Jevano William

By devintasantoso

1.7M 124K 15.5K

Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebag... More

01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.⚠️
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41. ⛔️
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49. 🚫
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.

20.

28.4K 2.3K 157
By devintasantoso

Alunan lagu milik Meghan trainor ft Jhon legend yang berjudul Like I'm Gonna Lose You, memenuhi seluruh ruang penjuru coffee shop, bau kopi yang membuat indra penciuman begitu candu, di tambah dengan suasa cafe yang sangat tenang, pintu kaca itu terus terbuka membuat lonceng yang tergantung di atas pintu kaca berbunyi dengan nyaring.

" Atas nama ka Dewa, pesanannya ka " Ucap barista perempuan dengan rambut panjang yang di kuncir satu.

Dewa maju lalu membawa nampan berwarna coklat kayu yang berisi empat minuman yang berbeda macam rasa, di bantu dengan Haikal yang membawa nampan berwarna yang sama, hanya saja di atas nampan tersebut berisi beberapa makanan ringan macam dessert.

Mereka berdua berjalan mendekat kearah Jeno dan Ardan yang sudah menunggungnya di pojok ruangan, meja dekat kaca besar yang menjadi penghalang antara ruangan indoor dan outdoor.

Dewa dan Haikal menaru nampan itu dengan hati hati karna takut menyenggol Ardan yang kini tengah sibuk dengan sebuah canvas ukuran kecil, cat air kecil dan sepaket kuas cat yang ia bawa.

Dari mereka berempat yang memiliki bakat melukis dan menggambar hanya Ardan, dari umur enam tahun bakat Ardan ini mulai di lihat oleh kedua orang tuanya, Yaitu Rose san Chandra.

Kedua orang tuanya mendukung bakat sang anak, dengan mengikuti les melukis, serta ikut beberapa lomba yang di adakan dan meraih empat mendali emas dan perak dari berbagai lomba melukis yang Ardan ikuti.

Hingga akhirnya kini Ardan menjadi seorang guru les melukis di sebuah tempat milik kerabat kerjanya sang papah, yang berada tak jauh dari rumahnya, ia datang hanya jika ada hari luang saja tidak setiap hari, makanya mereka bertiga selalu bilang kalau Ardan memiliki tangan emas.

Berbanding sebalik dengan Haikal yang suka di bilang memiliki suara emas, karna jika Haikal menyanyi, mengeluarkan suara merduanya itu akan sangat sopan masuk ke dalam gendang telinga, membuat siapapun akan luluh mendengar suara merdunya, bahkan Haikal pernah di tawari masuk ke sebuah agensi besar, tetapi ia menolaknya dengan alesan ingin fokus bersekolah terlebih dahulu.

Dewa di juluki mata tajam seperti elang, karena ia sangat pandai memanah dengan tepat sasaran tidak pernah melenceng sedikitpun, kesukaannya dengan memanah ini di turunkan oleh Kakeknya yang dulu pernah menjadi mantan atlet memanah.

Dan Jeno di juluki memiliki kekuatan yang sangat kuat ditubuhnya, apa lagi bagian kakinya, Jeno akan sangat gampang menendang sang lawan, Jeno ini jago didalam bidang beladiri, ia sudah mengikuti les Taekwondo sejak sekolah dasar, dan waktu sekolah menengah keatas ia sudah bisa memegang sabuk merah, dan kini sudah memegang sabuk hitam, maka tidak heran jika Jeno selalu di dorong paling depan di jadikan tameng oleh sahabatnya jika sedang berantem di luar sekolah.

" Nyenggol tampol! " Ardan melirik tajam kearah Haikal ingin duduk di sampingnya.

" Galak amat pak " Ucap Haikal, lalu duduk di samping Ardan dengan hati hati.

" Emang! "

" Tumben banget lagian pake canvas, biasanya juga ipad." Ucap Dewa lalu meminum Ice americano miliknya.

Dewa salah satu manusia yang sangat suka sekali dengan americano, bahkan ia pernah memesan delapan shot ice americano tanpa water, hanya Ice dan delapan shot americano saja, membuat ketiga sahabatnya itu terkejut, bahkan mereka setelah mencoba minumman itu jantung mereka langsung berdebar sangat cepat.

Namun ketiga sahabatnya juga selalu memberikan teguran kepada Dewa agar tidak meminum minuman pahit itu terlalu sering, karna tidak baik untuk lambung.

" Buat contoh anak les sih sebenernya, kalau pake ipad kaya kurang real, jadi mending gambar di canvas "

Jeno mematikan ponsel milik Dewa setelah game yang di mainkannya kalah, lalu beralih memotong cheese cake dengan garpu kecil lalu melahapnya.

" Enak? " Tanya Dewa

Jeno mengangguk, mendorong piring kecil yang berisi dessert itu ke arah Dewa untuk ikut menyobanya.

Haikal memasukkan ponselnya, lalu melirik ke arah Ardan yang masih fokus melukis di atas canvas, hanya tinggal beberapa bagian saja yang belum di beri cat bewarna.

" Ini warna item bagus "

" Mana ada awan warna item! "

" Kalau malemkan awan warna item "

" Tapikan ini sore! "

" Yaudah warna pink berarti "

" Warna pink buat apa? "

" Buat awan "

" Sumpah mending lu diem aja deh kal, jangan buat gw emosi, serius ini mah! "

" Kan memberi saran Dan.. elu mah sih di beri saran malah kaga mao "

" Saran lu engga berguna kaya lu. " Ucap Ardan, menatap Haikal malas lalu kembali fokus kepada lukisannya sedikit lagi akan selesai.

Sudah dari dulu memang Ardan dan Haikal jika di gabungkan akan selalu meributkan suatu hal, tapi sekalinya suasana kedua hati mereka lagi menjadi satu, mereka selalu nempel seperti saklar lampu.

Suara ponsel yang berdering membuat keributan antar Haikal dan Ardan berhenti, Dewa melihat layar ponselnya yang menampilkan sebuah panggilan dari sang kekasih, pasti Naomi mencarinya karna dirinya tidak berada di sekolah.

Dewa mengangkatnya lalu mendekatkan ponselnya di daun telinga.

" Iya mi kenapa? "

" Mereka pacaran manggilnya engga papih mamih kan ya? " Tanya Jeno lalu melirik Dewa yang duduk disampingnya, dan kembali menatap Haikal dan Ardan yang duduk di depannya.

" Engga heran sih, Dewakan jamet. " Jawab Ardan lalu menyesap minumman miliknya lalu merapihkan alat lukisnya.

Dewa hanya mengangguk mengangguk kecil mendengar ocehan dari pacarnya, sesekali ia terkekeh membuat ketiga sahabatnya bergedik ngeri, dan Jeno sedikit menggeser bangkunya sedikit berjarak dengan Dewa.

" Udah bucin, engga tau tempat, anjir banget " Celetuk Haikal.

🛡🔫

Pintu berwarna coklat yang berada di hadapannya di ketuk dengan pelan, setelah mendapat izin dari sang pemilik yang berada di dalam, Roy mendorong pintu ruang kerja tersebut dan menunduk hormat kepada Jeffrey dan Harvand yang tengah duduk di sofa panjang.

" Hari ini tuan muda Jevano membolos bersama teman temannya, dan sekarang tengah berada di coffee shop Elife, Ini beberapa foto dan rekaman vidio cctv yang berada di coffee shop Elife, yang dikirimkan oleh Alex, tuan. " Ucap Roy, menyerahkan beberapa lembar foto yang sudah di cetak, dan sebuah ipad yang menunjukkan sebuah rekaman cctv.

" Anak itu benar benar nakal sekali, padahal tadi papah nganterinnya di depan sekolah " Ucap Harvand kecil lalu menyesap teh hangatnya.

Jeffrey melihat rekaman dimana keempat remaja yang masih mengenakan seragam sekolah hanya saja kemeja putihnya di tutupi oleh jaket itu tengah duduk di sebuah bangku cafe yang berada dipojok ruangan dekat kaca besar.

Rekaman cctv itu di perbesar oleh Jeffrey ke salah satu remaja yang ikut berkumpul di sana, Jeno terlihat sangat senang sekali, bahkan tertawa hingga matanya hilang.

Jeffrey memberikan kembali ipad kepada sang asistennya, lalu beralih ke lembaran cetakan foto, melihat selembaran jepretan foto yang di kirimkan oleh Alex-asisten pribadi Jevandra.

" Siapkan mobil. "

" Baik tuan. "

Roy menunduk hormat, setelah itu segera berjalan keluar ruangan.

Jeffrey bangkit dari duduknya, mengambil jasnya yang berada di gantungan jas, yang berada di pojok ruangan.

" Don't be so rude to my grandson Jeff, bring Jevano home in good condition. " Ucap Harvand, ikut bangkit dari duduknya.

" I will take my son home well, but if he rebels, I will do whatever it takes. " Ucap Jeffrey, berjalan lebih dulu keluar ruangan dan menutup pintu ruangan itu dengan pelan.

Di ruang tamu, Hana dan Tiffany asik berbincang bincang kecil di temani oleh segelas ice lemon dan brownise serta cookies yang Tiffany bawa dari rumah.

" Tiff. " Jeffrey memanggil sang kekasih.

Tiffany menoleh ketika melihat keberadaan Jeffrey yang berdiri tak jauh darinya, wanita cantik itu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat kearah Jeffrey.

" Kenapa? "

" Aku harus keluar sebentar. "

" Aku ikut. " Ucap Tiffany, yang langsung mendapat gelengan kecil dari Jeffrey.

" Kamu tunggu rumah saja. "

Tiffany mengangguk, Jeffrey mencium keningnya sebelum melangkah keluar rumah.

" Hati hati. "

Jeffrey mengangguk kecil, ia kembali melangkahkan kakinya ke depan pintu utama yang sudah di bukakan oleh Roy.

Ekspresi wajah Jeffrey seketika langsung berubah menjadi menyeramkan, keempat bodyguard yang sudah berdiri di samping mobilnya, segera menunduk hormat ke arahnya.

Pintu di bukakan salah satu dari mereka, Jeffrey masuk ke dalam mobil yang sudah ada Demian lebih dulu duduk di kursi pengemudi, sedangkan Roy baru masuk dan duduk di kursi samping pengemudi.

" Jam berapa Jevano mengaktifkan ponselnya kembali? "

" Jam delapan lewat lima pagi tadi, tuan. "

" Tuan, pengunjung cafe untuk saat ini sangat ramai, apa kita akan mengusir mereka? " Tanya Roy.

" Jevano does not like it when he is the center of attention, do you understand what i mean Roy?! "

" Baik tuan. "

Mobil hitam yang di kemudikan oleh Demian keluar gerbang meninggalkan kediaman Harvand, tiga mobil range rover berwarna hitam mengikutinya dari belakang.

Jalan raya kini terbilang cukup ramai, klakson kendaraan saling menyahut, membuat suara yang sangat bising.

Jeffrey melepas dua kancing kemeja atasnya, lalu menggulung kedua lengan panjang kemejanya hingga sesiku.

" Tidak bisa tambah cepat lagi, Demian?!! " Ucap Jeffrey, terdengar cukup keras.

" Tidak bisa tuan, jalanan kini cukup ramai. "

" Nyalahkan sirine. "

Demian mengangguk, segera menjalankan perintah dari sang tuan, asisten pribadi milik Jeandra itu menekan tombol berwarna merah yang berada di samping stir mengemudi, bunyi sirine langsung terdengar sangat kencang, membuat kendaraan yang menghalangi mobil tersebut, langsung menyingkir ke samping jalan.

Coffee shop yang di tuju terbilang cukup jauh dari rumah Harvand, menempuh sekitar dua puluh lima menit.

Dengan kecepatan mobil yang di atas rata rata dan bantuan suara sirine, membuat mereka sampai di coffee shop yang dituju hanya delapan menit saja.

Demian memberhentikan mobilnya tepat di parkiran depan coffee shop yang tengah ramai pengunjung, Roy keluar dari mobil lebih dulu, ia sedikit berbicara lewat earpiece, membuat para anggotanya langsung turun dari mobil dan mengatur posisi yang telah di tentukan.

Jeffrey keluar dari mobil setelah Roy membukakan pintu untuknya, pria berharang tegas itu sempat memperhatikan akan sekitar yang memang terlihat cukup ramai.

Para bodyguard miliknya terlihat sudah saling berjaga di setiap sisi depan coffee shop.

" Mari tuan. "

Roy berjalan lebih dulu ke arah pintu masuk coffee shop, mendorong pintu kaca itu dengan lebar, mempersilakan sang tuan untuk masuk lebih dulu.

Jeffrey masuk ke dalam coffee shop dan langsung di sambut oleh wangi harum dari biji kopi dan suara lonceng pintu kaca yang di buka.

" Yang menang pindah agama "

" Mending kalah kalau begitu! "

" Udah ayo buruan elah! "

" Gw itung yaa "

" IYA! "

" tuwagapatma! "

" KECEPETTAN JENOOO!! "

" Ssst berisik anjing! "

" Elunya bikin emosi monyet! "

" Yaudah Ardan aja yang ngitung, dia kan pinter bahasa indonesia "

" Hubungannya apa tolong... "

Jeffrey tersenyum miring ketika mendengar suara yang terdengar sangat tidak asing.

Melangkah mendekat ke arah perkumpulan keempat remaja yang tengah asik bermain sebuah game di salah satu meja cafe yang berada paling belakang, bersampingan dengan kaca besar yang menjadi penghalang antara meja cafe outdoor dan indoor.

Jeffrey kini sudah berdiri di belakang tubuh salah satu pemuda dari mereka berempat yang posisinya membelakangi pintu masuk, tidak ada yang sadar akan keberadaannya untuk saat ini, karna merekapun terlalu asik bermain game.

" Kalah kan lu Jen- "

Perkataan Haikal terpotong ketika mendangak dan melihat sosok Jeffrey yang berdiri di depannya, lebih tepatnya di belakang tubuh Jeno yang masih tidak menyadarinya.

Jeffrey menatap salah satu sahabat Jeno itu dengan sorot mata yang cukup tajam.

Haikal menyenggol lengan Ardan yang berada di sampingnya, membuat sang empu langsung menoleh ke arahnya.

Ardan menatap bingung ke arah Haikal yang seperti salah tingkah, bahkan kini Haikal sudah menunduk tak berani menatap ke depannya.

" Kenapa sih? " Tanya Ardan pelan.

" om Jeffrey, demi Allah ada om Jeffrey. " Jawab Haikal pelan.

Benar saja, ketika Ardan mendangak ia langsung bertatapan oleh mata elang milik Jeffrey yang menatapnya balik.

Ardan tersenyum kikuk kepada Jeffrey, di bawah meja, kaki milik Ardan menendang tulang kering Jeno membuat sang empu meringis kecil dan malah menatapnya dengan kesal.

" Kenapa sih?! "

" Belakang. "

" Hah apaan?! "

" Belakang. "

Jeno dan Dewa membaca gerak bibir Ardan, karna Ardan berbicara tidak ada suaranya sama sekali, sungguh, malah seperti gumaman kecil.

Jeno dan Dewa akhirnya mengerti dari gerak bibir Ardan, mereka berdua menoleh bersama ke belakang.

Melihat Jeffrey yang berdiri di belakang tubuh Jeno, dengan tatapan tajam dari mata elangnya, dan ekspresinya mukanya yang sangat terlihat dingin dan cukup menyeramkan, membuat bulu kuduk Dewa merinding.

Suara pengunjung cafe yang tak terima di paksa keluar oleh bodyguard milik Jeffrey itu terdengar, terkadang pengunjung memberontak, namun bodyguard tersebut terpaksa harus menyerat orang yang ngeyel untuk di mintanya keluar, bahkan kini keadaan dalam cafe sudah cukup berantakkan, karna bangku dan kursi kayunya tak kembali tersusun rapih akibat terkena senggolan oleh pengunjung yang di paksa untuk keluar.

Jeno yang sangat terkejut, bahkan sampai berdiri dari duduknya, membuat kursinya bergeser, kedua bola matanya menatap balik dengan tajam ke arah Jeffrey, sesekali melirik ke arah pintu masuk cafe yang sudah di jaga ketat oleh bodyguard milik Jeffrey.

" Sudah cukup bersenang senangnya, Jevano. "








































Mau nangis aja, aku engga nyangka banget kalau cerita Jevano William bakal serame ini😖🥹

Continue Reading

You'll Also Like

792K 23K 62
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...
518K 5.6K 26
Hanya cerita hayalan🙏
2.2K 80 17
hanya sepenggal cerita keluarga yang di idam idamkan semua orang, dengan kehangatan didalamnya FAMILY BROTHERSHIP OTHER CAST NEW CHAPTER PIC! PINTER...
330K 1.2K 3
Warning! 21+ Fantasi belaka Bocil minggir! Ga suka? Skip!