Kelas Siluman

By iasad_

4.9K 1.1K 156

Tentang keseharian kelas XII-D dengan segala tingkah mereka. Cover : Canva Status : End Rilis : 18 Oktober 20... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45 - End

15

92 24 3
By iasad_

Atap sekolah yang ada di pikiran Faza ketika sudah tidak tahu lagi ke mana perginya Arisa.

Faza sudah mencari ke setiap sudut sekolah tapi tidak menemukan keberadaan Arisa. Mulai dari perpustakaan sampai gudang belakang yang terkenal ada kunti-nya pun dia libas, tapi tetap tak ada.

Ketika sudah tiba di tangga yang menjadi jalan satu-satunya menuju atap, ada rasa malas yang mendera ketika dia harus naik melewati tangga menuju ke sana yang curam, namun tak ada pilihan lain karena ia yakin Arisa tak akan meninggalkan lingkungan sekolah. Toh mereka anak baik-baik kan, gak mungkinlah ada jiwa - jiwa pengen mabal?

"Duar!" Zara menaruh tangannya di bahu Faza yang tengah menimbang apakah ia akan naik atau tidak.

"Ayam! Ayam! Ayam!" Faza langsung melompat-lompat karena kaget. Ketika melihat ada Zara yang sedang tersenyum di belakangnya seketika segudang umpatan langsung diluncurkan untuk gadis itu dengan mulus tanpa hambatan bak jalan tol Cipularang.

"Dia di atas?" tanya Zoya.

"Kayanya!" jawab Faza.

Tidak menunggu waktu lama Zoya langsung naik ke atas, diikuti oleh Zara dan Faza. Sesampainya di atas, benar saja Arisa sedang ada di sana menangis di sudut atap.

Zara mendekat ke arah Arisa. Ia langsung saja memeluk gadis itu, tanpa disadari air matanya ikut menetes karena melihat sahabat menangis.

"Apa yang terjadi sama lo? Lo biasanya gak cengeng kan?" taya Zara. Arisa tak menjawab. Tangisnya makin menjadi-jadi. Tangan Arisa memeluk punggung Zara dengan erat. Rasanya nyaman menangis di dada seorang teman.

Zoya yang kebetulan membawa minum langsung menyodorkan minum untuk Arisa. Gadis itu melepaskan pelukan Zara, kemudian mengambil air dari Zoya lalu meneguknya sampai habis.

Poor Zoya, lagi-lagi minumannya menjadi korban dari orang kehausan.

***

Tangisan Arisa saat ini telah berhenti. Keempat sekawan ini benar-benar membolos dari pelajaran Firza. Sekarang mereka sedang duduk berdempetan menatap ke arah jalanan yang terletak di belakang sekolah dari atas atap.

Tak ada seorang dari mereka yang berbicara. Saat ini mendengar suara kendaraan yang berlalu-lalang dari kejauhan tanpa percakapan terasa menyenangkan.

"Jadi kita beneran bolos nih?" Ucapan Zoya membuyarkan keheningan.

Semua orang mengangguk.

"Maaf. Lo semua jadi bolos gara-gara gue!" Suara Arisa masih sedikit serak akibat tadi menangis.

"No problem. Awalnya gue rasa ninggalin lo sendirian bakalan buat lo nyaman. Eh ternyata gue salah!" sahut Faza.

"Enggak. Gue aja yang lagi sensi gara-gara berfikir lo pada udah ninggalin gue. Bego emang!"

"Lo gak bego. Cuma ogeb."

"Sama aja neng!"

Kembali hening.

"Ngomong-ngomong gue lagi inscure. Akhir-akhir ini gue lagi males lihat muka sendiri. Orang-orang pada jadi glowing. Lah gue kok masih kentang! Lucunya tadi ada orang yang bilang ke gue dia gak mau lagi temenan sama gue karena ini muka. Sad emang" Arisa mulai mengeluarkan unek-unek yang mengganggunya.

"Hah? Lo cantik anjir!" Zara ngegas.

"Kalau bener gak bakalan ada yang ngomong ke gue kalau gue jelek!"

"Siapa yang ngomong? Nanti gue susul ke rumahnya!" Faza menimpali.

Arisa diam. Ia tak menjawab.

"Dengerin gue. Lo itu cantik. Jangan dengerin kata-kata orang yang mungkin iri sama kecantikan lo hingga orang itu mau membuat rasa percaya diri lo anjlok. Semua orang cantik dengan cara mereka sendiri." Ucapan Zoya membuat ketiga temannya itu menoleh ke arahnya.

"Emang deh kalau lo itu beneran ibu kita!" Ucapan Faza berhasil membuat ia mendapatkan jitakan dari Zoya.

"Dah balik yuk ah! Udah sore!" Zoya bangkit. Ia membersihkan bagian belakang roknya yang sedikit kotor.

Setelah keempat sekawan itu bangun, tiba-tiba Arisa memeluk mereka secara bersamaan.

"Terima kasih" bisik Arisa. Kegundahan di hatinya kini hilang berganti rasa lega.

Suara langkah kaki mendekati keempat manusia itu. Tiba-tiba aura-aura negatif terasa amat mendominasi hingga membuat punggung mereka merasakan hawa dingin.

"Dicariin! Ternyata lagi pada di sini! Tanggung jawab bikin encok bapak kumat!"

Ketika melihat ke belakang Firza tengah berdecak pinggang dengan mata melotot.

Keempat perempuan itu tersenyum.

"Kabur!!!" Teriak mereka berempat lalu lari sambil berpegangan tangan.

"Kalian! Berhenti woi!!!"

Begitulah guru dan murid itu kejar-kejaran seperti anak TK.

***

Keesokkan harinya di kantin sekolah Faza datang duluan karena ketiga teman yang biasanya ke kantin bareng dia lagi ada urusan sama tugas kelompok yang belum kelar.

Faza tidak sekelompok dengan mereka bertiga sehingga bisa duluan datang ke kantin.

Kantin masih sepi belum terlalu banyak orang yang datang. Bel baru saja dibunyikan hingga anak-anak baru keluar dari kelas mereka.

Faza duduk di salah satu meja menyantap bakso dan jus jeruk. Makanan yang pas untuk dimakan agar rasa kantuk ditambah mual akibat berurusan dengan tugas kelompok yang membuat kepalanya berdenyut hilang.

Niat untuk membuat pusing menghilang salah besar. Tiba-tiba dua anak kelas sebelah datang lalu duduk di belakang bangku Faza lalu menggibah sambil cekikikan mirip mbak-mbak berdaster putih penghuni pohon beringin.

Suara mereka sangat kencang sehingga meskipun kantin berisik Faza masih bisa mendengar percakapan mereka.

Merasa terganggu Faza hendak pergi kembali ke kelas, namun tiba-tiba topik ghibahan mereka menyebut-nyebut nama Arisa.

"Ih anjir kemarin gue puas banget bikin si Arisa--cewek centil keganjenan yang waktu kelas sebelas deketin cowok gue." Siapa lagi orang yang mengatakan itu jika bukan Dira. Habis Dira orang yang ada di sampingnya tertawa.

"Parah banget si lo nge-roasting-nya, mana nyebut kalau wajah dia jelek banget, tapi emang bener sih sekarang wajah dia geradakan banget." timpal Sifa, teman Dira yang duduk di sebelahnya.

"Lagian gue dendam banget sama dia. Lo masih inget kan kemarin dia keluar dari angkot jalan ke sekolah padahal jaraknya masih jauh sambil nangis? Hahaha, ngakak banget anjir. Andai kemarin gue videoin, pasti udah fyp videonya."

Sifa membuka mengambil ponsel yang dia letakkan di atas meja. "Jeng jeng jeng, gue videoin."

Meraka kembali cekakakan.

Di belakang bangku kedua gadis dengan akhlak blasteran setan, Faza mengepalkan tangannya erat-erat.

Cukup. Dia sudah tidak tahan lagi mendengar jika temannya dihina seperti itu.

Hendak Faza mengambil jus yang masih tersisa setengah untuk disiram ke kepala mereka, tiba-tiba sebuah tangan menahan Faza.

Firza datang, diam-diam tadi dia mencuri dengar jika ada orang yang sedang mengolok-olok Arisa.

Firza bergerak ke arah depan berdiri tepat di depan kedua gadis yang tengah berniat meng-upload video Arisa ke sosial media.

Direbut ponsel Sifa dengan kasar oleh Firza.

"Ooo, jadi ini ya kelakuan anak-anak jaman sekarang?"

"Apaan sih? Lo ganggu ba ...." Dira belum menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba mendadak dia tak berkutik melihat Firza yang ada di depan mereka.

Firza menghapus video Arisa di ponsel Sifa kemudian mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya.

Firza mengeluarkan ponsel lalu langsung memotret wajah Dira dan Sifa menggunakan ponselnya. Foto aib tercipta, Firza langsung memperlihatkan hasil jepretan dia pada Sifa dan Dira.

"Ini kalau diupload di akun meme cocok juga. Tenang, nanti kalian bakalan viral kok mentahan ini wajah konyol pasti banyak yang pake."

Melihat wajah Aib yang akan sangat memalukan jika dilihat oleh orang-orang, Dira langsung memohon pada Firza untuk menghapus fotonya, begitu juga dengan Sifa.

"Pak jangan Pak, jangan lakuin hal jahat itu. Saya mohon."

"Terus yang kalian lakuin pada Arisa bukan hal jahat? Oh tidak semudah itu ferguso!"

"Pak aku mohon, hapus fotonya saya akan lakuin apapun buat Bapak asal foto itu dihapus."

Sejenak anak-anak kantin melihat ke arah keributan Sifa dan Dira yang memohon kepada Firza, tapi tak lama mereka kembali fokus mengantri tak peduli dengan drama yang ada si depan mata.

"So, minta maaf ke Arisa, maka saya akan hapus foto kamu. Itu orangnya udah datang." Firza langsung menunjuk ke arah Arisa yang datang berbarengan dengan Zoya dan Zara.

Sifa dan Dira langsung berlari ke arah Arisa. Arisa menghentikan langkahnya, Zoya dan Zara kaget dengan apa yang terjadi diam di samping Arisa.

"Arisa. Gue mohon lo maafin gue."

"Gue juga Arisa. Gue ngaku salah sama Lo, gue mohon lo haru maafin gue."

Dira memegang erat bahu Arisa.

Arisa berfikir sejenak. Rasanya tak mudah jika harus memaafkan mereka semudah itu, namun dia juga sadar menyimpan dendam sama saja dengan menambah masalah hidup.

"Gue maafin."

"Terima kasih!'

Dira dan Sifa berbalik ke arah Firza.

"Iya saya hapus. Pergi sana."

Ke dua gadis itu langsung pergi.

"Ada apa?" tanya Arisa.

Faza dan Firza saling melempar tatapan.

"Gak ada apa-apa," sahut mereka dengan serempak.

***

Sabtu 11 Desember 2021
16.15
Have a nice day
See you

Continue Reading

You'll Also Like

477K 17.7K 32
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
1.3M 94.7K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
20.4K 2.6K 82
Tentang Akira dan Fero, dua adik-kakak yang kehilangan orang tua saat umur mereka bahkan belum seberapa. Akira, lelaki berumur 11 tahun yang sedari k...
719 157 26
Hal yang semua orang takuti akhirnya terjadi. Ketika ribuan mahasiswa turun ke jalanโ€-konon katanya mereka mengaku sedang "menyembuhkan negara"--para...