Chaewon kembali nyenderin punggungnya ke kursi panjang di dekat pantai. Udah hampir maghrib dan pencarian Chaera masih berlanjut.
Chaewon udah gak bisa nangis atau panik lagi. Chaewon cuma bisa pasrah aja. Karena udah hampir tiga jam tim SAR menyusuri pantai tempat Chaera jatuh, tapi gak ditemukan juga.
Mungkin Chaera hilang ditelan ombak, atau bisa jadi engga.
"Nih, minum dulu." Minho balik bawa empat botol air minum buat Chaewon, Felix, Hyunjin, sama Jisung.
Ini tadi untungnya Minho relasinya ada di mana mana jadi bisa langsung minta bantuan tim SAR buat nyariin Chaera.
Minho sendiri mencoba buat tenang aja meski sebenernya ada rasa sedih sama khawatir juga. Hanya saja Minho gak mau nunjukin itu karena kalau ditunjukin, gimana sama keempat anak manusia yang ada didepannya? Minho yang paling tua, jadi sebisa mungkin Minho yang jadi penguat.
"Jisung, tolong telpon bunda." Kata Chaewon. Suaranya masih gemeteran, matanya masih aja natap kosong kearah hamparan laut didepannya.
"Chaewon, lo yakin? Apa gak nunggu sampai tim SAR nemuin Chaera?" Tanya Jisung
"Hasilnya sama aja. Kalaupun ditemukan, Chaera pasti udah dalam keadaan tidak bernyawa."
Jisung natap nanar kearah Chaewon. Ya Tuhan, Jisung ga pernah nyangka hal kaya gini bakal terjadi. Apa yang bakal Jisung bilangin ke orangtua Chaera nanti?
Jisung ngerasa gagal ngelindungi Chaera. Orangtua Chaera udah nitipin anak itu ke Jisung, tapi Jisung malah teledor. Dan sekarang... Ah, Jisung gak bisa bayangin gimana reaksi orangtua Chaera pas dengar Chaera hilang ditelan ombak.
"Sung, ini bukan salah kamu. Saya tau kamu, juga Chaewon ngerasa bersalah karena udah ngerasa teledor jagain adik kalian. Tapi yang namanya takdir gak bisa diubah, Jisung." Kata Minho sambil ngusap pelan bahu Jisung
"Adek saya salah apa sih Pak sampai ngalamin hal kaya gini..."
Jisung nangis kejer juga pada akhirnya setelah dari pagi nahan tangisnya. Sedangkan Chaewon cuma bisa diem. Dua anak manusia itu sama sama sakit hatinya. Rasanya kaya dihantam sama tombak besar.
Semua terjadi begitu cepat dan tiba tiba. Padahal kemarin Chaera masih sama mereka. Masih ketawa ketawa, masih godain Jisung sama Chaewon, taunya sekarang menghilang.
Udah gak ada harapan lagi Chaera bakal ditemukan dalam keadaan selamat.
Jisung ngehela nafasnya berkai kali sebelum nelpon orangtua Chaera. Jisung bener bener gak tahu harus menyampaikan keadaannya kaya gimana.
Setelah ngatur emosinya, Jisung kemudian nelpon Jisoo.
"Halo, Sung?"
Yaampun, denger suara lembut Jisoo bikin hati Jisung trenyuh. Gimana caranya ngasih tau Jisoo tentang kondisi Chaera.
"Oh iya, Chaera mana ya? Kok dari semalem gak ada kabar? Tante telpon juga ga aktif nomernya. Jisung, adek kamu baik baik aja kan?"
"Tante, Jisung minta maaf..."
"Kamu minta maaf kenapa? Perasaan kamu gak ada salah kok sama Tante."
"Tante Jisoo..."
"...Chaera hilang ditelan ombak."
Suasana hening. Jisoo gak nyahut.
"S-sung, prank nya gak lucu."
"Tante Jisoo, Jisung gak lagi bercanda. Chaera hilang setelah jatuh dari atas tebing dan tercebur ke laut. Kejadiannya kemarin malam jam 12. Dan sampai sekarang masih dalan tahap pencarian. Tante... Kecil kemungkinan Chaera ditemukan dalam keadaan selamat."
"Jisung, Tante gak percaya kalau kamu bilang Chaera hilang. Kamu kan anaknya suka bercanda. Ini kamu lagi jahilin Tante kan? Chaera pasti ada di sana kan? Coba kasih ke Chaera handphonenya, Tante mau ngomong sama dia."
"Tante Jisoo, Jisung serius Tante. Bahkan tadi tim SAR sudah minta pihak keluarga untuk berdoa yang terbaik karena mustahil Chaera ditemukan dalam keadaan selamat."
"...Jisung."
Minho kemudian ngulurin tangannya, ngasih ke isyarat ke Jisung buat minta handphone nya. Jisung dengan tangan gemeteran ngasihin handphone nya ke Minho.
"Halo Nyonya Jisoo. Saya Lee Minho, salah satu rekan kerja Jisung sekaligus orang yang bertanggung jawab atas keselamatan seluruh pegawai perusahaan termasuk Chaera. Nyonya Jisoo, saya ingin minta maaf karena saya lalai menjaga Putri anda. Nyonya, yang dikatakan oleh keponakan anda sepenuhnya benar. Chaera jatuh ke laut jam 12 malam kemarin."
Teriakan menyakitkan punya Jisoo terdengar. Disusul sama Jisoo yang nangis histeris sambil manggil nama Chaera.
Semua yang ada disana jelas denger. Karena Jisung loudspeaker suaranya.
Suara teriakan menyakitkan punya Jisoo bikin kelima anak manusia yang ada disana ikutan nangis. Bahkan Hyunjin yang bukan siapa siapanya Chaera ikutan nangis.
Chaera anak kesayangan banyak orang. Dan tragisnya mungkin harus kehilangan nyawa karena ditelan ombak.
"Halo, Jisung? Ini Om Seokjin. Jisung, kamu ini beneran? Jelasin kenapa ini bisa terjadi Jisung. Gimana bisa kalian semua lalai menjaga Chaera?" Tanya Seokjin dengan suara gemetaran.
"Kemarin malam setelah serangkaian kegiatan, kami kembali ke hotel. Chaera pingsan setelah berantem sama suaminya. Chaera langsung dibawa ke kamar. Jisung kira Chaera sudah aman. Jadi Jisung sama Chaewon kembali ke kamar masing masing buat istirahat sama beres beres. Ternyata tengah malam Chaera keluar tanpa ngasih tau siapapun dan tanpa ngebawa handphonenya..."
Jisung ngehela pelan nafasnya. Demi apapun Jisung gak siap ngasih tau kelanjutannya ke orangtua Chaera.
"Ada saksi mata yang lihat Chaera didorong dari atas tebing dan jatuh ke laut..."
"HAH?? JATUH KE LAUT??"
"Iya, Om. Chaera jatuh ke laut kemarin jam dua belas malam. Dan sampai sekarang tim SAR masih nyari keberadaan Chaera."
"Oke, Om berangkat ke Bali sekarang."
"Om, ngga usah... Di doakan aja yang terbaik semoga Chaera bisa segera ditemukan. Dalam keadaan hidup ataupun sudah tidak bernyawa. Kita cuma bisa pasrah, Om Seokjin..." Lirih Jisung
Jisung gak bisa bayangin betapa hancurnya perasaan kedua orangtua Chaera saat ini. Dari awal Jisoo udah ngasih tau kalau perasaan Jisoo gak enak. Bahkan awalnya Jisoo gak mengizinkan Chaera ikut, tapi ngelihat anak itu seneng banget pas mau ke Bali, Jisoo akhirnya kasih izin.
Harusnya Jisung sama Chaewon bisa menjaga Chaera dengan baik. Tapi nyatanya mereka berdua lalai. Kesalahan fatal udah mereka lakukan dan sekarang Chaera menghilang. Bahkan mungkin kehilangan nyawa.
"Pak, kalau adek saya ditemukan dalam keadaan ngga bernyawa gimana, Pak? Saya bisa gila Pak Minho. Saya bisa gila." Kata Jisung kemudian nutup wajahnya pake tangan. Badan Jisung gemeteran semua.
"Jisung, semuanya sudah takdir dari Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa menerima apa yang sudah ditakdirkan. Semua yang terjadi, pasti adalah yang terbaik buat Chaera."
Jisung ngehela nafasnya sekali lagi. Dadanya bener bener kerasa sesak banget. Jisung bahkan udah kesulitan nafas.
Dari kejauhan terlihat Tim SAR menepi ke pinggir pantai. Mereka berkumpul jadi satu dan ngelepas semua atribut keamanan yang dipake.
Disini kelima anak manusia ini udah pasrah sama apapun yang bakal disampaikan sama tim SAR nanti.
Setelah semua atribut selesai dilepas, semua anggota tim SAR jalan kearah Chaewon dengan wajah sedih dan juga pasrah.
"Nyonya Chaewon, kami sudah mencari di sekeliling pantai, bahkan sampai menyelam ke dasar laut. Sudah tiga jam kami mencari keberadaan adik anda." Kata salah satu anggota Tim SAR itu.
Chaewon udah tau apa yang selanjutnya bakal disampaikan. Jadi si sulung keluarga Kim itu gak sanggup ngeluarin sepatah kata apapun. Chaewon cuma bisa megang erat tangan suaminya.
"Nyonya Chaewon, kamu minta maaf..."
Chaewon nutup matanya, nunggu kalimat paling menyakitkan yang bakal keluar dari mulut anggota tim SAR.
"...adik anda tidak ditemukan."
Tbc
Ending tergantung vote kalian ya hihi :)