My Friend Is My Mama

By jungle0

5M 369K 14.1K

"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis... More

Pembukaan
πŸ’™1
πŸ’™2
πŸ’™3
πŸ’™4
πŸ’™5
πŸ’™6
πŸ’™7
πŸ’™8
πŸ’™9
πŸ’™10
πŸ’™11
πŸ’™12
πŸ’™13
πŸ’™14
πŸ’™15
πŸ’™17
πŸ’™18
πŸ’™19
πŸ’™20
πŸ’™21
πŸ’™22
πŸ’™23
πŸ’™24
πŸ’™25
πŸ’™26
πŸ’™27
πŸ’™28
πŸ’™29
πŸ’™30
πŸ’™31
πŸ’™Follow meπŸ’™
πŸ’™32
πŸ’™33
πŸ’™34
πŸ’™35
πŸ’™36
πŸ’™37
πŸ’™38
πŸ’™39
πŸ’™40
πŸ’™41
πŸ’™42
πŸ’™43
πŸ’™44
πŸ’™45
πŸ’™Selamat Hari Raya Idul FitriπŸ’™
πŸ’™46
πŸ’™47
πŸ’™48
πŸ’™49
πŸ’™50
πŸ’™51
πŸ’™52
πŸ’™53
πŸ’™54
πŸ’™55
πŸ’™56
πŸ’™
πŸ’™57

πŸ’™16

90.2K 6.3K 48
By jungle0

Jika kalian bertanya siapakah yang paling bahagia dengan pernikahan Arsya dan Alenza, tentu saja Divia jawabannya. Bahkan tidak henti-hentinya lengkungan senyum gadis itu turun.

Pernikahan Arsya dan Alenza akan di laksanakan seminggu lagi dari hari lamaran. Tentu saja Divia yang paling antusias menyambutnya, bahkan pagi-pagi tadi Divia pergi untuk membagi-bagikan uang kepada Anak Yatim karena bentuk rasa syukurnya.

" Kapan Arsya akan menjemput kamu?" Tanya Dania saat berpapasan dengan Alenza.

" Sebentar lagi Ma, katanya Om Arsya sedang dalam perjalanan."

Pagi ini rencananya Arsya dan Alenza akan mencari baju untuk acara pernikahan mereka di salah satu butik ternama. Hal ini tentunya semakin membuat hati Alenza berdegup cepat, pernikahannya hanya tinggal menghitung hari lagi, dan statusnya akan berubah menjadi seorang istri.

" Divia ikut? Tapi dia dimana? Mama belum melihatnya." Ujar Dania yang sedari pagi belum melihat batang hidung Divia.

Pagi tadi Divia tidak ikut dalam sarapan pagi dan hanya berpamitan pergi dengan Alenza, untuk itu Dania menanyakan keberadaan Divia yang hingga saat ini belum bertemu dengan nya.

" Divia pergi ma, katanya ada urusan. Tapi nanti dia bakal nyusul kok." Jawab Alenza.

Rumah Alenza saat ini terlihat sepi, karena ini adalah hari sabtu, Ayahnya tetap berangkat bekerja, kakak keduanya Yudha sudah kembali ke kosan nya pagi tadi, serta adiknya Gara yang sudah pergi untuk latihan basket seperti biasanya.

Dan Hari ini Alenza sama sekali tidak ada Mata Kuliah untuk itu dirinya akan fitting baju pagi ini, itupun atas usulan Divia yang sangat antusias. Demi putrinya itu bahkan Arsya rela meninggalkan pekerjaannya untuk sementara waktu.

" Assalamu'alaikum"

Ketukan dan suara salam seseorang menghentikan pembicaraan keduanya.

" Wa'alaikumussalam."

" Itu Om Arsya kayaknya Ma." Ucap Alenza memberi tahu.

" Ya udah sana kamu ke depan, Mama mau buang air besar, sampaikan salam mama oke." Ujar Dania kepada Alenza.

" Alenza pamit ma. Assalamu'alaikum." Pamit Alenza mencium punggung tangan ibunya.

" Wa'alaikumussalam, hati-hati di jalan."

Alenza berjalan keluar rumah, dan mendapati Arsya yang saat ini mengenakan kaos polos merah yang dipadukan dengan celana sepanjang lututnya. Terlihat sederhana namun Alenza dapat menerka jika outfit yang dipakai papa dari sahabatnya ini mencapai jutaan rupiah, mengingat merek yang di pakai sangat tidak asing di telinganya akibat harganya yang tidak bisa dikatakan main-main  hanya untuk mendapatkan sebuah kaos.

" Maaf Alenza lama Om." Ujar Alenza memakai flat soes nya di depan rumah.

" Hm. Divia jadi pergi." Tanya Arsya dengan wajah datarnya, meskipun begitu Alenza memahami perkataan dari Calon Suaminya itu.

" Iya Om, pagi buta tadi Divia berangkat. Maaf Alenza gak bisa cegah Divia Om." Ujar Alenza disertai dengan anggukan kepalanya serta permohonan maaf diakhir kalimatnya.

" Tidak, Divia memang Keras kepala. Kita berangkat sekarang. Dimana Papa dan Mama kamu?" Ucap Arsya seolah bertanya apakah ada seseorang untuk ia pamiti.

" Papa sedang bekerja, Mama tadi mau ke kamar mandi tapi saya sudah izin pamit Om ke Mama." Jelas Alenza memberitahu.

" Ya sudah, kita berangkat sekarang."

Di dalam mobil, Arsya mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Jalanan tampak lenggang oleh pengguna jalan karena ini adalah jam kerja sehingga jalan tampak lenggang.

" Sudah sarapan." Tanya Arsya yang terdengar seperti sebuah perkataan di bandingkan pertanyaan dengan mata yang masih tertuju ke depan.

Alenza menatap Arsya di sampingnya sekilas.

" Alenza sudah Om, Om Arsya belum makan?" Tanya Alenza balik.

" Saya belum."

" Mau sarapan di tempat yang saya rekomendasi  gak Om?" Tawar Alenza spontan.

Melihat Arsya yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya, membuat Alenza meringis karena tindakan spontannya.

" Tunjukkan." Ucap Arsya.

Senyum Alenza terbit, dirinya sudah berfikiran yang tidak-tidak tentang tanggapan Arsya, dan yang lebih parahnya Arsya akan menolak tegas tawarannya.

" Lurus aja Om sejalur kok sama arah ke butik, nanti kalau sampai tempatnya Alenza bilang." Ujar Alenza.

💙💙💙💙💙

Dengan menatap orang-orang yang sedang mengantri, seulas senyum Alenza menatap satu objek orang yang berada di salah satu para pengantri. Alenza mengajak Arsya untuk sarapan di salah satu warung soto yang terkenal enaknya, dan tentunya karena banyak peminat, orang-orang harus rela antri untuk mendapatkannya, seperti yang dilakukan Arsya saat ini.

Awalnya Alenza lah yang mengantri diantara orang-orang itu, namun tiba-tiba Arsya datang untuk menggantikannya. Sempat Alenza tolak karena kemungkinan besar Ayah dari Sahabatnya itu baru pertama kali merasakan makanan pinggiran seperti ini, untuk itu Alenza  yang mengantri dan membiarkan Arsya mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka makan. Namun ternyata Arsya justru menyusulnya dan menggantikannya mengantri di sela-sela orang yang sedang dalam antrian.

" Nurut sama saya." Ucap Arsya saat Alenza yang akan menolak perkataannya untuk menggantikan posisi Alenza.

Dengan pasrah Alenza yang mencari tempat duduk untuk mereka. Meskipun terlihat ramai, para pembeli dapat memencar mencari tempat duduk yang mereka inginkan, dan kebetulan tempatnya yang sangat strategis dengan area luas serta terdapat danau kecil yang menyuguhkan pemandangan indah sembari menyantap makanan.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di tempat Arsya yang saat ini mengantri dengan tatapan datarnya. Sudah sekitar sepuluh menit dirinya berdiri hanya untuk semangkuk makanan. Rasa lapar sudah meronta-ronta di perutnya sedari tadi akibat terlalu lama mengantri. Baginya sepuluh menit menunggu adalah waktu yang sangat lama.

Arsya sengaja menggantikan Alenza mengantri dikarenakan tidak ingin jika Alenza harus mengantri bersamaan dengan para pria yang sangat dominan dalam antrian. Tentu saja Alenza tidak mengetahui alasan mengapa dirinya yang menggantikannya untuk mengantri, karena ini adalah bentuk spontanitas Arsya yang tidak suka jika Alenza berada diantara para lelaki. Ingat!! Tidak Suka hanya itu. Meskipun Arsya sangatlah risih dengan tatapan orang-orang di sekitarnya yang memandang dengan lapar seolah dirinya adalah santapan fantasi liar mereka.

" Saya mengantri hanya untuk ini." Ucap Arsya meletakkan nampan yang berisikan makanan diatas meja dan duduk tepat di samping Alenza.

" Dijamin Om gak bakal nyesel udah ngantri untuk dapat sotonya. Karena ini enak banget Om." Ujar Alenza meracik sotonya kembali dengan menuangkan sambal, tambahan kecap dan juga perasan jeruk nipis.

" Biasa saja." Komentar Arsya.

Spontan Alenza menatap pria di sampingnya. Jika dilihat kembali, Alenza sudah seperti simpanan om-om. Meskipun usia Arsya telah ditutupi oleh ketampanannya yang bahkan saat ini banyak orang yang memandang ke arah mereka terutama kaum Hawa.

" Om coba makan punya Alenza." Ujar Alenza menggeser mangkuk berisi sotonya.

" Apa bedanya." Ucap Arsya dengan satu alis yang terangkat.

" Di coba dulu Om." Jawab Alenza.

Arsya patuh dan mencoba soto milik Alenza yang telah disodorkannya.

" Kenapa beda dengan punya saya." Tanya Arsya sembari mengernyitkan dahinya saat sesuap soto masuk ke dalam mulutnya.

" Karena Alenza tambahkan beberapa bumbu lagi. Soto punya Om Arsya geser kesini, Om Arsya makan yang itu saja, Om pasti sudah lapar kan." Jelas Alenza.

Arsya menggeser soto miliknya pada Alenza dan memakan Soto milik Alenza yang sudah di tambahkan beberapa bumbu pelengkap.

" Bukan kah kamu sudah sarapan?" Tanya Arsya yang saat ini menarap Alenza yang lahap memakan soto dihadapannya.

" Sotonya terlalu menggugah iman Om." Ringis Alenza.

Arsya mengulurkan tangannya dan mengusap puncak kepala Alenza, tindakan tiba-tiba Arsya membuat Alenza membeku di tempatnya, jantungnya seolah turun di perutnya, bahkan tanpa sadar Alenza menggigit bibir dalam nya untuk menyadarkan tindakan yang di lakukan Arsya baru saja.

" Saya seperti melihat Divia di diri kamu." Ucap Arsya kembali melanjutkan makannya dengan tenang.

Fikiran Alenza saat ini berkecamuk dengan perkataan Arsya di sampingnya. Dengan segera Alenza mengenyahkan fikiran negatif yang mulai bermunculan dari pada menanyakannya pada Arsya dan kembali melahap soto miliknya.

" Selesaikan makannya cepat. Kita sudah ditunggu." Lanjut Arsya.

💙💙💙💙💙

" Nah ini nih calon pengantinnya! Papa culik sahabat Divia kemana sih?! Kenapa kalian baru nyampe?" Gerutu Divia yang saat ini berdiri menghadang di depan pintu butik.

" Papa sarapan tadi." Jawab Arsya singkat.

" Seharusnya kalian dulu yang nyampe, bukan Divia dulu.... Divia udah nung...." Gerutu Divia.

Saat Divia sibuk dengan gerutuan nya, pintu butik terbuka dangan menampilkan wanita paras cantiknya serta senyum yang menawannya.

" Ini toh calon mempelai dari Pria Tua Bangka!!" Seru Wanita itu yang tak lain adalah Adis pemilik butik yang akan menyiapkan baju pernikahan Arsya dan Alenza.

" Fiks! Putus kerja sama Pa." Kompor Divia.

" Ishh.... Kamu tuh ya Div, tadi marah-marah sama Papa kamu. Kenapa sekarang kamu malah ngomporin tante sih." Ujar Adis.

Adis merupakan salah satu teman dekat dari Gea mendiang istri Arsya saat masih berada di bangku SMA, meskipun Gea telah tiada tetapi mereka masih berhubungan baik. Bahkan Arsya tetap menanamkan modal di butik milik Adis karena dulu Gea sangat menyukai desain-desain baju milik Adis.

" Tante sih nyebelin, dari tadi Divia disini gak ada tuh nyuguhin minuman, jangankan nyuguhin, nawarin pun enggaaa!" Seru Divia.

" Kamu harus sabar batin ya cantik, punya calon anak kayak Divia." Ujar Adis menatap Alenza dengan tatapan seolah prihatin.

" Tante gak usah racunin otak calon Mama Divia dong!!!, pa ganti butik aja kita." Sahut Divia dengan wajah tertekuknya.

" Udah Div, tante Adis bercanda tadi." Timpal Alenza dengan tersenyum.

" Aduhhh.... Senyumannya ..... Si Arsya beruntung banget dapetin kamu kalau gini, tapi kamunya yang gak beruntung dapetin Tua Bangka ini." Ujar Adis menarik pelan lengan Alenza untuk masuk kedalam butiknya sebelum mendapatkan tatapan tajam yang menghunus dari Arsya yang masih berdiri.

...... enjoy💙

Continue Reading

You'll Also Like

513K 74K 34
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
2.3M 12.3K 26
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
2.2M 309K 42
(Cerita Pilihan @WattpadChicklitID Bulan Januari 2023) Afif Akelio Ramaza Hi, Sherina. Saya udah lihat profil kamu. Bisa datang wawancara ke kantor d...
390K 47.8K 57
TAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Jatuh hati sendiri: check! Patah hati sendiri: double check! Status hubungan dengan A...