My Friend Is My Mama

De jungle0

5M 369K 14.1K

"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis... Mai multe

Pembukaan
πŸ’™1
πŸ’™2
πŸ’™3
πŸ’™4
πŸ’™5
πŸ’™6
πŸ’™7
πŸ’™8
πŸ’™9
πŸ’™10
πŸ’™11
πŸ’™12
πŸ’™13
πŸ’™14
πŸ’™15
πŸ’™16
πŸ’™17
πŸ’™19
πŸ’™20
πŸ’™21
πŸ’™22
πŸ’™23
πŸ’™24
πŸ’™25
πŸ’™26
πŸ’™27
πŸ’™28
πŸ’™29
πŸ’™30
πŸ’™31
πŸ’™Follow meπŸ’™
πŸ’™32
πŸ’™33
πŸ’™34
πŸ’™35
πŸ’™36
πŸ’™37
πŸ’™38
πŸ’™39
πŸ’™40
πŸ’™41
πŸ’™42
πŸ’™43
πŸ’™44
πŸ’™45
πŸ’™Selamat Hari Raya Idul FitriπŸ’™
πŸ’™46
πŸ’™47
πŸ’™48
πŸ’™49
πŸ’™50
πŸ’™51
πŸ’™52
πŸ’™53
πŸ’™54
πŸ’™55
πŸ’™56
πŸ’™
πŸ’™57

πŸ’™18

96.8K 7K 372
De jungle0

" Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Arsya Gensara Zeduard bin Almarhum. Andario Zeduard dengan anak saya yang bernama Alenza Putri Hartono dengan maskawinnya berupa seperangkat Alat Sholat, dan uang senilai 6.942.644.50 USD Tunai.”

" Saya Terima Nikahnya dan Kawinnya Alenza Putri Hartono binti Hartono Surya dengan mas kawinnya yang tersebut. Tunai." Dengan lantang Arsya mengucapkan ijab qabul sembari menjabat tangan Papa Alenza dengan satu tarikan nafasnya.

" Para saksi Sah?" Tanya penghulu.

" SAH!!" Seru mereka.

" Alhamdulillahirabbil'aalamiin......."

Dilanjutkan dengan doa, tidak terasa setetes air mata jatuh membasahi pipi Alenza. Status nya kini berganti menjadi istri dari Arsya Gensara Zeduard. Arsya dan Alenza menandatangani buku nikah mereka dan berkas-berkas yang akan di proses di Kantor Urusan Agama.

"Alhamdulillah Kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri, Silahkan untuk memasangkan cincin pernikahan  dijari pasangan kalian." Ujar Penghulu.

Untuk pertama kalinya Alenza memegang tangan besar Arsya dan memasangkan cincin pernikahan di jari manis kanan Arsya, setelah itu Alenza mencium punggung tangan Arsya, begitupun sebaliknya, Arsya memasangkan cincin di jari manis kanan Alenza tidak lupa mencium keningnya.

Momen-momen bahagia itu juga diabadikan oleh beberapa fotografer khusus yang telah mereka sewa. Suasana menjadi riuh tak kala keduanya tersenyum memamerkan cincin yang telah terpasang di jari mereka ke arah kamera.  

Alenza menghampiri kedua orang tuanya dan memeluk mereka.

" Selamat ya Sayang. Jadi istri sholehah yang nurut perkataan suami." Ucap Dania.

" Iya Ma."

Satu persatu keluarga dari Alenza memberikan selamat kepada mereka berdua, begitupun dengan keluarga dari Arsya. Meskipun lenza mendapatkan tatapan tidak mengenakannya dari Rani, tetapi Alenza hanya tersenyum membalas tatapan dari Ibu mertuanya itu.

" Akhirnya Len, lo jadi Mama Gue!!! Gue seneng banget len." Pekik Divia senang sembari memeluk tubuh Alenza.

Alenza meringis merasakan eeatnya pelukan Divia, Arsya yang melihatnya dengan perlahan melepaskan pelukan Divia yang sangat erat.

" Divia jangan terlalu erat." Ucap Arsya dengan wajah datar.

"Iyadehh, Divia seneng soalnya, oh iya.... Selamat Pa buat pernikahannya, Jagain sahabat Divia ya Pa, jangan sampai papa buat Alenza nangis, kalau Divia tahu!! Divia depak dari Mansion pokoknya." Ancam Divia dengan wajah yang dibuat seolah mengintimidasi.

" Yang ada kamu kali Div yang di coret dari KK." Timpal seseorang yang berdiri di belakang mereka.

Terlihat Adis yang berjalan menimpali percakapan ketiganya.

" Mama Gea dulu kenapa bisa punya temen kayak tante Adis sih, tante nyogok mama ya pasti." Sinis Divia menyipitkan kedua matanya.

" Yang ada tante yang heran, kenapa Mama dan Papa kamu bisa punya anak kayak kamu Div. Kayaknya kamu perlu tes DNA deh Div." Sahut Adis.

" Tante sana deh jauh-jauh, ini teritorial keluarga Divia ya, hushh hushhh." Usir Divia yang sudah geram dengan Tante Adis yang sangat menyebalkan menurutnya.

" Untung ada bapaknya." Gumam Adis dengan pelan yang hanya dapat di dengar oleh Divia.

Divia yang mendengarnya sontak tidak terima dengan perkataan tante durjana nya ini. Tetapi dirinya hanya bisa menahannya dengan menggembungkan kedua pipinya.

"  Pak Tua selamat ya atas pernikahannya, semoga langgeng dan cepet-cepet di berikan momongan." Ucap Adis memberikan selamat pada Alenza dan juga Arsya.

" Hm." Deham Arsya pelan.

Karena merasa tidak enak dengan Adis yang hanya mendapat dehaman singkat dari suaminya, akhirnya Alenza membuka suaranya.

" Terima kasih tante atas doanya, tante Adis nanti malam jangan lupa hadir di acara resepsinya." Ujar Alenza dengan sopan.

" Pasti dong cantik, setelah ini jangan ke kamar ya Len, takutnya kamu diterkam duluan sama Tua Bangka sebelum acara resepsi." Celetuk Adis berjalan menjauh.

Ucapan Adis tentu mampu membuat kedua pipinya memerah merona, tidak banyak yang hadir pada acara ijab qabulnya, hanya keluarga besar Arsya dan Alenza yang hadir serta beberapa kerabat dekat mereka.

💙💙💙💙💙

Acara Sakral ijab qobul telah selesai beberapa jam yang lalu, dan sekarang tepat pukul dua siang Alenza sedang bermalas-malasan diatas kasurnya, mengenakan baju hariannya serta badan yang tengkurap, dengan posisi kepala yang miring ke arah kiri menyuguhkan pemandangan melalui jendela di kamarnya sehingga pipi kirinya saat ini menyatu dengan bantal.

Acara ijab qobul benar-benar menguras perasaan campur aduk nya.  Sedangkan Arsya saat ini sedang pergi  ke suatu tempat yang Alenza tidak ketahui sejak sepuluh menit acara ijab qabul selesai. Suaminya itu hanya berpamitan singkat dengannya hingga sampai sekarang pun belum juga kunjung pulang.

Alenza memiliki waktu beberapa jam kemudian untuk berdandan dan berangkat ke hotel tempat acara resepsinya dilangsungkan. Untuk itu Alenza memanfaatkan waktunya untuk bermalas- malasan diatas kasurnya.

" Aaaa." Pekik Alenza terkejut saat tubuhnya terangkat dan berbalik.

" Sejak kapan kamu tengkurap." Ucap Arsya yang saat ini mengungkungnya dengan kedua tangan besarnya.

Jarak keduanya sangat dekat dan juga intim, Alenza dibuat gugup oleh tatapan milik Arsya. Bahkan kedua tangannya saat ini berada dibahu Arsya karena spontanitasnya tadi.

" Minggir Om." Ucap Alenza dengan suara pelan.

Arsya bangkit dari posisinya, dan dengan cepat Alenza merubah tidurnya menjadi duduk.

" Tengkurap terlalu lama tidak baik." Ujar Arsya.

" Iya Om." Jawab Alenza dengan seadanya.

Arsya berjalan kearah kopernya, mengambil pakaiannya dan setelah itu berjalan kearah kamar mandi dalam milik Alenza, semua kegiatan yang dilakukan Arsya tidak luput dari pandangan Alenza. Suara gemercik air terdengar di telinga Alenza, sudah di pastikan jika Suaminya sedang mandi saat ini.

Hingga beberapa menit kemudian Arsya keluar dengan kaos serta celana selututnya. Pandangan Alenza terkunci saat tetesan Air masih ada di rambut hitam legam suaminya, beruntung Sang Suami yang menjadi objek pandangannya sedang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk.

" Kamu melewatkan makan siang?" Tanya Arsya dengan alis terangkat satu yang mampu menghipnotis Alenza.

" Alenza belum lapar Om." Cicit Alenza pelan saat menyadari nampan berisikan makanan siangnya belum tersentuh sama sekali diatas meja yang terletak di kamarnya.

" Kemari." Ucap Arsya singkat untuk menyuruh Alenza mengikutinya duduk diatas sofa, sebelum itu Arsya terlebih dahulu meletakkan handuknya.

Tanpa banyak berkata, Alenza bangkit dari tidurnya dan duduk di samping suaminya dengan rasa gugup yang sedari tadi belum juga menghilang.

" Sekarang makan." Ucap Arsya menyerahkan piring berisikan nasi serta lauk pauk kepada Alenza.

Seperti terhipnotis Alenza menerima piring yang disodorkan oleh Arsya.

" Om Arsya sudah Makan?" Tanya Alenza pelan.

" Saya belum." Jawab Arsya singkat.

" Alenza ambilkan makan ya, Om tunggu disi.." ucap Alenza yang akan berdiri namun terunrung karena perkataan Arsya.

" Kita makan berdua." Sahut Arsya.

Alenza mengangguk pelan. Arsya mengambil alih piring ditangan Alenza. Tetapi tindakan Arsya selanjutnya sama sekali tidak terlintas dibenak Alenza, bahkan membuat Alenza terkejut saat sendok berisikan makannya tepat di depan nya saat ini dengan Arsya yang menyuapi.

" Buka." Ucap Arsya singkat meminta Alenza untuk membuka mulutnya.

Alenza membuka mulutnya membiarkan tangan besar Arsya menyuapinya dengan menggunakan sendok yang berisikan makanan.

Perlahan Alenza mengunyah makanannya, dan memperhatikan Arsya yang saat ini memakan makanannya dengan sendok yang sama, keduanya makan dengan tenang dan tentunya Arsya yang terus menyuapi Alenza hingga sepiring nasi dihabiskan oleh mereka.

" Divia sudah di hotel." Ucap Arsya memberitahu sembari meletakkan piringnya di nampan yang berada diatas meja.

" Kita kesana jam berapa Om?" Tanya Alenza.

" Bisa kamu merubah panggilan saya itu, saya tidak memaksa." Ucap Arsya.

Alenza salting mendapatkan tatapan dari Arsya yang saat ini tertuju padanya.

" Bisa.... mas." Jawab Alenza pelan.

" Setelah maghrib nanti, akan ada beberapa perias yang datang, kemungkinan kita berangkat sekitar jam setengah delapan." Ujar Arsya.

Alenza hanya mengangguk pelan. Keduanya sama-sama terdiam beberapa menit. Tidak ada obrolan yang terjadi antara keduanya.

" Istirahat. Nanti malam mungkin akan sangat melelahkan." Ucap Arsya memecah keheningan.

" Ada yang Alenza ingin tanya kan Om, eh...Mas." Ujar Alenza yang baru teringat sesuatu.

Tanpa menjawab Arsya menaikan sebelah alisnya seolah bertanya Apa?.

" Besok kita....eumm... Itu ya Mas." Ucap Alenza dengan gugup, bahkan hingga membuat rangkaian kata-kata yang sudah tersusun rapi semua menjadi hilang entah kemana.

" Honeymoon?" Timpal Arsya membantu Alenza.

" Iya." Cicit Alenza pelan sembari menunduk dan menautkan kedua jari telunjuknya.

" Divia yang mengatur semuanya." Jawab Arsya menghembuskan nafas beratnya.

Rencana- rencana Honeymoon yang sudah tersusun rapi semuanya adalah ulah Divia putrinya dan beberapa orang yang menjadi sekutunya. Bahkan tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengannya. Bukan Arsya tidak mau, hanya saja semua terlalu mendadak, bahkan dirinya baru saja diberitahu pagi tadi saat perjalanan ke rumah Alenza.

" Apa kamu keberatan? Kita bisa membatalkannya." Lanjut Arsya menatap Alenza disampingnya.

" Ehh.... Tidak Om... eh...Mas... Alenza tidak ingin Divia kecewa, dia pasti mengeluarkan uang banyak untuk mempersiapkannya." Jawab Alenza cepat dengan suara pelan diakhir kalimatnya.

" Divia menggunakan uang saya, kamu tidak perlu khawatir." Ujar Arsya.

" Tetap saja mas, uang nya akan sia-sia jadinya." Ucap Alenza.

" Jadi?" Tanya Alenza dengan alis terangkat.

" Besok kita berangkat Mas." Jawab Alenza dengan anggukan pasti.

Arsya menatap Alenza dengan tatapan intens dari sebelumnya yang membuat Alenza dilanda kegugupan kembali.

" Kamu tau tujuan Honeymoon kan." Ujar Arsya mengangkat nampan dengan piring kotor mereka dan berjalan membawanya keluar dari kamar.

Sejujurnya Arsya hanya berniat menggoda Alenza yang sudah berstatus sebagai istrinya, berbeda dengan Alenza yang saat ini masih duduk ditempatnya sembari menatap punggung tegap suaminya dengan wajah memerah menahan rasa malu.

..... enjoy💙

Continuă lectura

O să-ți placă și

390K 47.9K 57
TAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Jatuh hati sendiri: check! Patah hati sendiri: double check! Status hubungan dengan A...
513K 74K 34
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
1.5M 118K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
2.2M 309K 42
(Cerita Pilihan @WattpadChicklitID Bulan Januari 2023) Afif Akelio Ramaza Hi, Sherina. Saya udah lihat profil kamu. Bisa datang wawancara ke kantor d...