KUTUB UTARA [On Going]

By raramawmaw

152K 7.8K 952

Suka sama tetangga sendiri? Kenapa tidak? Inilah Adinda Cempaka Kalisya. Gadis 21 tahun yang sejak lulus SMA... More

01. PROLOG
02. WELCOME BACK TO INDO
04. SAMUDRA MARAH?
05. KECEWA
06. AMBISI DINDA
07. BOBO BARENG?
08. UNGKAPAN
09. HAMPIR MENYERAH
10. BALIK LONDON?
11. KASIH SAYANG DINDA
12. BABY SITTER
13. NGE-MIE BARENG
14. SISI LAIN SAMUDRA
15. PESTA?
16. CALON?
17. FIRST KISS
18. GO TO PACET
19. AIR TERJUN
20. BOBO BARENG, LAGI
21. ALL YOURS
22. SIAPA DIA?
23. TERBONGKAR
24. KEDATANGAN FARAH
25. MEET HIM AGAIN
26. PERASAAN ANDRA
27. KENAPA BEGINI?
28. Ke Gep!
29. Minum susu
30. Gara-gara kebab!
31. Ustadz ganteng
32. Samudra cemburu
33. Bocil cemburu
34. Kena prank!
35. punya dua anak dadakan
36. Secuil kenangan bersama Dinda
37. Tumbuh dewasa bersama

03. MEET HIM

5.8K 371 17
By raramawmaw

-Hargai karya penulis dengan memberi vote dan komentar!

.

.

.

Hari ini Dinda sudah beberapa kali berselancar di dunia internet guna mencari lowongan kerja terdekat, minimal satu kota lah dengan rumahnya. Namun mencari pekerjaan tidak semudah itu, apalagi dia hanya lulusan SMA. Seandainya saja ia bersekolah di SMK, pasti lebih banyak kemungkinan mudah mencari pekerjaannya.

"Ah!" Desahnya berat sambil menghempaskan tubuh di atas sofa. Bahkan matahari sudah berada di arah jam dua, setengah hari sudah ia mencari informasi baik secara online maupun berkeliling kota.

Bukannya Dinda tidak mau kuliah, hanya saja ia merasa lelah dan ingin beristirahat sejenak. Ia ingin menikmati hidupnya dengan diri yang disibukkan oleh pekerjaan, bukan otak yang disibukkan oleh deadline.

Sudah cukup! hanya ada satu jalan pintas yang akan menyelesaikan masalah Dinda. Om Wijaya! Atau ia bisa melamar pekerjaan di toko kosmetik milik Tante Helna, good idea!

Dengan semangat yang sudah kembali, Dinda membangkitkan tubuhnya kemudian berlari memasuki kamarnya. Gadis tersebut bergelut dengan pakaiannya, melepaskan, kemudian menghujankan dirinya dibawah shower.

"Syukur-syukur ketemu bang Samudra, ceilah!" Cecarnya kegirangan bahkan hanya sekedar memikirkan namanya.

"Bang Samudra gimana, ya? Sekarang?"

"Apa jangan-jangan udah kumisan? Awww!"

Sungguh, cicak-cicak di dinding kamar mandi Adinda hanya bisa berdecak sesahutan meratapi Tuan rumah macam Dinda. Pray for Adinda Cempaka Kalisya, calon nyonya Samudra Adiwijaya! Aamiin!

Lima belas menit sudah berlalu, kini jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Dinda bersiap untuk pergi menemui calon mertuanya di rumah sebelah namun tidak dengan tangan kosong, gadis tersebut membawakan sekotak makanan oleh-oleh dari London waktu lalu.

Dinda memang sengaja tidak memberi tahu kepada keluarga Samudra jikalau ia sudah berada di Indonesia, karena ia ingin memberi surprise kepada mereka. Dan kini sampailah kedua kaki Dinda di depan pintu rumah mewah bercatkan putih agak cream, membunyikan bel rumah dan menunggu respon dari seseorang yang ada di dalam. Oh ya, sebelumnya Dinda dengan lancang menerobos gerbang rumah Samudra. Bukan apa-apa, ia memang sudah sering seperti itu sejak dulu.

Berhubung tidak ada yang merespon Dinda pun membuka pintu rumah Samudra yang kebetulan tidak terkunci. Sunyi, satu kata yang dapat menggambarkan suasana rumah Samudra saat ini.

Perlahan Dinda mengambil langkah teratur, merotasi ke setiap sudut rumah yang sudah setahun ini tidak ia pijak. Dekorasinya masih sama, namun beberapa benda baru sudah mengisi bagian-bagian kosong di rumah itu.

Sedang asik berkuai dengan dunia kagumnya, gadis tersebut dikejutkan oleh sebuah tangan yang menepuk pundaknya. Ia pun berbalik, mengamati wajah sosok yang sedang berdiri tepat didepannya.

"Siapa kamu? Kenapa bisa masuk ke sini?" Tanya sosok tersebut mengintimidasikan tatapannya kepada Dinda.

Sedangkan dalam diam Adinda berpikir bahwa apakah mungkin orang itu tidak mengenalinya? Apakah se glowUp itu dirinya hingga seorang Samudra Adiwijaya tidak bisa mengenal dirinya? Daebak!

"Bang Samudra?" Luar biasa! Kenapa semakin tua pria itu malah semakin tampan? Tidak terlalu tua juga, karena usia mereka hanya selisih tiga tahun dua bulan. Sedangkan Samudra hanya mematung, terheran oleh seorang gadis didepannya yang ternyata mengenal dirinya.

"Siapa kamu? Kenapa bisa tahu nama saya?" Lagi-lagi Dinda terheran. Baru dua tahun ia pergi dari sana, gaya bicara Samudra pun sudah berubah.

"Abang serius enggak kenal sama aku?" Pria tersebut menggeleng, menatap tegas seakan menunggu penjelasannya.

Gadis berambut panjang dan memakai setelan kuning itu mulai berpikir, agar Samudra bisa mengenali dirinya tanpa ia memberi tahu terlebih dahulu. Kemudian muncullah ide cemerlang ketika ia melihat sebuah topi di atas meja.

Diambilnya topi tersebut kemudian ia pakai di kepalanya, namun sebelum itu ia terlebih dahulu melipat rambutnya menjadi pendek. Tak berhenti sampai sana, diraihnya sesuatu bersejarah dari dalam saku yaitu kuncir rambut karakter kelinci dan dipakailah sebagai gelang, seperti masa lalu.

"Gimana? Kalau sekarang udah kenal?" Gadis tersebut menaik turunkan kedua alisnya, memperhatikan Samudra yang nampak mengingat keras akan dirinya.

"Tunggu, kamu-" ucapnya menggantung.

"Assalamualaikum," salam seseorang memasuki rumah. Hal tersebut sempat menghambat percakapan antara Dinda dan Samudra.

"Waalaikumsalam, Tante Helna?"

"Dinda? Adinda, kan?" Dengan antusias, Adinda mengangguk. Mencopot topi yang ada di kepalanya kemudian berlari memeluk Helna--ibu dari Samudra Adiwijaya.

"Kamu apa kabar, nak? Waah, makin cantik aja!"

"Hehehe Tante juga." Belum sempat Dinda menuntaskan acara berpelukannya, Samudra terlebih dahulu menyela percakapan mereka.

"Azizah dimana, ma?" Tanyanya.

"Azizah ada sama Tante Ayu, di rumahnya." Ujar Helna melangkah memasuki rumah.

Ketika menginjak anak tangga pertama, Helna menoleh. "Dinda, kamu duduk dulu. Kalian berdua ngobrol-ngobrol aja dulu," ucapnya kemudian melanjutkan langkah.

"Azizah siapa, bang?" Bukan kepo, Dinda hanya ingin mencairkan suasana canggung itu. Namun bukannya menjawab, Samudra justru mendudukkan dirinya di sofa.

"Kenapa masih berdiri? Duduk!" Sepertinya dugaan Dinda mengenai perubahan sikap Samudra salah besar, lelaki itu masih tetap menyebalkan.

"Sejak kapan kamu pulang Indo?" Tanyanya dingin bahkan tanpa menatap wajah Dinda.

"Em, satu Minggu?" Jawabnya ragu. Ia memberanikan diri untuk menatap pria yang ada di depannya, sungguh tipe suami idaman.

"Kuliah?" Tanya Samudra lagi, namun kali ini ia menatapnya. Dinda menggeleng canggung, ternyata mengerikan juga tatapannya.

"Berarti sekarang kerja?" Lagi-lagi Dinda menggelengkan kepala, disusul oleh decakan remeh oleh Samudra.

"Beban keluarga, pengangguran," ucapnya. Kenapa lelaki itu sangat menyebalkan? Ingin sekali Dinda memukul kepalanya, kalau boleh.

"Justru itu tujuan Dinda kesini, mau tanya-tanya ke Tante Helna. Siapa tahu ada pekerjaan di toko kosmetiknya, Dinda mau ngelamar."

Samudra nampak mengangguk-angguk, kemudian berdiri dari duduknya. "Sebentar lagi mama turun, saya masih ada urusan." Serius hanya itu? Cukup mengerikan bahkan hanya sekedar mengobrol beberapa kalimat dengannya.

Huh, sudahlah! Sekarang ia hanya perlu fokus kepada tujuannya. Semoga saja secara kebetulan, Tante Helna membutuhkan karyawan tambahan. Jadi ia bisa bekerja di tokonya sekaligus belajar make up hahahaha.

___

Setelah berdiskusi lumayan panjang, Dinda akhirnya mendapat pekerjaan di toko kosmetik milik Tante Helna. Meskipun sekedar promotor, namun ia menghargainya. Setidaknya kini ia tidak lagi menganggur, dan selalu kuker berada di dalam rumah.

Tidak selamanya, Dinda hanya akan sementara bekerja di toko itu sebagai pengganti salah satu karyawan yang sedang cuti pasca melahirkan. Yah, tiga bulan cukup membuatnya kembali produktif.

"Kamu bisa mulai kerja besok pagi jam delapan," ucap Tante Helna setelah menjelaskan apa-apa saja yang harus dipatuhi sebagai seorang karyawan.

"Baik. Terima kasih, Tante." Senang sekali rasanya, ia jadi tidak sabar memamerkan kepada Bambang bahwa saat ini dirinya bukan lagi seorang pengangguran alias beban keluarga.

"Sekarang udah malem, gimana kalau kita makan dulu sebelum pulang? Tante traktir?"

"Wah! Dengan senang hati, Tante!" Serunya bersemangat.

Disisi lain, seorang lelaki sedang sibuk mengurus pekerjaannya. Ia tidak khawatir mengenai putrinya, karena mereka memiliki babysitter sehingga Tidak merepotkan seluruh anggota keluarga yang notabenya adalah type orang sibuk.

Meskipun begitu, bukan berarti mereka tidak menyayangi Azizah. Mereka sangat sayang kepada peri kecil tersebut, namun masing-masing mempunyai cara tersendiri untuk mengutarakan kasih sayangnya.

"Gimana, Mbak? Azizahnya udah tidur?" Ketika berpapasan dengan babysitter di dapur, Samudra menyempatkan diri untuk bertanya mengenai putrinya.

Amel, babysitter keluarga mereka menganggukkan kepalanya. "Sudah, tuan. Azizah baru aja tidur, dan sekarang saya nyempetin buat bikin susu. Jaga-jaga aja kalau nanti dia kebangun tengah malam."

"Baik, terima kasih." Lelaki itu kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia sendiri tidak tahu sampai kapan akan terus bekerja keras seperti itu, namun kebiasaan telah membuatnya tidak bisa jika sehari saja tidak memegang kertas-kertas penuh tulisan miliknya.

Terlalu fokus pada pekerjaan, tiba-tiba Samudra teringat masa lalunya. Ini tidak benar! Sepenting apapun pekerjaannya, ia tidak seharusnya mengabaikan sang buah hati.

Sejenak ia merasa bersalah, karena terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, hingga lupa bahwa kini ia sudah memiliki tanggung jawab. Pria itu pun memutuskan untuk membawa Azizah tidur bersamanya malam ini, toh besok ia libur, jadi bisa sekalian bermain seharian dengan anak kecil itu.

___

Hai! Apa kabar?

Spam komentar dong! Hehe

Agak sedih karena gak se rame rumah tangga sebelah, tapi gpp. Kan emang ini masih baru, xixi!

Thank you yang udah baca, semoga kalian betah!

See you!

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 57.7K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
850K 12.6K 21
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
2.4M 172K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
349K 22.3K 49
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...