Jevano William

devintasantoso

1.7M 124K 15.5K

Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebag... Еще

01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.⚠️
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41. ⛔️
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49. 🚫
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.

21.

28.5K 2.2K 190
devintasantoso

Terkejut? Tentu saja! Pemuda berhidung mancung itu kini menatap Jeffrey yang berada dihadapannya dengan tatapan yang tak bersahabat.

Merasakan suasana yang cukup canggung, di tambah aura di sekitar yang cukup membuatnya merinding, Ardan langsung saja mengajak Haikal dan Dewa untuk ikut keluar dari dalam cafe, memberikan ruang untuk anak dan ayah itu.

Roy berjalan ke arah kumpulan barista yang di kumpulkan di pojok ruangan dekat pintu masuk, menunjukkan id card miliknya ke salah satu orang yang menggunakan kemeja biru gelap, seragamnya berbeda sendiri dari yang lain, sepertinya pria kemeja biru gelap itu adalah manager di sini, ada sebuah name tag di yang tercantol di atas kantong kemeja biru gelapnya.

Ternyata benar, pria itu manager di coffee shop ini, pria yang berstatus manager cafe, langsung membaca id card milik Roy dengan seksama, pria itu langsung mengangguk patuh, dan menyuruh karyawannya untuk menunggu di luar, setelah membaca id card milik Roy yang di bawah nya tertera nama JFY GRUB.

Mereka tidak bisa membatah atau protes, nanti yang ada tempatnya bekerja dalam hitungan detik sudah hancur lebur. 

" Bisa engga sih, lu pergi jauh dari kehidupan bunda sama gw? " 

Jeffrey menatap remaja yang berada di hadapanya ini dengan lekat, kedua bola mata itu menatap tajam ke arahnya.

" Kenapa sih kalian sama sama egois?! "

Sungguh sebenernya Jeno bukanlah laki laki yang gampang menangis, jika tak percaya, tanya saja kepada sahabatnya, Jeno bahkan sangat jarang menangis di suasana sedih, tapi menangis waktu marah atau merasa tidak adil karena emosi.

Jika ia ingin menangis itupun jangan sampai terlihat oleh siapapun, Jeno sendiri lebih memutuskan agar menangis di dalam ruangan seorang diri seperti waktu itu.

Tapi untuk hari ini, biarkan air mata yang sudah ia tampung membasih kedua pipinya.

Jeno menangis, menangis di depan Jeffrey.

" Biarin gw tinggal lebih lama sama eyang uti, please.. "

Jeno melangkah mundur hingga punggungnya menabrak meja dan kursi kayu di belakangnya, ketika Jeffrey melangkah semakin mendekat ke arahnya.

" Emang kalau nunggu keputusan gw  terlalu lama ya, sampe kalian harus buat undangan terlebih dahulu tanpa sepengetahuan gw? " 

" Gw cape om. " Lirih Jeno, kepalanya menunduk, bibir bawahnya ia gigit untuk menahan suara tangisnya yang membuat dadanya malah semakin terasa sesak dan sakit.

" Jev. "

Jeffrey melangkah kembali semakin mendekatkan tubuhnya ke Jeno, Jeno yang menunduk menggeleng kecil, lalu menahan bahu Jeffrey dengan tangannya yang terlihat gemetar.

Jeno mengangkat kepalanya lalu menatap Jeffrey dengan diam, Jeffrey sontak melebarkan kedua bola matanya, ketika melihat bibir bawah milik Jeno yang sedikit mengeluarkan darah akibat di gigit oleh pemiliknya.

Tangan kekar pemilik JFY Grub itu di tepis kasar oleh Jeno, Jeffrey yang memang tidak memiliki kesabaran itu langsung saja mencengkram rahang milik Jeno dengan kencang, jari jari tangan kanannya membawa wajah Jeno lebih dekat kearahnya, dan melihat lebih jelas luka yang terdapat di bibir bagian bawah itu.

Jeno memejamkan matanya takut, tubuhnya terlihat bergetar kecil, Jeffrey melepaskan cengkraman itu dengan pelan, langsung terlihat cetakkan jari jari tangan milik Jeffrey yang terlihat memerah di daerah rahang dan sekitar pipi milik Jeno.

Duagh

Jeno dengan memberanikan diri menendang perut Jeffrey dengan kencang, membuat sang empu hanya sedikit membungkuk dan meringis kecil, tidak ada pergeseran langkah sama sekali.

" Fuck! Benci banget gw sama lu, Jeffrey! " Umpat Jeno, lalu berlari keluar.

Roy memang sengaja tidak menahan tubuh Jeno, ia memberikan sinyal lewat earpiece yang mencantol di telinga sebelah kanannya untuk memberikan perintah kepada anggota bodyguard yang di tugaskan di luar, untuk mencegat tuan mudanya yang akan kabur.

Jeffrey menyeringai kecil, merapihkan kemejanya yang sedikit kotor karena terkena sepatu milik Jeno.

" Nice kick, baby boy. "

Jeffrey tersenyum miring, lalu langsung menyusul Jeno yang pastinya akan di tahan oleh bodyguard miliknya di luar.

Jeno baru keluar dari dalam langsung di hadang oleh empat pria bertubuh besar, Jeno menyuruh mereka untuk menyingkir dari hadapannya, namun mereka hanya diam saja, membuat Jeno yang sudah terlampau kesal harus menendang salah satu dari mereka dan mengeluarkan keahliannya di bidang beladiri yaitu, Taekwondo.

Tendangan Ap Chagi selalu Jeno gunakan untuk melawan lawan, kekuatan dengan mengerahkan kaki ke depan, lurus ke arah sasaran untuk mendorong sang lawan, namun sepertinya percuma saja Jeno melawan, karna sekarang ia semakin di kepung bodyguard.

Salah satu bodyguard yang tadi kena tendangan oleh Jeno, sepertinya tidak meringis apapun, bahkan hanya terjatuh dan kembali bangun, seperti tidak terjadi apa apa.

Jeno lengah membuat kedua tangannya langsung saja di tahan oleh dua bodyguard yang lain, Jeno tentu saja memberontak, hingga lengannya sakit akibat bodyguard itu terlalu kuat memegangnya.

" LEPAS ANJING! "

" ARGHH LEPAS! "

" LEPAS GW BILANG! " Teriakkan kencang milik Jeno hanya di anggap angin lewat oleh mereka.

Tubuh Jeno sedikit di tarik oleh dua bodyguard, di bawanya mendekat ke arah mobil Jeffrey yang terparkir, Jeno terus memberontak hingga akhirnya ia melirik ke arah kumpulan pekerja cafe yang berada di dekat parkiran.

Jeno memberikan tatapan meminta tolong kepada mereka, tetapi mereka malah semakin menundukan dirinya, tidak berani menatap ke arahnya, bahkan di lingkungan sini sangat sepi tidak seperti tadi banyak orang yang lalu lalang, susah untuk Jeno meminta tolong.

Bahkan mobil milik Dewa yang tadi terparkir di depan cafe sudah tidak ada.

Jeffrey mendekat ke arah Jeno dengan Roy yang berjalan di belakangnya, Demian berlari mendekat ke arah sang tuan, lalu menyerahkan sebuah borgol berwarna silver, Jeffrey mengambilnya dengan kasar.

" Sudah cukup memberontaknya, Jevano. Tidak akan ada yang berani menolong mu. "  Ucap Jeffrey, tangannya menarik kasar kedua tangan Jeno, membuat tangan Jeno terlepas dari kedua bodyguard.

Jeno kembali memberontak, tetapi tubuhnya langsung di tahan kembali oleh Roy dari belakang, mempermudahkan Jeffrey untuk memborgol kedua pergelangan tangannya.

" LEPAS ROY! "

" ROY LEPAS ANJING! "

Berontak Jeno kembali, bahkan kini ia sengaja selalu menggerakkan tubuhnya agar Roy melepaskannya, tetapi ternyata ia salah, Roy malah semakin mempererat ketahanannya.

Salah satu anggota bodyguard datang menghampiri Jeffrey lalu memberikan sebotol air putih, Jeffrey mengambilnya lalu membuka tutup botol itu dan menyodorkannya tepat didepan Jeno.

" Kau pasti haus terus berteriak, sebaiknya minum terlebih dahulu, nanti kau boleh berteriak kembali. " Ucap Jeffrey, mendekatkan sebotol air mineral kepada mulut Jeno, tetapi Jeno menolaknya dengan membuang muka dan menepis tangan Jeffrey hingga botol itu tumpah dan terjatuh mengenai lantai parkiran.

Jeno tau pasti air mineral itu sudah di berikan obat tidur seperti waktu di sekolah, jadi ia tidak dapat mempercayainnya.

Jeffrey acuh kepada botol minuman yang sudah tumpah, Demian dan Roy saling tatap satu sama lain, seperti memberikan sebuah kode, Roy mengangguk kecil membuat Demian akhirnya mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku jasnya.

Jeno melihatnya, melihat Demian mengeluarkan sebuah suntikan dari dalam saku jasnya.

Jeno memberontak panik ketika Demian berjalan mendekat ke arahnya, Jeno menggeleng dengan kasar, kedua bola matanya sudah mengeluarkan air mata, menatap sedih ke arah Jeffrey.

" Engga please.. om.. "

" Engga mau..Roy lepass "

Jeno menangis, air mata itu berjatuhan, kepalanya menggeleng dengan kasar dan mencoba menjauh dari jangkauan Demian yang sudah berada di dekatnya.

" Engga..Demian..please.. "

Tubuh Jeno bergetar ketakutan, Jeffrey melihatnya, melihat kedua bola mata Jeno yang sudah merah dan berlinang air mata, serta sorot bola mata yang takut kepadanya.

" Lakukan, Demian. " Perintah Jeffrey mutlak.

Demian mengangguk patuh, Jeno semakin panik.

" LEPAS ROY ANJING! "

Demian di bantu oleh salah satu anggota bodyguard lain untuk menggulung lengan kanan tangan sweater hitam yang di kenakan Jeno.

" BANGSAT LEPASIN!! "

Demian sedikit kesusahan akibat Jeno sengaja terus menggerakan tubuhnya secara berutal.

" LEPA--Argh "

Jarum suntik itu akhirnya sudah masuk kedalam kulit lengan kanannya, Demian mendorong spuitnya, membuat cairan putih bening yang berada di dalamnya keluar dan masuk ke dalam tubuh Jeno.

Pandangan Jeno mendadak mulai tak jelas, mengeblur, bahkan ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah Jeffrey dan Demian yang tepat berada dihadapannya, tubuh Jeno tiba tiba melemas dan kedua bola mata yang tadinya terus mengeluarkan air mata itu sudah tertutup dengan sempurna.

Jeffrey menggendong tubuh Jeno ke dalam gendongan bridal stylenya, dan membawan tubuh Jeno untuk masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil, tubuh Jeno di pangku menyamping, dengan kepalanya yang bersender menjadikan dada bidang Jeffrey sebagai bantal.

Roy masuk ke dalam mobil, duduk di kursi belakang untuk membuka borgol yang melingkar di kedua pergelangan tangan tuan mudanya, borgol sudah terbuka dan memperlihatkan kulit pergelangan tangan Jeno yang terdapat ruam kemerahan yang melingkar.

" Saya akan memanggil dokter Dikta, tuan. " Ucap Roy.

Roy keluar dari mobil membawa borgol tersebut, lalu kembali masuk berbarengan dengan Demian yang duduk di kursi pengemudi sedangkan Roy di kursi samping pengemudi.

" Kita jalan tuan. "

Mobil yang di kendarai oleh Demian keluar dari perkarangan coffe shop tersebut.

Jeffrey mengelus ruam merah secara perlahan yang berada di kedua pergelangan tangan Jeno, sesekali Jeffrey mengecup kening Jeno sembari bergumam kata maaf.

🛡🔫

" Kita engga bakal ngikutin mobil merekakan, Dew? " Tanya Haikal, yang duduk di kursi belakang sendiri sedangkan Ardan duduk di depan samping Dewa yang sedang mengemudi.

Tadi ketika mereka bertiga keluar dari cafe, mereka langsung di suruh cepat meninggalkan area cafe oleh bodyguard milik Jeffrey, mereka hanya mengangguk patuh, dan berakhir Dewa memarkirkan kembali mobilnya di pinggir jalan depan ruko kosong yang berada tak jauh dari coffee shop elife tempat tadi.

" Engga lah ngapain, Itu urusan keluarga Jeno, kita mah engga boleh ikut campur " Ucap Dewa

" Tapi gw kasihan ngeliat Jeno, bundanya belum nikah sama om Jeffrey, tapi hidup dia udah di kekang banget.  " Ucap Ardan, yang langsung mendapat anggukkan dari Dewa dan Haikal.

" Iya, kasihan banget hidup sih kasep "

" Tapikan Jeno emang anak rumahan, keluar rumah cuman kalau mau main aja itupun jarang anjir. " Ucap Haikal.

" Tapi Jeno keluar mainnya, malem. " Balas Ardan.

" Bener juga sih "

" Padahal gw tadi mau ngajak Jeno habis ini ke sirkuit, bang Yuda nyariin tuh bocah terus " Ucap Dewa, mengetuk ngetukkan jarinya di stir mobil.

" Ngapain, sirkuit amankan ya? "

" Vino, ngajakin Jeno buat balapan, tapi di tolak terus sama Jeno, dan berakhir Vino ngerusuh di sirkuit, itu masih di sebut aman Dan? "

" Mereka maunya Jeno yang turun, sedangkan Jeno sekarang memang udah bener bener engga mau balapan lagi, turun tawarun sih hayuk dia mah, tapi kalau balapan engga yakin gw "

" Dia aja sekarang udah jarang banget mampir ke sirkuit, sampe bang Yuda bujuk gw buat dia dateng ke sirkuit tapi ya.. sekarang waktunya engga tepat banget anjir, apa lagi ada om Jeffrey, makin ribet. " Ucap Dewa

" Lagi itu, waktu lu lawan anggota Vino, lu menang dapat berapa kal? " Tanya Ardan menoleh ke belakang.

" Sepuluh juta, lima jutanya udah gw taro di panti, lima jutanya gw pegang. "

" Tadi makan emang siapa yang bayar? "

" Siapa? "

" Dewa lah, ya kali gw "

" Anjing! "

Haikal tertawa, lalu tak sengaja ia melihat ke arah kaca spion yang memperlihatkan sebuah mobil hitam berhenti di belakang tak jauh dari mobil Dewa yang terpakir. 

" Fuck! Itu bodyguardnya Jeffrey anjir nyamperin kita! " Pekik Haikal, dan melihat kembali ke belakang, benar saja beberapa orang berseragam hitam berjalan mendekat ke arahnya.

" EH KOK BISA?! "

" DEMI DIA ADA BERAPA BODYGUARD SI BABI "

" GAS DEWA GAS "

Dewa menghidupkan mobilnya dan melajukan kendaraan roda empatnya kembali menjauh dari sana, sedangkan Ardan dan Haikal terus melihat kebelakang, dan bernafas lega ketika mobil yang di kendarai Dewa sudah menjauh dari sana.

" Kayanya mobil lu udah di tandain sama Jeffrey deh Dew "

" Terus gw harus apa?! Ganti mobil apa gimana?! "

🛡🔫

Gerbang menjulang tinggi didorong kesamping oleh tukang kebun milik Harvand, gerbang itu terbuka lebar mempersilakan untuk masuknya dua mobil berwarna hitam, dan memberhentikannya tepat didepan halaman rumah.

Roy lebih dulu turun dan membukakan pintu untuk sang tuan, Jeffrey keluar dari mobil dengan Jeno yang kini berada di dalam gendongan koalanya.

Ketika Roy ingin membukakan pintu rumah, pintu berwarna coklat jati itu sudah lebih dulu di buka dari dalam, Roy serta bodyguard lainnya segera menunduk hormat kepada Harvand yang membuka pintu.

Harvand membuka pintu rumah dengan lebar, mempersilakan Jeffrey agar segera masuk kedalam rumah, sedangkan Hana dan Tiffany yang sedang duduk santai sembari berbincang ringan di ruang tengah, di kejutkan dengan kedatangan Jeffrey yang tengah menggendong tubuh Jeno.

" Mas, kenapa?! " Raut wajah Tiffany terlihat khawatir melihat putranya dalam gendongan Jeffrey dalam keadaan kedua bola matanya tertutup.

" Bawa dia ke kamar, Jeff. " Perintah Harvand yang sudah lebih dulu menaiki anak tangga.

Mengabaikan pertanyaan dari calon istrinya, dan melakukan perintah dari Harvand.

Harvand membukakan pintu kamar Jeno dengan lebar mempersilakan Jeffrey untuk masuk lebih dulu, Jeffrey masuk kedalam kamar yang bernuansa sama seperti kamar Jeno yang berada di rumah Tiffany.

Jeffrey dengan perlahan meletakan tubuh Jeno di atas ranjang, lalu menyelimutinya hingga sedada.

Tiffany duduk dipinggir ranjang, menatap khawatir putranya yang tengah memejamkan matanya dengan deru nafas yang terdengar teratur, jari lentik milik Tiffany menyentuh pelan luka yang berada di bawah bibir Jeno, dapat wanita itu rasakan bahwa kulit Jeno saat ini terasa hangat.

Tok.. Tok..

Pintu kamar yang sengaja di buka lebar itu, di ketuk pelan oleh seorang pria tampan yang mengenakan kemeja berwarna putih dengan tas kulit bewarna hitam yang ia tenteng di tangan kanannya.

" Masuk. " Perintah Jeffrey, membuat pria itu masuk kedalam kamar

" Dikta? " Harvand melihat dengan lebih jelas wajah pria yang baru saja masuk kedalam kamar cucunya.

" Lama tidak bertemu kita, Dikta " Harvand langsung saja memeluk singkat tubuh Dikta.

Dikta hanya mengangguk lalu memberikan senyum simpulnya.

" Tolong periksa cucuku, Dik " Ucap Harvand

Harvand melirik sang istri, memberikan ruang untuk Dikta dan dua sepasang kekasih itu.

Hana mengangguk kecil mengerti, sebelum keluar kamar ia mengecup kening sang cucu, lalu mengelus lembut bahu putrinya yang masih saja menatap Jeno tanpa menoleh sekalipun.

" Mamah sama papah keluar dulu ya " Ucap Hana, Tiffany mengangguk kecil.

Setelah Harvand dan Hana keluar kamar dengan menutup pintu kamar rapat.

Dikta berjalan mendekat kearah Jeno, kedua bola matanya langsung tertuju dengan luka yang berada di bawah bibir pemuda tampan yang tengah tertidur itu.

Tiffany bangkit dari duduknya, membiarkan Dikta menggantikan tempat duduknya terlebih dahulu.

Dikta membuka selimut yang menutupi tubuh Jeno lalu sedikit menarik hodie hitam di kenakan oleh pasien kecilnya, bagian pergelangan tangan yang tadinya terdapat ruam yang sangat merah kini sudah sedikit memudar.

" Aku akan memberikan salep luka di olesi sehari tiga kali, jika malemnya Jevano terkena demam, itu efek dari luka yang berada di bibirnya, biasanya efeknya tidak hanya demam, tapi bisa sariawan juga jadi wanti wanti saja, aku juga akan memberikannya baby fever. " Ucap Dikta, menutup kembali tubuh Jeno dengan selimut tebal.

" Jevano akan tersadar sebentar lagi. "

Tiffany mengangguk mengerti, Dikta berjalan mendekat kearah Jeffrey yang duduk di sofa panjang yang berada di dekat di pojok kamar.

" Sunny, akan kembali ke indoneisa kapan Dik? " Tanya Tiffany, tanpa menoleh kearah Dikta maupun Jeffrey, ia tetap menatap wajah putranya yang tertidur pulas.

" Sampai undangan yang kau sebar itu sampai di tangannya " Jawab Dikta, yang langsung mendapat kekehan kecil dari Tiffany.

" Sshh "

Ringisan kecil itu keluar dari bibir berwarna peach milik pemuda tampan yang masih memejamkan matanya, Dikta dan Jeffrey berjalan mendekat ke arah ranjang.

Dikta mengelus kening pasien mudanya yang terasa hangat.

" Hey Jevano, bangun..kau tidak kangen dengan bunda mu "

" Apa obat bius yang papah mu berikan, terlalu kuat hingga kau susah untuk membuka mata " Ucap Dikta, kembali memberikan komunikasi kepada pasien mudanya.

Jeno akhirnya membuka kedua kelopak matanya dengan berat, cahaya lampu yang terang, membuat ia kembali menutup matanya ketika silau ia rasakan, tetapi itu hanya sekian detik setelah itu Jeno kembali membuka matanya, dan merasakan pusing, dan tubuhnya yang mendadak tak enak.

" Apa yang kau rasakan sekarang, pusing? " Tanya Dikta, membuat Jeno mengangguk kecil.

Tangan Tiffany mengelus lembut rambut hitam lebat, membuat Jeno memejamkan matanya kembali, kedua bola mata yang terpejam itu mengeluarkan setetes air mata.

Tiffany tersenyum lalu menghapusnya dengan jari jari lentiknya. 

" I miss you so much " Ucap Tiffany lalu mengecup kening sang anak.



















Sekian terimakasih

Продолжить чтение

Вам также понравится

RUBBY🔞⁉️ ca

Короткий рассказ

141K 407 4
Rubby gadis sma yang gila akan belaian, saat dirinya menginjak di jenjang smp Rubby sudah mengetahui banyak tentang hal hal dewasa. Bahkan dia sering...
5.8K 1K 13
Istrinya pergi karena sudah tidak tahan dengan sikap Jay. Dia meninggalkan Jay dengan bayi mereka yang baru berusia beberapa bulan. Bisakah Jay meraw...
Kenikmatan Daniel shiningrou

Короткий рассказ

111K 1.2K 3
Oneshoot gay tentang Daniel yang memiliki memek dengan bermacam macam dominan. Jangan salah lapak-!!!