah sampai mana?" tanyanya memulai perbincangan.

Yoongi menggaruk alisnya, "masih bab 1" jawabnya. Padahal masih mentok di kata pengantar.

Chungha pun mengangguk-angguk. Dia kembali menyeruput kopi susunya sambil memperhatikan anak-anak yang masih ribut di dalam.

"Susah kan pak jaga anak-anak yang kelakuannya kaya kuda lumping?" tanyanya.

Yoongi hanya memberikan senyum kecil, "lumayan" jawabnya setelah menyeruput kopi hitam buatan Chungha.

"Tapi siapa sangka, anak-anak yang kelakuannya kaya reog malah yang bikin nyaman" lanjutnya ikut menselonjorkan kaki ke arah kaki Pak Yoongi. "Saya bersyukur banget bisa ada di kelompok ini, ketemu sama bapak, ketemu sama mereka, ya walaupun harus jadi mamah prostitusi," katanya terkekeh.

Agaknya sudut bibir Yoongi bergetar mendengar penuturan Chungha. Dan ntah dorongan dari mana pula gadis itu berani berceloteh panjang pada DPL-nya.

"Bapak tau gak cita-cita saya?"

Yoongi menjengitkan satu alis.

"Saya mau jadi ibu," jawabnya mantap. Sorot matanya lurus menatap Bebby, Momo, Yujin, Jeka, Changkyun, dan Deka yang sibuk rebutan mie buatan Hoshi. "Kedengeran aneh ya pak?"

Gelengan kepala menjadi jawaban. "Gak sama sekali"

Gadis itu menghembuskan napas panjang. "Saya tahu mereka bukan anak kecil, mereka juga seumuran sama saya, tapi saya ngerasa mereka itu anak-anak saya..." telunjuknya mengitari mulut cangkir.

"Saya seneng waktu ngeliat mereka ngerengek ke saya, manja ke saya, minta makan ke saya, apalagi kadang mereka manggil saya mamah. Gak tau kenapa, saya jadi ngerasa beneran kaya ibu-ibu" lanjutnya dengan menggedikkan bahu.

Pak Dekan hanya mendengarkan, sambil sesekali menyeruput kopinya.

"Selain itu saya dapet banyak pelajaran dari kelompok ini. Saya jadi bisa ketemu orang yang gak pernah saya temuin di luar sana, dan..."

"Akhirnya saya bisa deket lagi sama sahabat saya yang sempet pecah" Dia menjilat bibirnya yang kering karena terlalu banyak bicara.

"Woozi sahabat saya, dulu kami sekelas, tapi karena satu-dua hal akhirnya saya harus pindah ke kelas ekstensi. Sejak saat itu kami gak pernah berhubungan, sampai akhirnya kami dipertemukan lagi di kelompok ini,"

Kerutan tampak jelas di kening Yoongi. Dia tak tahu kalau Woozi dan Chungha bersahabat, atau bahkan dia tak tahu kalau beberapa anggota kelompoknya saling mengenal jauh sebelum KKN. Ya, Woozi memang tak pernah cerita tentang teman-temannya, jadi dia tak tahu siapa saja yang menjadi bestie terbaik Woozi.

"Makasih ya pak, udah bikin saya ada di sini" Chungha mengangkat wajahnya, menatap kembali pada wajah putih yang terus memperhatikan setiap ceritanya.

Sang Baby Shark tersenyum sambil menunduk, memperhatikan kopinya yang masih hangat. "Bukan saya, Allah sama LPPM"

"Makasih juga buat Allah sama LPPM" tambahnya sambil terkekeh, membuat Yoongi ikut terkekeh.

Chungha ganti gaya duduk jadi bersila, menghadap langsung ke arah Pak Yoongi yang duduk bersandar di sebelahnya. Matanya berbinar melihat sang DPL.

"Pak, bapak tau gak?"

"Ya?"

"Kalau saya liat bapak, saya kaya lagi lihat almarhum bapak saya" cerita Chungha belum berakhir.

"Bapak saya meninggal karena paru-paru basah..."

Kalau saja Yoongi jahat mungkin sudah dia sahuti, 'gak nanya' tapi untung dia berhati bundadari, walau ada sedikit bumbu mak lampirnya.

Yoongi sebenarnya ingin memotong ucapan Chungha untuk tidak mengganggunya, tapi melihat jiwa cerita gadis itu sedang berkobar-kobar ia jadi tak tega untuk menolak mendengarkan ceritanya.

Anak bahasa itu mendangak menatap langit-langit atap dan tak sengaja melihat cicak sedang semedi di atasnya.

"Udah lima bulan berlalu saya gak liat ayah saya, apalagi foto-foto ayah saya mulai diturunin sama ibu saya karena ibu saya mau menikah lagi, saya merasa agak kesepian dan juga sakit hati" curhatnya yang masih Yoongi dengarkan dengan seksama.

"Tapi setelah melihat bapak, saya merasa kaya melihat ayah hadir lagi," katanya kembali menunduk. "Kadang saya iri sama orang yang masih punya ayah..."

"Kamu masih punya kok, cuma udah beda alam aja" jawab Yoongi berusaha menenangkan.

Chungha mengangguk. "Iya sih. Kadang saya marah banget sama orang yang suka bentak-bentak ayahnya, apalagi..."

"Kalau liat Woozi berlaga gak kenal sama bapak," katanya kembali menatap sang dosen. Hanya senyum kecil jawaban dari Pak Dekan. "Walau bapak bukan bapak asli Woozi, gak seharusnya Woozi begitu. Bapak udah sangat baik ngerawat Woozi dan adik-adiknya, harusnya Woozi punya belas kasihan untuk jaga sikap ke bapak" katanya yang tanpa terasa berlinang air mata.

Yoongi antara ingin tertawa atau menangis. Dia sedih mendengar cerita Chungha, tapi dia juga ingin tertawa melihat Chungha menitihkan air mata. Memang tidak lucu Chungha menangis, tapi baginya lucu jika ada yang membicarakan Woozi di hadapannya sambil menangis.

"Woozi gak pernah cerita apa-apa ke kita yang notabene adalah sahabatnya, makanya kita kaget kalau ternyata bapak itu Bapaknya Woozi." jelasnya.

"Saya ngerti dengan beban berat yang mungkin lagi Woozi rasain, ditambah saya tidak bisa bantu apa-apa..."

Yoongi menggeleng kepala. "Kamu udah membantu kok" ujarnya pelan. "Siap buat jadi pendengar Woozi aja itu udah sangat membantu" tambah Yoongi.

Dia ingat Woozi pernah berkata benci berada di hidupnya pada seseorang, dan ternyata seseorang itu adalah Chungha. Yang berarti Woozi sudah sangat percaya pada Chungha hingga berani bercerita.

"Makasih Ha, udah ada buat Uji" kata Yoongi sembari menepuk pundak Chungha ragu-ragu.

Chungha pun menarik ingusnya yang hampir meleleh, lalu mengusap air matanya yang ikut terjatuh ke atas kopi. Dia tidak tahu kenapa jadi secengeng ini.

"Makasih juga udah jadi ayah yang baik buat Uji dan adik-adiknya, dan juga buat kita. Saya janji bakal bujuk Woozi biar tetap di bawah pengasuhan bapak" kata Chungha menggenggam tangan Pak Yoongi yang ada di bahunya, membuat sang empu langsung melirik tangannya.

Jujur, di situ Yoongi sangat grogi. Dia tak pernah bersentuhan pada siapapun sejauh ini, teman-temannya memeluknya saja sudah Yoongi libas. Tapi kali ini dia menerimanya, setidaknya dia sedikit tenang mendengar ucapan Chungha. Sudah dari semenjak bertemu dengan Adnan Yoongi selalu dibayang-bayang ketakutan, dia benar-benar takut jika Woozi, Woong, dan Hwall pergi dari hidupnya, meninggalkannya, dan kembali bersama lelaki yang bahkan tak cukup baik untuk dianggap ayah mereka. Yoongi tak ingin Woozi dan Woong mendapat perlakuan yang sama lagi dari ayah mereka, atau bahkan ke Hwall yang tidak tahu tentang ayah kandungnya sendiri.

Dia menerima genggaman tangan gadis itu, lalu menepuk-nepuknya untuk menenangkan.

"Makasih" ulangnya lagi.

Sang mamah prostitusi pun terkekeh lalu menggeleng. "Gak perlu pak, kita yang banyak berhutang budi sama bapak, seharusnya kita yang bilang makasih. Bapak yang terbaik pokoknya" ujarnya sambil mengacungkan jempol.

Bibir sang megalodon ikut menukik, dia menggeleng, "gak, Ha. Jauh," ucapnya pelan. "Saya jauh dari kata baik. Jadi biar saya berperan sebagai ibu tiri kalian dan kamu berperan sebagai bundadari mereka"

Chungha terkekeh. "Bapak bukan ibu tiri, laverna, gothel, mak lampir, apalagi megalodon. Bapak sekarang udah jadi bundadari, bukan cuma buat Woozi dan adik-adiknya, tapi juga buat kita semua." ucapnya mengingat bagaimana tadi Hoshi memanggil Yoongi dengan Bundadari Pesugihan.

Chungha rasa Hoshi sudah mulai bisa menerima Pak Yoongi di antara mereka. Bahkan intensitas pergibahan mereka mengenai Pak Yoongi mulai menurun, walau kadang Hoshi masih suka menyungut sebal karena perilaku sang megalodon yang suka semena-mena.

"Tapi kalau Baby Shark Kitty Bala-bala masih?" tanyanya.

"Oh masih" jawabnya yang membuat mereka berdua tertawa pelan.

Gummy smile Yoongi terbentuk, dia mengangguk dan kembali menepuk punggung tangan anak didiknya dengan ragu.

Dia juga sebenarnya bersyukur berada di sini, bisa melihat Woozi lebih dekat, melihat anak-anak lain juga yang selalu membuatnya tersenyum walau kadang naik pitam, dan jangan lupakan kelakuan mereka yang kaya barongsai yang selalu berhasil menghibur jiwa ibu tiri seorang Yoongi Azka.

Hah, sepertinya Yoongi sudah mulai jatuh hati pada kelompoknya. Haruskah Yoongi kembali mengospek mereka?

---

Hai apa kabar kalian? Semoga baik-baik dan sehat-sehat ya.

Aku minta maaf ya udah ngeghosting kalian lama banget, mungkin sebagian dari kalian udah tau aku kenapa dari postingan IG Joyaaaa, iya aku ada sedikit masalah sama mental aku, cia mental wkwk... Dan permasalahan mental itu ternyata berpengaruh sama kehidupan dan juga dunia penulisan aku, tapi tenang aku udah ditanganin sama pihak yang tepat, dan Insya Allah aku bakal berusaha untuk coba memperbaiki semuanya, jadi aku minta dukungan dari kalian, kesabaran dari kalian, dan juga semangat dari kalian.

Aku minta maaf ya sekali lagi, dan makasih udah mau nunggu dan masih support aku, I love you somad.

Continue Reading

You'll Also Like

483K 20.9K 55
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW DULU AKUNNYA!! {Cerita ini sedang di revisi🙏🏻} **** bagaimana jika seorang gadis yang amat sempurna dengan wajah ca...
557K 45.1K 46
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
184K 12K 33
(DS) : BOYSLOVE AREA!
493K 2.6K 17
Cerita ini bagian dari @fantasibersama