She Is Mine

By BlueStar61

37K 1.4K 78

Cowok dengan rambut acak-acakan dan seragam yang di keluarkan menyesap rokoknya dan menghembuskannya, ini per... More

prolog
01.OLIVIA DIANDRA
02. GHALI SANJAYA
03.SHE IS MINE
04.SHE IS MINE
05.SHE IS MINE
06.SHE IS MINE
07.SHE IS MINE
08.SHE IS MINE
09.SHE IS MINE
10.SHE IS MINE
11.SHE IS MINE
12.SHE IS MINE
13.SHE IS MINE
14.SHE IS MINE
15.SHE IS MINE
16.SHE IS MINE
17.SHE IS MINE
18.SHE IS MINE
20.SHE IS MINE
21.SHE IS MINE
22.SHE IS MINE
23.SHE IS MINE
24.SHE IS MINE
25.SHE IS MINE
26.SHE IS MINE
27.SHE IS MINE
28.SHE IS MINE
29.SHE IS MINE
30.SHE IS MINE
31.SHE IS MINE
32.SHE IS MINE

33. She is mine

70 2 1
By BlueStar61

"Udah semua kan?." Raihan menganguk cowok itu sibuk memilih cemilan, katanya untuk ia bawa ke basecamp.

"Gue ikut ke basecamp."

"Emang lo diizinin?."

"Ya gak usah dikasih tau."

"Gue perginya malam minta izin dulu ke Dion atau gak ke pacar lo." Ucap Raihan sedikit menekan kata pacar.

"Gak  bakalan diizinin gue ikut  nanti gue yang tanggung sendiri kalo ketahuan." Dian menoleh mendapati Ghali dan juga Widi di depan rak sebelah Ghali menatapnya sebentar kemudian kembali fokus memilih beras. Dian baru ingat besok osis akan mengadakan kegiatan sosial membagikan sembako ke fakir miskin yang tinggal di kolong jembatan.

"Lo gak ada yang mau dibeli?." Tanya Raihan.

"Gue mau ice cream."

"Yaudah ayo beli." Sebelum beranjak dari sana Dian sempat melirik kecil ke arah dua orang itu masa bodoh yang penting impas.

**

"Mama." Raihan meletakkan barang yang belanjaan di atas meja pantry.

"Wah, ada si cantik nih apa kabar?." Wanita paruh baya itu muncul dari lorong dapur dengan celemek yang sedikit berlumuran tepung .

"Baik, Tan. Aku boleh ikut bantu tante buat kue gak ?" Dian tersenyum menyalim tangan wanita paruh baya itu.

"Boleh dong. Tapi kamu masih make seragam sekolah. Yaudah kamu pake baju tante aja." Jihan melepas celemeknya kemudian menarik tangan Dian menuju kamarnya.

Sekarang wanita itu sibuk memilah baju-bajunya di lemari kemudian di cocokan ke badan Dian wajahnya sangat antusias Dian tersenyum Raihan pernah bilang Jihan sangat ingin punya anak perempuan.

"Ini pasti cocok di badan kamu tante pengen banget liat kamu make dress ini pasti cantik." Jihan mengangkat sebuah dres bermotif bunga-bunga.

"Kamu ganti gih tante nunggu di luar."

"Aku gantinya kamar mandi di luar aja."

"Yaudah kamu ke kamar Raihan aja gantinya sekalian suruh dia turun." Dian menganguk.

"Raihan, gue boleh masuk ? ." Raihan membuka pintu kamarnya.

"Gue minjem kamar mandi lo bentar yah gue mau ganti baju. Oiya lo dipanggil tante Jihan."

"Bentar gue ngantuk." Ucap Raihan merebahkan tubuhnya ke kasur memikirkan apakah keputusannya sekarang sudah benar atau tidak  dirinya tidak bisa menapik bahwa perasaanya semakin hari semakin membesar.

"Ayo Han. Tante Jihan nunggu di bawah." Dian menarik tangan Raihan gadis itu sangat cantik memakai dress bunga-bunga itu. Raihan mengerjapkan matanya kemudian memeluk Dian.

"Bisa gak lo jadi punya gue aja?." Sadar dengan perkataanya buru-buru cowok itu melepas pelukannya kemudian berdehem pelan.

"Sorry yang gue bilang barusan lupain aja." Raihan memijit pangkal hidungnya melangkah lebih dulu ke luar kamar.

****

''Tumben banget lo bawa mobil ke basecamp.''

''Lo make dress gitu yakali gue bawa motor. Jaketnya dikancingin dressnya tipis.''

''Kan pake mobil.'' Raihan hanya menghela nafas pelan sebenarnya bukan itu alasan utamanya.

''Lo udah izin?.'' Dian menggeleng, menatap layar ponselnya yang sejak tadi bergetar panggilan masuk dari Dion tanpa berniat mengangkatnya Dian memasukan ponselnya ke dalam saku jaket Raihan yang ia kenakan.

"Yaudah biar gue yang chat Dion." Raihan menepikan mobilnya kemudian mengambil ponsel di saku celananya.

"Jangan dikasih tau kalo kita mau ke basecamp."

"Gak apa-apa. Tenang kalo sama gue hari ini lo bakalan diizinin." Setelah mengetikkan beberapa kata Raihan kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Kenapa?."

"Tadi siang gue atur kencan Dion sama Ara."

"Kasian Airin." Disatu sisi Dian suka dengan Ara tapi ia juga kasian dengan sahabatnya itu Dian tahu Airin sudah lama menyukai kembarannya itu.

"Temen lo itu? ." Dian menganguk pelan.

"Tipe Dion keknya berbanding terbalik dengan temen lo itu." Bukannya Raihan mengatakan bahwa Airin jelek, tidak gadis itu cukup cantik dan imut menurutnya tapi cantikan gadis di sampingnya ini tentunya.

Lagi-lagi Dian menganguk selama ini ia sering mengabaikan Airin bukan berarti ia tidak peduli dengan Airin hanya saja Dian merasa Airin tidak pantas berteman dengannya. Airin baik dan pintar juga sangat ramah cukup banyak yang menyukai gadis itu tapi matanya hanya tertuju pada Dion yang jelas tidak punya perasaan padanya.

Tiba di depan basecamp Dian menyipitkan matanya. Menatap ke arah mobil yang terparkir di pinggir jalan itu mobil Ghali cowok itu bersandar di mobil sembari memainkan ponselnya.

"Gue bukannya mau ikut campur tapi kayaknya lo berdua perlu bicara." Raihan memberhentikan mobilnya tepat di depan Ghali dan mengisyaratkan pada Dian untuk turun menemui Ghali. Setelah Dian turun Raihan melajukkan mobilnya masuk ke pekarangan base camp Last Wolf.

Ghali hanya diam menatap datar gadis yang berdiri di seberang jalan. Tatapan mereka bertemu setelahnya Dian langsung menunduk menatap sendal jepit kebesaran milik Raihan yang ia pakai kemudian berjalan menghampiri Ghali dengan kepala yang terus menunduk.

"Gu-gue minta maaf." Ucap Dian tanpa menatap Ghali. Tidak ada jawaban dari cowok itu.

"Gue minta maaf, Ali."

"Gue disini bukan dibawah." Jawabnya datar. Dian memberanikan mengangkat kepalanya menatap Ghali yang berbeda dari biasanya.

"Gue minta maaf. Gue salah." Tanpa menjawab Ghali menarik tangan Dian masuk ke mobil setelahnya cowok itu langsung melajukan mobilnya dari sana.

"Gue udah mundur jadi ketua Glacier. Gue harap lo cepet nyusul." Ghali sudah tahu banyak tentang alasan mengapa Dian bisa menjadi bagian dari Last Wolf terlebih sebagai ketua.

Ternyata awal mulanya ketika Dian membolos sekolah karena terlambat akibat mobilnya tiba-tiba mogok dan pagar sudah ditutup. Gadis itu berjalan menyusuri jalan rencana kembali ke bengkel tempat mobilnya sedang diperbaiki saat di jalan yang lumayan sepih gadis itu malah bertemu dengan orang asing yang menatapnya penuh minat. Dian berulang kali menoleh ke samping kanan kirinya tidak ada satupun orang yang lewat sial sekali ia hari ini.

"Ada orang cantik nih." Ucap pria berbadan kekar dengan tatto dilengan kirinya.

"Sendiri aja. Ayo ikut sama gue dijamin gak bakalan kesepian."

"Ogah. Apaansih." Orang itu terus maju mendekati Dian dengan sigap gadis itu melepas tasnya kemudian mengayunkannya ke wajah pria bertatto tadi.

"Berani ya lo." Tidak terima dengan perlakuan Dian. Pria itu semakin maju mencoba menangkap Dian.

"Cewek belagu." Dian kembali mengayunkan tasnya dan kali ini mengenai kepala orang asing itu sebanyak dua kali membuat pria itu oleng dan menendang perut pria itu.

"Mampus." Dian mengambil kesempatan untuk kabur dari sana. Dian menoleh ketika pria itu berteriak dan mengejarnya.

"Ahh ampun..ampun." Dian berbalik mendengar suara keributan di belakangnya rupanya orang asing tadi sudah terkapar di tanah akibat ulah dari pria berkacamata hitam yang entah muncul darimana.

"Lo gak apa-apa." Tanya pria itu.

"Gak apa-apa. Thanks." Pria itu maju lebih mendekat ke Dian. Tangannya menjulurkan sebuah kertas bentukannya hampir sama dengan kartu nama hanya saja disana terlulis last wolf dan nomor telepon. Tanpa mengatakan apa-apa pria itu berlalu darisana setelah kertas itu diterima Dian.

Tunggu sepertinya Dian tahu. Last wolf itu adalah geng motor yang sering jadi bahan perbincangan di sekolahnya. Dian jadi penasaran alasan pria itu memberinya kertas ini. Dian langsung menghubungi nomor yang ada dikertas itu.

"Halo." Tidak ada jawaban.

"Gila, Bang Togar rekrut cewek." Samar-samar Dian mendengarnya ia semakin penasaran apa maksudnya.

"Sorry. Lo pasti bingung yah? Lo bisa datang di cafe Tar kapan pun lo mau. Sampai disana tunjukkin aja kartu itu. See you." Ucap pria itu, menutup sambungan telepon.

Setelah mengambil mobilnya yang sudah selesai diperbaiki. Dian melajukannya menuju lokasi yang disebutkan pria tadi di telepon. Awalnya Dian sedikit ragu, dari luar Dian bisa melihat sekumpulan siswa berseragam putih abu-abu. Rasa penasarannya semakin menjadi setelah matanya menangkap seseorang yang ia kenali ada di dalam sana. Dia Zico teman satu kelas Dian yang cukup dekat dengannya karena mereka berdua sering dihukum karena tidak mengerjakan tugas. Dian masuk ke dalam cafe gadis itu menatap sekeliling cafe tidak tahu harus menunjukkan kartu itu ke siapa.

"Jadi yang tadi ditelpon itu elo?."Zico melihat kartu yang ada di genggaman tangan Dian.

"Ini kartu apa?."

"Bang Togar, gak ngasih tahu?."  Dian menggeleng ragu jadi pria berkacamata hitam tadi namanya Togar.

"Oke. Ayo sini." Zico mengajak Dian untuk bergabung dengan kumpulan siswa yang ia lihat tadi sebelum masuk.

"Dia?." Tanya seorang laki-laki yang menatap Dian sinis.

"Iya. Dia teman satu kelas gue." Jawab Zico. Mengambil kursi dan mempersilahkan Dian untuk duduk.

"Raihan mode sinisnya keluar."

"Wah bukannya dia primadona sekolah lo? Tau aja Bang Togar." Celutuk cowok yang duduk disamping cowok sinis.

"Mana kartunya. Gue mau liat." Dian menyarahkan kartu itu. Raihan membaliknya disana tertulis simbol huruf A.

"Wah gila...gila Bang Togar gak salah kan?." Dian tidak mengerti. Apa maksud simbol A yang ada di kartu itu.

"Simbol itu artinya Attacker." Zico berbaik hati menjelaskannya pada Dian.

"Penyerang?." Zico menganguk. Entah apa yang sudah dilakukan Dian sehingga menarik perhatian Togar dan bahkan mengajaknya bergabung dengan Last wolf. Raihan menyodorkan sebuah kertas di hadapan Dian.

"Isi kalo lo mau." Tanpa berpikir panjang Dian langsung mengisi kertas itu.

"Lo tau resikonya besar. Lo setuju gabung berarti lo siap dengan semua konsekuensinya."  Dian menganguk dan malah semakin tertantang.

Awalnya Raihan tidak setuju jika Dian bergabung dengan Last Wolf. Raihan tidak yakin dengan gadis itu pasalnya, apa mungkin gadis sencantik dia rela berkelahi yang bisa berakibat melukai tubuhnya terlebih wajah cantiknya itu. Tapi tepat sebulan Dian bergabung gadis itu menyelamatkan Raihan yang hampir terkena tikaman pisau. Dian dengan beraninya maju melawan musuh tersebut. Tidak ada yang terlalu memperhatikan kejadian tersebut karena sibuk dengan lawan masing-masing. Setelah kejadian itu Raihan berubah lebih memperhatikan Dian. Dian bukan satu-satunya anggota cewek dilast wolf ada 5 orang itupun hanya ditugaskan untuk hal-hal kecil seperti memperhatikan gerak-gerik musuh. Hingga lama  kelamaan perhatian itu berubah menjadi rasa suka.

Raihan yang menyadari rasa suka tersebut tidak bisa membiarkan gadis yang disukainya dalam bahaya. Raihan sudah beberapa kali meminta Bang Tohar untuk mengeluarkan Dian dari last wolf agar gadis itu tidak terjerumus terlalu dalam akan tetapi peraturan tetap peraturan. Anggota last wolf hanya dikeluarkan jika anggota tersebut melanggar peraturan yang sudah disepakati dan jika itu adalah kemauannya sendiri. Dian tidak berada dalam kedua posisi tersebut jadi tidak ada alasan untuk gadis itu dikeluarkan.

Sampai pada peralihan jabatan ketua yang seharusnya dialihkan ke Raihan akan tetapi cowok itu menolak dan malah menyerahkannya ke Dian.
Tidak ada yang membantah termasuk Bang Togar. Pria itu santai-santai saja seolah itu bukan hal besar.

Raihan tahu banyak sekali anggota last wolf yang tidak setuju akan tetapi hanya itu cara yang terlintas dipikiran Raihan untuk melindungi gadis tersebut. Keselamatan Dian akan selalu menjadi prioritas anggota last wolf dan ciri khas las wolf selama ini ketuanya tidak pernah diketahui kecuali sesama anggota last wolf sendiri.

Anggota last wolf yang semuanya pernah merasakan kebaikan Raihan ketika mereka berada dimasa-masa sulit. Selama beberapa tahun mereka kenal dengan Raihan baru kali ini Raihan terlihat begitu peduli pada seorang perempuan. Mereka juga tahu seberapa suka Raihan pada Dian dengan begitu mereka menerima keputusan tersebut.

Dian tentunya terkejut dengan keputusan Raihan itu. Gadis itu bahkan sempat menolak. Padahal dia benar-benar ingat dengan perjanjian dikertas yang diberikan Raihan di cafe waktu itu. Poin ke sepuluh siapapun yang ditunjuk sebagai ketua tidak ada alasan untuk menolak. Tapi penolakan Dian berakhir sia-sia ditangannya sekarang sudah ada jaket dengan bordiran khusus.

*****

"Gue gak bisa. Tunggu setahun lagi baru gue bisa mengundurkan diri." Ujar Dian pelan. Tidak berani menatap Ghali yang menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Gue mohon lo ngertiin gue kali ini. Gue gak bisa ngebiarin cewek yang gue sayangi terus dalam bahaya. Gak ada jaminan lo akan baik-baik aja."

"Maaf tapi gak bisa."

"Gue yang akan ngomong sama mereka."

"Enggak. Percaya sama gue gak akan ada hal buruk yang terjadi. Last wolf sekarang bukan yang dulu lagi. Sekarang last wolf sudah berbuah haluan yang ke hal yang lebih positif."

"Musuh last wolf diluar sana itu banyak. Kasih gue jaminan apa yang bisa buat lo baik-baik aja kedepannya." Ghali mengusap wajahnya frustasi. Dian terlalu keras kepala. Tidak bisakah gadis itu mengerti perasaannya. Demi tuhan Ghali tidak bisa membayangkan ke depannya jika terjadi sesuatu pada gadis itu.

"Maaf...gue bena-benar gak bisa."

"Dii, gue bakalan ngomong sama Raihan kalau perlu gue mohon agar lo bisa keluar darisana. Gue tau dia juga gak mau lo kenapa-kenapa tapi cara yang dia pilih itu salah. Memang selama ini lo baik-baik aja tapi kita gak tau kedepannya. Gue sayang banget sama lo Dian jadi tolong dengerin gue kali ini." Ghali merengkuh tubuh Dian memeluknya erat.

"Setahun. Tolong biarin gue setahun lagi." Ghali tidak menjawab cowok itu kembali melajukan mobilnya.

Continue Reading

You'll Also Like

7.2M 350K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.8M 301K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1M 41K 65
Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba - tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi...
2.3M 34.8K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...