My Friend Is My Mama

By jungle0

5M 369K 14.1K

"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis... More

Pembukaan
πŸ’™1
πŸ’™2
πŸ’™3
πŸ’™4
πŸ’™5
πŸ’™6
πŸ’™7
πŸ’™8
πŸ’™9
πŸ’™10
πŸ’™12
πŸ’™13
πŸ’™14
πŸ’™15
πŸ’™16
πŸ’™17
πŸ’™18
πŸ’™19
πŸ’™20
πŸ’™21
πŸ’™22
πŸ’™23
πŸ’™24
πŸ’™25
πŸ’™26
πŸ’™27
πŸ’™28
πŸ’™29
πŸ’™30
πŸ’™31
πŸ’™Follow meπŸ’™
πŸ’™32
πŸ’™33
πŸ’™34
πŸ’™35
πŸ’™36
πŸ’™37
πŸ’™38
πŸ’™39
πŸ’™40
πŸ’™41
πŸ’™42
πŸ’™43
πŸ’™44
πŸ’™45
πŸ’™Selamat Hari Raya Idul FitriπŸ’™
πŸ’™46
πŸ’™47
πŸ’™48
πŸ’™49
πŸ’™50
πŸ’™51
πŸ’™52
πŸ’™53
πŸ’™54
πŸ’™55
πŸ’™56
πŸ’™
πŸ’™57

πŸ’™11

94.7K 6.8K 81
By jungle0

Pagi ini Alenza sedang dilanda kegugupan. Pasalnya beberapa menit yang lalu Arsya baru saja datang kerumahnya dengan niatan meminta Izin kepada kedua orang tuanya untuk mendekati dirinya.

Tentu saja hal itu sedikit memunculkan kekhawatiran Alenza pada reaksi Sang papa yang sayangnya tidak bisa Alenza lihat secara langsung, dikarenakan Alenza yang harus melanjutkan acara memasak sarapan Sang ibu yang saat ini sedang ikut duduk di ruang tamu bersama dengan Papa dan juga Arsya.

" Jadi apa maksud kedatanganmu kemari?" Tanya Hartono langsung kepada Arsya.

Arsya datang hanya mengenakan kemeja putih yang ia gulung sampai kesikunya, padahal ini bukanlah pertama kalinya bagi Arsya menyambangi rumah seorang perempuan dengan niatan seriusnya, tetapi tetap saja rasa gugup itu masih ada. Apalagi dengan Arsya yang sekarang ini duduk berhadapan dengan kedua orang tua Alenza.

" Saya langsung kepada intinya Om, kedatangan saya kemari ingin meminta izin kepada Om dan juga Tante untuk melakukan pendekatan kepada putri Om yang bernama Alenza." Jelas Arsya dengan setenang mungkin.

" Kenapa kamu ingin melakukan pendekatan kepada putri saya?" Tanya Hartono kepada Arsya.

" Karena saya ingin menjalin hubungan serius dengan Alenza. Saya Seorang Duda yang mungkin Om dan tante juga sudah ketahui, Divia adalah putri saya. Pendekatan ini saya ingin lakukan untuk kembali memantapkan hati Alenza agar ia lebih yakin dengan pilihan yang nantinya Alenza putuskan, agar tidak ada keraguan lagi pada dirinya." Jelas Arsya.

" Lalu bagaimana dengan keraguan mu sendiri? Apa kamu memiliki rasa kepada putri saya?" Tanya Hartono.

" Dengan jujur saya mengatakan belum Om, tetapi bukan berarti saya mengatakan tidak memiliki rasa kepada Alenza. Untuk itu saya ingin meminta izin kepada Om dan juga tante untuk melakukan pengenalan ini, agar baik saya maupun Alenza bisa sama-sama yakin untuk melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius." Ujar Arsya.

Hartono terdiam sebentar, dengan Dania yang duduk di sampingnya sebagai pendengar.

" Berapa lama waktu untuk pengenalan itu?" Tanya Hartono.

" Saya tidak bisa menjawab dengan pasti Om, Tetapi melihat usia saya, saya tidak mungkin melakukannya terlalu lama. " Ujar Arsya.

" Tentu kamu tahu bukan jika putri saya masih dalam masa pendidikan kuliahnya. Apa kamu yakin menjatuhkan pilihanmu kepada putri saya, yang  mungkin sikapnya tidak jauh berbeda dengan kelabilan ataupun kekanakan putrimu." Tanya Hartono.

" Insya allah saya yakin, karena saya tahu Alenza memiliki sisi kedewasaannya sendiri hingga membuat Putri saya sangat menginginkan Alenza menjadi Ibu sambungnya." Jawab Arsya.

" Baiklah saya mengizinkannya." Putus Hartono

" Terima kasih Om." Ucap Arsya yang saat ini dapat menghela nafas leganya sebelum Hartono kembali melanjutkan perkataannya.

" Tapi dengan syarat." Ucap Hartono.

Arsya pun kembali menatap Hartono dengan pandangan bertanya. Sebelum mendengar perkataan yang akan Hartono ucapkan.

" Saya ingin masa pengenalan kalian berdua tidak terlalu lama dan sebatas wajarnya saja. Agar kalian tidak terlalu menimbulkan fitnah, jika kalian sudah merasa cukup. Segerakan lah." Ujar Hartono.

Arsya mengangguk mengerti, pembicaraan mereka pun berlanjut, tetapi sekarang dengan obrolan-obrolan ringan mereka, bahkan sesekali Dania menimpali percakapan yang membahas tentang pekerjaan Arsya ataupun hal lainya.

💙💙💙💙💙

Sementara itu di dapur Alenza yang saat ini sedang menata makanannya di Meja makan, tersentak saat mendapati Adiknya yang tengah berdiri mencomot tempe yang langsung ia makan.

" Dek! Makannya sambil duduk." Tegur Alenza.

Gara hanya menanggapi tegurannya dengan senyum cengengesan nya, sebelum akhirnya duduk sesuai perintah dari Alenza sang Kakak.

" Kak Alen, di depan ada tamu siapa?" Tanya Gara.

" Kepo!" Sahut Alenza.

" Calon Kak Alen ya??!!" Goda Gara.

" Apa sih dek." Ucap Alenza yang fokus menata piringnya diatas meja.

" Jangan dihabisin tempe nya, itu buat lauk sarapan, Kakak Panggil papa sama Mama dulu sebentar." Ujar Alenza.

Alenza berjalan menghampiri ketiga orang yang terlibat pembicaraan seru mereka.

" Sarapannya sudah jadi Len?" Tanya Dania saat melihat kedatangan Alenza.

" Sudah Ma." Jawab Alenza.

" Nak Arsya, ayo ikut sarapan juga." Ajak Dania.

" Iya, sekalian belajar menjadi menantu di keluarga ini." Timpal Hartono melirik Alenza, yang ingin menjahili putrinya itu. Sudah pernah dikatakan bukan jika Hartono sangat dekat dengan Alenza? Bahkan Jika diluar dirinya terlihat tegas, tetapi jika sudah bersama dengan putri yang satunya itu, dirinya terlihat sangat ingin menjahilinya.

Arsya mengangguk mengikuti sang Tuan Rumah memasuk ruang makan. Dengan Hartono sebagai pemimpin doa mereka sebelum menyantap makanan yang tersedia di atas meja. Mereka memakan makanan dengan tenang, tanpa ada satu pun yang berbicara, karena itu merupakan adab mereka saat sedang makan.

Setelah selesai sarapan, Alenza berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi ke kampus dan meminta izin untuk malam nanti dirinya menginap di rumah sakit, meskipun semalam Alenza sudah meminta izin, tetapi Alenza ingin meminta izin kembali sebelum dirinya berangkat ke kampus bersama dengan Arsya yang akan mengantarkannya.

" Alenza berangkat. Assalamu'alaikum." Pamit Alenza mencium punggung tangan kedua orang tuanya diikuti oleh Arsya.

" Wa'alaikumussalam."

" Kalian hati-hati di jalan." Ucap Dania.

Alenza memasuki mobil mewah milik Arsya dengan Arsya sendirilah yang mengendarai mobilnya.

Di dalam mobil suasana terlihat sangat hening.

" Kamu membawa apa?" Tanya Arsya memecah keheningan.

Alenza melirik sekilas pada paperbag yang berisi kotak bekal yang berada di pangkuannya. Karena menyimpulkan jika Arsya sedang bertanya tentang paper bag yang dibawa oleh nya.

" Ini makanan Om, Alenza mau titip sama Om untuk diberikan pada Divia. Kemarin Divia ingin memakan Soup daging, jadi saya buatkan pagi tadi." Ujar Alenza.

Meskipun Alenza tidak bisa mengunjungi Divia pagi ini, tetapi Alenza sangat ingin memenuhi permintaan Sahabatnya yang menginginkan Soup daging buatannya. Dan dirinya akan menitipkannya pada Arsya.

" Maaf pagi-pagi sudah membuatmu repot." Ucap Arsya.

" Sama sekali tidak merepotkan Om, saya juga senang membuatnya, apalagi untuk sahabat saya." Timpal Alenza.

" Saya dapat melihat jika kamu sangat menyayangi Divia." Ujar Arsya.

Alenza melirik Arsya yang saat ini sedang fokus menyetirkan mobilnya.

" Iya Om, Divia sahabat saya tentu saya menyayanginya."

" Kenapa?" Tanya Arsya tiba-tiba.

" Kenapa?" Beo Alenza.

" Lupakan." Ucap Arsya.

Alenza hanya mengangguk menanggapinya.

" Om menyukai MotoGP ?" Tanya Alenza saat melihat miniatur kecil yang berbentuk beberapa pembalap yang mengendarai motornya dengan nomer kebanggaan yang tertempel di depan motor dalam miniatur tersebut yang terletak di atas dashboard mobilnya.

" Hm. " Deham Arsya menjawab pertanyaan Alenza.

"Kalau Saya baru menyukainya Om. Saat lihat pembalap MotoGP dengan nomer 36 sama 20." Ujar Alenza dengan antusias.

" Joan mir dan Fabio Quartararo?" Tanya Arsya menanggapi.

" Saya gak tau namanya Om, tapi mereka masih muda, ganteng pula Om." Ucap Alenza terkikik pelan dengan rasa malu saat bercerita kepada Arsya.

Arsya terkekeh mendengar pengakuan gadis muda disampingnya itu, Alenza yang mendengar kekehan pelan Arsya, sekejab dirinya terpesona dengan ketampanan Arsya. Rahang kokoh dengan pahatan wajah yang sempurna membuat Alenza tanpa sadar mengaguminya.

" Kenapa?" Tanya Arsya saat menyadari jika Alenza sedang menatap ke arahnya dengan tatapan kagum.

" Tidak." Jawab Alenza dengan cepat sembari membuang mukanya ke arah samping karena merasa malu akibat sudah tertangkap basah mengagumi waah Arsya.

" Kamu lucu." Ucap Arsya yang membuat Alenza semakin membuang mukanya ke arah samping karena wajahnya yang saat ini memerah merona.

Mobil yang Arsya kendarai telah sampai di kampus, Alenza pamit dan menitipkan paperbag yang berisikan makanan untuk Divia.

" Saya pamit Om, Terima kasih sudah mengantarkan saya" ucap Alenza.

Arsya mengangguk pelan.

" Pulang jam berapa?" Tanya Arsya.

" Siang Om, sekitar jam 11 nanti." Jawab Alenza.

" Tunggu saya, nanti saya jemput." Ucap Arsya.

" Saya tidak menerima penolakan." Lanjut Arsya saat Alenza yang akan menolak Arsya yang akan menjemputnya.

Alenza hanya menghembuskan nafasnya pasrah.

" Assalamu'alaikum" salam Alenza.

" Wa'alaikumussalam." Jawab Arsya.

Setelah Alenza berjalan memasuki kampusnya barulah Arsya pergi meninggalkan area kampus Alenza untuk kembali ke Rumah sakit, karena selama Divia di rawat Arsya bekerja di Ruang Inap Divia sembari menjaga putrinya. Pagi tadi Arsya telah izin kepada Divia untuk keluar sebentar, dan kemungkinan besar Arsya akan mendapatkan kekesalan dari putrinya.

" Papa habis dari mana?!" Sembur Divia saat Arsya memasuki ruang rawat inap putrinya.

Dugaan Arsya benar, bahwa putrinya saat ini sedang kesal kepadanya, karena terlalu lama pergi.

" Assalamu'alaikum." Salam Arsya berjalan menghampiri Divia, mengambil mangkuk yang berada di dalam Nakas samping Brankar.

" Wa'alaikumussalam." Jawab Divia yang masih menekuk wajahnya.

" Kamu belum makan?" Tanya Arsya.

" Divia gak mau makanan rumah sakit, Papa lama Divia kan laper mau makan." Ujar Divia dengan menyilangkan kedua tangamnya di depan dada.

" Maaf, Papa bawakan Soup Daging dari sahabatmu, sekarang makan ya." Ucap Arsya.

" Dari Alenza? Lalu Alenza nya mana pa?" Seru Divia.

" Di kampus, Sahabatmu hanya menitipkan makananya saja." Ucap Arsya.

Dengan wajah kecewanya Divia kembali memberengut.

" Ayo makan Soup nya, atau mau papa Ambilkan makanan Rumah sakit?" Tawar Arsya.

Dengan cepat Divia mengambil mangkuk yang berisikan soup Daging yang sudah di siapkan oleh papanya. Beruntung Alenza menyiapkan makanan untuk Divia, yang dapat Divia langsung makan. Padahal Arsya sudah menugaskan dua bodyguard yang menjaga Divia di luar, tetapi entah kenapa Divia tidak ingin meminta bantuan mereka untuk membelikannya makanan dan memilih menunggu Arsya Sang Papa.

......enjoy💙

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 66.8K 58
Takdir itu emang kocak. Perasaan cerita tentang perjodohan itu hanya ada di film atau novel, tapi sekarang apa? Cecilia Janelle terjebak dalam sebuah...
2.2M 12K 25
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
121K 9.9K 82
Complete Story ada di Karya Karsa Buku cetaknya, bisa dicari di tokopedia dan shopee (@bebekz_hijau) Hai, Kenalan dulu... namaku Sandra Bayu Hutama...
140K 23.3K 27
Swipe right. Dua kata yang tidak asing untuk pengguna dating apps. Bermula saat Liora merasa iri dengan teman-temannya yang sudah punya pacar, akhirn...