Strict Parents [HIATUS]

By tryzlgynx_

11.7K 1.3K 390

[FOLLOW sebelum membaca, karna info dari serita ini tertera di profil author] Cerita dimana seorang anak rema... More

Cast
Prolog
CZ 1
CZ 2
CZ 3
CZ 4
CZ 5
CZ 6
CZ 7
CZ 8
CZ 9
CZ 10
CZ 11
CZ 12
CZ 13
CZ 14
CZ 15
CZ 16
CZ 17
CZ 18
CZ 19
CZ 21
CZ 22
-CZ 23-
CZ 24
CZ 25

CZ 20

230 39 10
By tryzlgynx_

"Semuanya bukan tentang nomor satu, tapi dipaksa untuk menjadi nomor satu. what should I do?" -Alana

***

20. Luka dan minuman.

Bunyi derap langkah kaki teratur mendekat. Zea cepat cepat masuk kembali ke kamarnya, yang tadinya ingin pergi ke dapur harus terpaksa kembali.

Namun sayang nya dia salah, ayahnya memang datang dan bertujuan untuk ke kamarnya. "Alana?" Ayahnya mengetuk ngetuk pintu kamar Zea.

Zea di dalam menarik lalu menghembuskan nafasnya berulang kali agar bisa tenang, barulah ia membuka pintu. "Iyah?"

"Mana nilai ulangan tadi? Kamu pergi dari subuh jadi pasti nilai kamu bagus," ujar ayahnya.

Zea masih berdiam di tempat, matanya tampak tak bisa diam memikirkan cara untuk menghindar dari pertanyaan ayahnya.

Brak!

Ayahnya menubruk pintu kamar itu keras dan mendorong tubuh Zea sampai terjatuh. Ayahnya berjalan menuju meja belajar Zea yang terdapat hasil ulangan hariannya.

Zea buru buru bangun ia mendekat ke ayahnya, "Zea yang paling tertinggi yah, cuman keliru dikit makanya salah. Nan--"

"kenapa kamu bisa keliru, ha?!" Bentak ayahnya. Ayahnya menatap Zea penuh kemarahan dan kebencian.

Zea diam dan menunduk, bukan waktunya untuk menjawab ucapan ayahnya.

Ayahnya melepas kertas itu, lalu membuka ikat pinggangnya, mengangkat ikat pinggang itu tinggi tinggi, "JAWAB!!"

Pletak!

Ikat pinggang itu diayunkan kencang menghantam belakang Zea. Zea meringis, menutup matanya merasakan pedih akibat cambukan ayahnya.

"Kenapa? Kenapa kamu selalu meleset dengan nilai yang ayah berikan, ha?!" Bentak ayahnya.

"Alana udah yang paling tertinggi yah, setidaknya Alana bisa jadi nomor satu walau nilai nggak samp--"

Pletak!

Zea tersungkur, kali ini pukulannya lebih keras.

"Semuanya bukan tentang nomor satu Alana! Kau pikir nilai mu tak berguna? Apa mengisi soal itu saja untuk mendapatkan 95 tak bisa?"

Zea memutar matanya, bukan ayahnya sendiri yang mengajarinya untuk terus menjadi nomor satu?

"DASAR TIDAK BERGUNA!" Bentak ayahnya.

Zea hanya tersenyum gentir mendengar kata kata menyedihkan itu.

"Seandainya kau tau kenapa ayah melakukan hal ini mungkin kau akan lebih baik. Tapi percuma, kau sangat keras kepala untuk--"

Zea bangkit, mendengar kata kata itu membuatnya berlinang air mata. "Kalau begitu kasih tau! Apa alasannya. Apa, apasih kurang Zea, Zea udah berusaha jadi yang ayah mau, kurang apa Zea?" Ia menunjuk dirinya lirih, rasanya perih. Saat dirinya berjuang untuk jadi apa yang ayahnya mau, tapi ia terus dibilang keras kepala. Seakan akan usahanya percuma.

"Kau anak sial, Dimata semua orang termasuk ayah!" Ucap ayahnya kasar, "Kau ajak siap setidaknya bisa menjadi anak yang berguna!"

"Mau ayah jadiin Zea gimana? Seguna apa, huh?" Air matanya sudah luruh, ia tak kuat menahan perih yang ia rasakan tiap hari.

Davidson--ayah Zea berlutut di depan anaknya, "Gantikan posisi kakak mu sebagai penerus tunggal keluarga ini!" Tekan ayahnya

Zea menyeringit, "Pewaris pertama Arlon yah, mau dibuang kemana Abang Zea?" Pikirannya langsung buruk.

Ayahnya tersenyum gentir, ia kembali berdiri. "Tutup pintunya," perintah David kepada ibunya yang tengah mengintip.

"Sekarang waktunya kamu nerima hukuman." David mengangkat tinggi tinggi ikat pinggangnya, lalu menggayunkanya penuh tenaga mengenai Zea.

Berulang kali ia memukul Zea,dan sama sekali Zea tidak bersuara ia hanya menutup matanya yang terus menggeluarkan air mata. Berharap semuanya cepat berakhir.

***

Suara desis keluar dari mulut Zea, ia perlahan lahan masuk dalam Bathtub berisi air hangat. Rasa pedis yang luar biasa ia rasaka saat luka dibelakang nya mengenai air hangat.

Bahkan ia sampai menangis tak tahan rasa perih nya. Ia berendam lama, obat satu satunya yang paling ampuh menyembuhkan lukanya yah berendam di air hangar meski itu menyakitkan.

Hitung hitung merasakan sakit itu dari pada ditanya orang dari mana luka itu bukan.

Setelah selesai berendam Zea pun keluar, dan bersiap siap unyuk belajar malam. Ia menghabiskan waktu 10 menit hanya untuk bersiap siap, setelah selesai ia keluar dari closed dan betapa terkejutnya ketika ada beberapa orang duduk di sofa kamarnya ditemani ibunya.

"Bunda, apa ini?"

Ibunya bangkit, melangkah ke arah Zea lalu merangkul bahunya. "Ini anak saya, tolong sembuhkan bekas lukanya, dibelakang sama yang lain."

"Bunda, Mereka siapa, dan mau ngapain?" Tanya Zea bingung.

"Shutt.. ini perintah ayah, untuk mengobati luka kamh agar tidak berbekas. Kita tidak ingin malu saat bertemu rekan bisnis dan mereka lihat bekas luka kamu!"

Zea merapatkan bibirnya. Selain harus pintar, harus mulus juga. Gampang yah jadi orangtua? Pukul anaknya sampai berbekas trus tinggal panggil dokter kulit buat hilangin bekas luka, biar pas bawa Zea nggak malu maluin.

"Duduk sini cantik," ujar dokter menunjuk kursi belajar nya.

Sedangkan perawat yang menemani dokter itu tampak menyiapkan alat alat nya.

Bunda Zea mendorong bahu Zea untuk maju. Zea menghela napas, lalu duduk di kursi.

"Buka bajunya," ujar dokter itu lembut.

Zea pun membuka piyama nya, dan menunjukan punggung mulus yang dikotori luka yang ayahnya ciptakan.

"Aduhh, gimana bisa begini?" Spontan suster yang menemani dokter.

Sedangkan dokter wanita ini melotokan matanya mengintruksi agar susternya diam. Tidak tau dia siapa yang ia tanyakan.

"Tahan yah.."

▫️▫️▫️

"Sandar ajah, kenapa jadi tegang gini sih?" Arlon mendorong bahu Zea ke belakang.

Zea tertawa canggung, "Nggak, Zea mau liat jalan ajah."

Hanya sebagai alasan karena jika ia bersandar maka lukanya akan semakin sakit. Sebenarnya sudah membaik setelah direndam air hangat, tapi setelah kemarin dokter itu obat seperti bertambah sakitnya.

Sudah begitu ia berkata Bahwa pertama pertamanya ajah yang sakit kok, nanti kalau udah satu dua hari udah nggak. Mata mu

"Udah sampai," ujar Arlon, memberhentikan mobil tepat di depan halte sekolah Zea.

"Makasih bang," ia menyalim tangan Arlon lalu turun Aru mobil.

"Hati hati!" Teriak Arlon, dan dibalas jempol oleh Zea.

Arlon pun melakukan mobil pergi dari pekarangan sekolah Zea.

"Zea!" Zea menoleh mendapati Arga yang tengah berlari ke arahnya. Sesampainya Arga ia langsung merangkul Zea erat.

"Katanya Lo pagi pagi datang sekolah buat belajar, sama Alvarez?"

Zea mengganguk, "Why?"

"Lo tau, satu sekolah anggap kita berdua siapa?"

"Teman," jawab Zea.

Arga mencibik bibirnya, "Lo bisa aktingnya ga?" Zea menggeleng.

"Males, drama ajah kerjaannya!" Cibirnya. Arga melotokan matanya pada Zea, Zea membalasnya dengan pelototan juga.

Arga memutuskan kotak mata mereka, "Dasar bocil!"

"Paksa dewasa!" Balas Zea, ia melipat tangannya lalu berjalan meninggalkan Arga.

Arga yang merasa di tinggalkan pun tak terima, "Heh!"

Zea berjalan cepat ke tempat loker, berencana untuk mengambil baju olahraga terlebih dahulu, agar sebentar tak usah repot repot mengambilnya.

Bertepatan ia membuka loker Arga pun sampai di belakang nya, "Apa ini?!" Arga mengambil teh kotak di loker Zea.

"Minuman, tapi dari siapa?" Tanya Zea pada dirinya sendiri.

Arga membolak balik kotak tersebut, dan senyum miring tercetak di wajahnya kala mendapatkan surat kecil.

Diminum cantik..

"Lo ke kelas sendiri, gue mau kesiswaan dulu," ujar Arga, pergi meninggalkan Zea.

"Ga--" ucaoan Zea terpotong saat teman Arga berteriak.

"Ga tadi gue liat Alvarez sama Rafa noh!" Teriaknya, "Tadi mereka depan loker itu."

Tangan Arga terkepal kuat, Lihatlah sih tikus ini minta mati.

▫️▫️▫️

Zea mengintip dahulu sebelum masuk ke kelas, setelah memastikan sesuatu ia pun masuk dan duduk di kursinya.

Dahinya menyeringit, saat menemukan ada minuman dingin good day, siapa yang taruh sini?

Ia melirik ke belakang kiri lalu ke belakang mendapatkan Alvarez. Alvarez menunjuk good day yang Zea pegang, "Diminum."

Alih alih Zea meminum minuman itu ia malah bangkit berjalan ke meja Alvarez di belakang, "Mau?"

Alvarez menggeleng, "Nggak itu buat Lo."

"Oh jadi yang taruh di loker bukan Alvarez? Aku pikir kamu soalnya tadi ada orang yang bilang Alvarez sama Rafa ada di loker sebelum kita datang.  Tadi juga arga langsung ke ruang kesiswaan, entah mau ngapain." Zea berusaha membuka tutupan botol.

Alvarez mengambil botol minuman itu lalu membuka tutup botolnya, "Gue cuma ngantar Rafa doang, btw Arga udah dapat orangnya?"

Zea menerima botol di tangan Alvarez, lalu menggeleng. "Nggak tau, aku pikir situ. Makanya tadi sebelum masuk ngintip dulu takutnya di pukul sama Arga," ucap Zea.

Alvare tersenyum sedikit, pipinya sedikit memerah. Ia pun memalingkan wajahnya, Zea khawatir dengannya! Oh tidak kenapa rasanya berbunga-bunga?

"Balik ke tempat duduk sana, guru udah datang," ujar alvarez dingin. Hal itu membuat Zea lari ketempat terbirit birit, namun saat ia sudah duduk malah tidak ada guru.

Zea berbalik ia menekuk alisnya sembari menunjuk alvarez kesal cenderung seperti mengancam. Alvarez tertawa terbahak bahak, wajah Zeanya terlalu lucu.

Eh?

Mon maap kesiangan prend.

Terimakasih buat kalian yang udah vote sama COMENT, jangan lupa yang belum buat Vote!!

See you..

Continue Reading

You'll Also Like

487K 37.2K 27
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3M 212K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
809K 11.4K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.7M 76.4K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...