My Friend Is My Mama

By jungle0

5M 369K 14.1K

"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis... More

Pembukaan
πŸ’™1
πŸ’™2
πŸ’™3
πŸ’™4
πŸ’™5
πŸ’™6
πŸ’™7
πŸ’™8
πŸ’™9
πŸ’™10
πŸ’™11
πŸ’™12
πŸ’™13
πŸ’™14
πŸ’™15
πŸ’™16
πŸ’™17
πŸ’™18
πŸ’™20
πŸ’™21
πŸ’™22
πŸ’™23
πŸ’™24
πŸ’™25
πŸ’™26
πŸ’™27
πŸ’™28
πŸ’™29
πŸ’™30
πŸ’™31
πŸ’™Follow meπŸ’™
πŸ’™32
πŸ’™33
πŸ’™34
πŸ’™35
πŸ’™36
πŸ’™37
πŸ’™38
πŸ’™39
πŸ’™40
πŸ’™41
πŸ’™42
πŸ’™43
πŸ’™44
πŸ’™45
πŸ’™Selamat Hari Raya Idul FitriπŸ’™
πŸ’™46
πŸ’™47
πŸ’™48
πŸ’™49
πŸ’™50
πŸ’™51
πŸ’™52
πŸ’™53
πŸ’™54
πŸ’™55
πŸ’™56
πŸ’™
πŸ’™57

πŸ’™19

100K 6.7K 128
By jungle0

Malam harinya, Acara resepsi dihadiri oleh banyak tamu undangan yang sebagian besar dari kolega Arsya, bahkan tidak jarang Alenza juga melihat rekan-rekan Ayahnya yang juga hadir kedalam acara resepsi pernikahan Alenza dan juga Arsya. Sedangkan teman-teman Alenza yang sedari Sd hingga kuliah turut ia undang karena sedikit temannya yang  sangat dekat dengannya terutama saat Masa SMA, dimana dirinya harus berdua kemanapun bersama Divia.

Dengan gaun mewahnya, sedari tadi Alenza berdiri di samping kiri Arsya sembari tersenyum dan menyalami beberapa tamu yang memberikan selamat kepada mereka.

" Best lah lo pokoknya Len, gue tau nih.... Lo pasti udah mubal sama tugas kuliah kan makanya nikah sekarang." Julit Gloria.

Alenza sama sekali tidak menutupi pernikahannya. Bahkan satu kelasnya tau bahwa hari ini dia akan menikah, karena Alenza mengundang mereka semua untuk hadir di pernikahannya.

" Alenza gak kayak lo kali." Timpal Asiya yang berdiri disamping Gloria yang sedang menyalami Alenza.

" Kalo gini caranya gue juga mau di nikahinn." Rengek Gloria mengacuhkan Asiya di sampingnya.

Berbeda dengan Arsya yang hanya berdiri di samping istrinya dan mendengar perbincangan teman-teman Alenza.

" Emang ada yang mau nikahin lo?" Celetuk Asiya.

" Jangan gitu dong, lo menjatuhkan gue itu namanya. Gak laik lah gue. Best pren apaan tuh." Gerutu Gloria dengan wajah memberengut.

Hal itu justru membuat Asiya pura-pura menunjukkan raut ingin muntahnya saat melihat raut cemberut Gloria.

" Udahlah gue mau makan laper, Len Gue nitip Bocil- bocil Unyukkk ya, kalau bisa double, jadi ntar malem lo harus kerja keras!!!" Ujar Gloria dengan Absurd sebelum akhirnya pergi meninggalkan Alenza yang saat ini wajahnya sudah memerah padam.

" Len duluan ya, semoga pernikahan lo Sakinah Mawadah Warahmah." Ujar Asiya sebelum akhirnya menyusul Gloria yang sudah terlebih dahulu pergi.

" Aamiin."

Pandangan Alenza mengedar ke segala penjuru gedung. Terlihat keluarganya yang sedang berbincang-bincang dengan keluarga besarnya.

Alenza sama sekali tidak melihat Rani yang tak lain adalah ibu mertuanya sekarang di acara resepsi kecuali tadi pagi saat acara akad nya.

" Kamu mencari Divia?" Tanya Arsya mencoba menebak saat Alenza seolah sedang mencari seseorang.

" Eh.... Tidak Mas." Ucap Alenza dengan pelan.

" Lalu?" Tanya Arsya dengan ais terangkat satu.

" Ah itu..." Gugup Alenza.

" Papa!!" Seru Divia sembari berlari menghampiri Arsya dan juga Alenza.

Dengan gaun panjang yang dikenakannya, Divia terlihat tak kalah cantiknya dengan Alenza. Senyuman yang menghiasi wajahnya terlihat begitu berseri-seri yang menambah kecantikannya.

" Jangan lari Div." Ucap Alenza memperingati.

" Iya Ma." Jawab Divia dengan senyum sumringahnya.

Meskipun Alenza pernah mendengar Divia memanggilnya dengan sebutan Mama, tetapi rasanya sekarang sangatlah berbeda. Dulu Alenza hanya ingin membuat sahabatnya ini bahagia dengan memanggilnya 'Mama'. Tetapi sekarang, Alenza memang Menyandang status sebagai  mama sekarang ini meskipun hanya mama tiri.

" Jangan panggil aku Mama Div." Ucap Alenza dengan tenang.

Sontak ucapan Alenza membuat dua orang yang saat ini berdiri dekat dengannya menatap Alenza. Arsya yang akan membuka suaranya terhenti dengan Alenza yang melanjutkan ucapannya kembali.

" Panggil Bunda aja Div, Mama hanya untuk panggilan Tante Gea. Kamu gak keberatan kan?" Jelas Alenza.

Divia terdiam, yang sebelumnya merenggut karena Alenza yang tidak ingin dirinya panggil 'mama' tetapi kini wajah merenggut itupun tergantikan oleh senyum sumringah Divia kembali.

Alenza hanya tidak ingin panggilan yang seharusnya untuk mendiang ibu Divia digunakan olehnya, Alenza sangat menghormati mendiang Ibu Divia dan juga istri dari suaminya yang tak lain adalah Gea, untuk itu Alenza memilih untuk dipanggil 'bunda' oleh Divia. Meskipun dulu Alenza pernah memakai panggilan itu untuk menyenangkan sahabatnya, tetapi Alenza sadar dengan situasi berbeda saat ini.

" Boleh dong Bundaa." Sahut Divia mengangguk antusias.

Arsya mengulas senyum simpulnya saat mendengar penjelasan dari istri barunya. Arsya mengira Alenza berubah dan tidak ingin jika putrinya memanggilnya dengan sebutan Mama, meskipun Arsya sadar usia mereka berdua yang sama tetapi Alenza sudah menjadi istrinya sekaligus ibu tiri dari Divia.

" Oh iya pa, boleh ga Divia bawa Bunda ke para Dedemit?" Izin Divia kepada Arsya.

"Dedemit?" Ucap Alenza dengan wajah bingungnya.

Sungguh Alenza sangat bingung dengan perkataan 'dedemit' yang Divia maksudkan. Setahu Alenza selama mereka bersahabat Divia selalu menyebutkan orang-orang yang tidak ia sukai dengan julukan yang menurutnya aneh.

"Sepupu Divia." Ucap Arsya menjawab rasa kebingungan Alenza.

" Tanyakan pada Bundamu." Jawab  Arsya menanggapi pertanyaan Divia yang akan mengenalkan Alenza pada saudara sepupunya.

Kedua pipi Alenza terasa sangat panas saat Arsya memanggilnya dengan sebutan Bunda. Meskipun itu permintaan Alenza, tetapi panggilan itu seharusnya hanya digunakan untuk Divia, pada saat Arsya mengucapkannya terasa kupu-kupu sedang terbang diperutnya.

" Gimana? Bunda ikut kan?" Tanya Divia penuh harap.

" Ayo." Jawab Alenza mengangguk setuju.

Dengan senang Divia menggandeng lengan Alenza guna membantu Alenza  berjalan untuk mempermudah langkahnya yang sedikit sulit akibat terhambat oleh gaun resepsinya malam ini.

" Biar Papa." Ucap Arsya tiba-tiba dengan mengambil alih lengan Alenza untuk membantunya berjalan.

Divia hanya mengangguk dan berjalan berdampingan dengan wajah sumringahnya yang tidak pernah pudar sejak pagi tadi. Ini adalah impian Divia, memiliki seorang Ibu meskipun bukan ibu kandungnya melainkan ibu tirinya yang akan melengkapi peran sebagai orang tuanya.

Selain itu, Divia hanya tidak ingin melihat Papa nya yang telah lama dalam kesendirian, Divia sadar Papanya tentu membutuhkan seseorang disampingnya untuk mencurahkan semua hal, yang akan merawat papanya, menjaga papanya, mendampingi papanya selalu. Bahkan Divia pernah bertemu dengan Mama kandungnya di alam mimpinya, Mama nya begitu cantik dengan senyum menawannya. Tentu saja Divia langsung memeluk Mamanya itu dan mencurahkan keluh kesahnya selama ini tanpa kehadiran sosok Ibu di hidup nya.

Yang sangat jelas teringat hanya pesan terakhir dari ibunya sebelum Divia akhirnya terbangun dari tidur.

' Papa kamu masih sibuk kerja ya?' tanya Gea.

' iya Ma, sampai lupa kalau papa masih punya bidadari cantik yang nunguin dirumah.' adu Divia dengan memberengut.

' haha... Papa kamu memang pekerja keras sayang.' ucap Gea seraya mengusap rambut Divia dengan penuh kerinduannya.

' untuk itu kamu harus carikan pendamping untuk papa kamu.'lanjut Gea.

' maksud mama? Istri buat papa? Divia punya ibu tiri dong!!!" Protes Divia.

' Memang nya kenapa? Bukan kah kamu sangat ingin merasakan kasih sayang seorang ibu seperti teman-teman kamu? Di perhatikan secara langsung, disayang, dimanja......'

' tapi Divia maunya Mama yang melakukan semuanya'

' Mama tidak bisa sayang, maaf sayang.' sesal Gea dengan menunduk merasa bersalah.

' Maafin Divia ma.'

' kamu tidak salah sayang, untuk itu cari Ibu yang bisa menyayangimu sepenuh hati, serta mau menerima papa dan tentunya kamu dengan tulus. Kamu tidak kasihan dengan papa kamu? Coba kamu perhatikan baik-baik. Di usianya saat ini, papa  kamu bekerja sangat keras tanpa ada yang memberikannya perhatian, apalagi putri kesayangannya ini akan beranjak dewasa dan akan menemukan pangerannya sebentar lagi. Apa kamu tidak kasihan jika papa kamu sendirian? Setidaknya akan ada orang yang menemaninya nanti.'Ujar Gea.

' Apa yang harus Divia lakukan ma? Agar Divia tidak salah memilih pendamping baru untuk Papa?'

' kamu harus memilihnya dengan hati, rasakan seseorang yang begitu menyayangi kamu dengan tulus. Mama tahu kamu nantinya akan bisa merasakannya. '

Puing- puingan mimpi Divia saat bertemu dengan mamanya di dalam mimpi berputar sangat jelas. Semua perkataan dari Mamanya, Divia dapatkan di sosok Alenza yang begitu menyayanginya dan sangat perhatian kepadanya. Divia yakin bahwa Alenza adalah orang yang tepat untuk menghidupkan kembali keluarganya yang selama ini tanpa sosok seorang ibu ataupun istri.

💙💙💙💙💙

" Eh Om Arsya." Sapa Genta menyambut Arsya yang saat ini berjalan bersama dengan Alenza dan juga Divia kearah ke tiga anak dari kakak dan juga adik Arsya.

" Selamet Om atas pernikahannya." Ucap Zerda memberikan selamat dengan senyum lebarnya.

" Istrinya Om Arsya cantik banget, boleh kali om kenalin ke kita." Puji Genta sembari memandang Alenza.

" Iya Om kenalin dong." Sahut Zerda.

" Nyenyenyenye.... Sekarang aja kalian pada sok manis, tadi mana yang ngatain ibu tiri gue nyeremin?!!" Ketus Divia dengan berkacak pinggang.

" Bukan saya Om!!! Serius!!" Seru Genta dengan gelagapan.

" Zordan tuh Om yang mulutnya lemes banget." Lanjut Genta.

Sedangkan sang pemilik nama hanya menatap tajam dengan aura intimidasi pekatnya.

" Bagaimana dengan kuliah kalian?" Tanya Arsya menghentikan acara tuduh menuduh mereka.

" Lancar." Jawab Zordan singkat.

Zordan adalah definisi dari pria dengan minim raut wajah. Berbeda dengan kembarannya yaitu Zerda yang sangat periang.

" Divia gimana om kuliahnya? Masih joki tugas gak Om?" Julid Genta.

Dengan pukulan keras, Divia menumpahkan semua tenaganya untuk memukul bahu Genta dengan keras. Tentunya hal itu terjadi secara tiba-tiba sebelum Genta sempat menghindarkan diri sehingga bahunya terasa sangat panas karena menjadi korban pukulan Divia.

" Ah... Mantapp." Celetuk Zerda dengan nada mengejek pada Genta.

" Bangke." Umpat Genta dengan penuh perasaan terdalamnya sembari meringis kesakitan.

" Bar-bar banget lo Div." Gerutu Genta.

" Makanya jangan main-main sama anaknya Tuan Arsya." Sahut Divia dengan senyum bangganya.

" Divia, minta maaf sama Genta." Ucap Arsya.

Sejujurnya hal seperti ini bukanlah pertama kalinya terjadi, sudah menjadi kebiasaan saat cucu-cucu Zeduard sedang berkumpul.

" Maaf." Ucap Divia dengan penuh keterpaksaannya.

" Maaf lo gue tolak! Lo gak ikhlas." Sahut Genta.

" Yaudah." Jawab Divia dengan santai.

Tentu saja hal itu bukanlah yang diharapkan oleh Genta tentunya. Seharusnya Divia kembali meminta maaf, bukan malah acuh seperti ini.

" Ulang! Gue mau lo minta maaf nya di ulang bego." Gerutu Genta.

"Siapa lo nyuruh nyuruh." Ucap Divia dengan santai.

" Om Arsya bisa mungut anak kayak Divia dimana sih." Seru Genta.

" Dari kayangan dong." Sahut Divia.

Meskipun para sepupu Divia jauh lebih tua dari Alenza, entah kenapa melihat interaksi Divia dengan para sepupunya membuat hati Alenza menghangat. Mungkin ini lah awal baru kehidupan yang akan Alenza jalani.

.....enjoy💙

Continue Reading

You'll Also Like

261K 45.4K 40
Bagi Padaka Upih Maheswari, jatuh cinta pada pandangan pertama sangat mungkin terjadi termasuk ke pria kewarganegaraan Daher Reu yang sering wara-wir...
2.2M 12K 25
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
114K 5.6K 29
π™π™Šπ™‡π™‡π™Šπ™’ π™Žπ™€π˜½π™€π™‡π™π™ˆ 𝘽𝘼𝘾𝘼~ ____________πŸ•³οΈ____________ Jika ditanya apakah perpindahan jiwa keraga lain, kalian percaya? Menurut saya perc...
488K 42K 53
[COMPLETED] Beleaguered : Terkepung Meisya seorang jomlo menaun yang sedang dilanda kebingungan dengan perubahan hidupnya akhir-akhir ini. Dia mendap...